acuan puisi bernuansa sosial
Maaf ya kalo salah.
Burung Kecil Menuju Langit
Sendal jepit dikakimu dan
Kaus tipis melekat ditubuh hitam nan kurusmu
Sudah lumpur sawah & debu kota ananda bermandi
Masih bertahan kau sampai kini pula bareng mimpi
Dulu kau panjatkan
Tidaklah tinggi, tidaklah susah didaki
Tapi bercermin pada dirimu…
Mungkin sudah itu jatahmu, tetapi siapa tahu.
Biar ananda burung kecil, berkhayal menuju langit
Tidur dihamparan awan-awan
Kendati sayap lusuhmu hingga patah ananda bawa melayang
Sekali ananda kata bintang
Sampai sekarang bertahan bintang
Pasti kan kau mampu, bintang-bintang
pola puisi bertema sosial beserta isi dr puisi tersebut & bagaimana bentuk puisi tersebut
bangkit tegak menatap mentari pagi
merasakan hembusan angin pagi
merenungi kurun depan nanti
mimpi-mimpi indahkku selama ini
kuawali dgn pendidikan dini
perjuangan hingga mati
menempuh aneka macam rintangan
yak kenal letih maupun letih
bagaikan kayu yg terbawa ombak
pendidikan dini
mendorongku lebih tinggi lagi
meraih harapan in
..
..
1.) isi puisi di tas wacana usaha yg di awali untuk menuju kesusuksesan di abad depan
2.) bagian tiap bait terdiri dr 4 baris
terdapat majas di dalamnya
acuan puisi kelas 5 tema sosial
Kenakalan anak remaja
Warga
Masyarakat
Lingkungan rumah
Contoh puisi bernuansa kalangan sosial
Jawaban:
Aku mendengar bunyi
Jerit hewan yg terluka
Ada yg memanah rembulan
Ada anak burung terjatuh dr sarangnya
Orang-orang harus dibangunkan
Kesaksian harus diberikan
Agar kehidupan kita terjaga
mohon maaf kalo salah:)
supaya menolong:)
pola puisi naratif bernuansa sosial
Matinya Sang Juara Tinju¹
Karya: Sitor Situmorang
Telah berlaku pula
Hukum dewata
Janganlah diberi nama
Dengarlah ceritanya
Cerita orang renta-bau tanah
Kusampaikan pada pembaca
Di seluruh negeri terkenal ia juara
Juara yg senantiasa menang
Dan orang mengalah saja
Mendengar segala ceritanya
Tiada yg berani
Tiada yg hendak
Membantah kata-katanya
Di kedai-kedai
Ketika minum tuak agresif
Selain juara ia pemburu pula
Kalau bukan rusa, babi hutanlah mangsanya
Mana juara, pula pemburu
Pandai menari
Membuat tabrakan indah sekali
Serta memetik kecapi . . .
Ia suka mabuk
Dan bila ia mengutuk
Tak ada yg tak kena
TApi dr segala mangsa
Istrinya yg paling menderita
Dua anak dilahirkan
Satu laki, satu wanita
Satu pun tak ada kesukaan bapaknya
Berkata orang: “Mana ‘kan pula
Anak lahir, bapak di penjudian.”