Kabupaten Klaten di Propinsi Jawa Tengah sudah terkenal akan kesuburan tanahnya sehingga mempunyai hasil panen yg bermutu bahkan disebut-sebut tak mengenal trend paceklik atau kelemahan bahan masakan. Namun, rupanya Kabupaten Klaten pula menyimpan bermacam-macam peninggalan sejarah yg masih ada hingga dikala ini, yakni candi. Banyak pula Candi di Karanganyar, Candi di Magelang, Candi di Malang yang wajib untuk dikunjungi untuk menambah wawasan. Berikut ini merupakan candi di Klaten selaku destinasi wisata favorit :
1. Candi Plaosan
Kompleks sejarah Candi Plaosan merupakan salah satu bukti sejarah yg unik baik alasannya adalah kemegahan bangunannya maupun nilai-nilai kisah di balik pembangunannya. Dibangun oleh Rakai Pikatan dr Kerajaan Mataram Kuno Hindu atau Kerajaan Medang, Candi Plaosan menjadi bukti cinta sekaligus toleransi beragama untuk Pramodyawardani, kekasihnya yg beragama buddha. Hal ini terlihat dr paduan candi bercorak buddha dgn sedikit unsur hindu pada versi bangunan candi.
Salah satu candi buddha di Indonesia ini terbagi atas dua lokasi sehingga sering disebut sepasang candi kembar, yakni Candi Plaosan Lor atau utara yg terpahat relief perempuan sebagai simbol Pramodyawardani & relief laki-laki selaku simbol Rakai Pikatan sendiri, serta Candi Plaosan Kidul atau selatan. Pahatan relief yg mendetail & sebagian besar masih utuh dikarenakan keberlanjutan pemanfaatan candi dr dahulu kala hingga ketika ini. Konon pemerintahan Rakai Pikatan membebaskan umatnya untuk beribadah di kawasan candi yg diandalkan dahulunya merupakan vihara.
Sebelum memasuki Candi Plaosan Lor, hadirin akan menjumpai sepasang arca sedang memegang gada & terkesan menyeramkan, disebut Dwarapala yg menunjukkan bahwa candi sudah terlindungi. Kompleks Candi Plaosan Lor mempunyai 116 stupa & 58 candi-candi kecil yg disebut Candi Perwara di samping dua bangunan candi utama yg memiliki dua tingkat & teras yg cukup luas. Bilik candi utama dapat dimasuki lewat tangga yg berhias kepala naga untuk menuju pintu yg bermotif bunga & sulur-suluran. Selain arca buddha, terdapat relung penerangan di dlm ruangan candi utama. Sementara Candi Plaosan Kidul berskala lebih kecil ketimbang Candi Plaosan Lor. Keduanya terpisah sejauh 150 meter, tetapi keduanya memiliki dasar versi bangunan yg mirip, contohnya terdapat stupa-stupa kecil penanda corak buddha di penggalan atap, hiasan kala di atas pintu candi, & tubuhnya ramping seperti candi bercorak hindu.
2. Candi Bandung Karangnongko
Seperti Candi Plaosan, Candi Karangnongko pula berlokasi di tengah area persawahan penduduk desa Karangnongko sehingga mempunyai situasi asri. Penamaan candi ini berasal dr penemuan sumur bandung yg terletak di bersahabat candi. Sayangnya, candi bercorak hindu ini baru didapatkan pada tahun 1970 & sampai ketika ini masih dlm proses pemugaran. (Baca juga: Silsilah Kerajaan Aceh Darussalam )
Tetapi, pondasi candi yg tingginya berkisar 50 sentimeter masih terlihat yaitu bebatuan yg nantinya akan membentuk dasar teras, tangga, & badan candi. Meskipun sudah ditetapkan sebagai cagar budaya, tetapi proses pemugaran tetap berjalan dgn target waktu yg masih belum bisa diperkirakan serta hadirin mampu menyaksikan area candi. Beberapa kemajuan pemugaran antara lain keberadaan saluran, penggalian candi perwara yg lebih meluas, & inovasi lingga.
3. Candi Untoroyono
Candi di Klaten selanjutnya yakni candi untoroyono. Candi Untoroyono merupakan candi yg gres dibangun pada tahun 2007 atas prakarsa Pandita Mpu Nabe Reka Darmika Sandhi Yasa, yaitu seorang tokoh agama hindu dr Bali. Candi ini berdiri di atas tanah yg dipercayai oleh penduduk selaku tanah sakral alasannya berisiko negatif pada orang yg mempunyai pengukuhan hak milik atas tanah tersebut maupun makhluk hidup lain mirip binatang yg menyantap tanaman di area tanah. Sebelum memasuki candi, pengunjung harus membasuh diri dgn air bersih serta mengetahui peraturan yg sudah dibentuk.
Candi Untoroyono dilindungi oleh gapura masuk yg simetris & memiliki relief sulur-suluran berwarna hitam. Gapura paling besar yg berada di antara dua gapura yg lebih kecil berpintu kayu & beratap mirip meru yg tiap atapnya ‘diikat’ menjadi satu oleh pahatan relief. Gapura yg lebih kecil tak melengkung seperti gapura besar melainkan sepasang pintu yg tak tersambung. Gapura kecil pula tak mempunyai sepasang arca di depannya seperti gapura besar. Bangunan candi sendiri yang dibuat dr bata tanpa relief pada dindingnya & memiliki tangga biasa dgn pipi pagar besi. Atap candi berbentuk sebuah balok polos yg kian mengecil ke atas lalu dilanjutkan oleh suatu bentuk mirip mahkota selaku puncaknya.
4. Candi Merak
Menurut sejarah Kerajaan Mataram Kuno, terdapat sebuah peninggalan berupa candi yg baru akhir mengalami proses pemugaran pada tahun 2011. Penamaan Candi Merak bermula dr penemuan sarang burung merak pada pohon joho yg berada di atas candi. Hal yg menonjol dr luar kompleks candi ialah bangunan candi induk yg berhadapan dgn tiga candi kecil lain atau candi perwara. Pipi tangga candi pun terbilang unik alasannya adalah terukir relief ular, bukannya kepala naga yg biasa dijumpai pada candi hindu di Indonesia.
Di dlm bilik candi terdapat yoni tetapi lingga yg seharusnya pula ada selaku perwujudan Dewa Syiwa menghilang. Pahatan yoni di dalamnya tergolong unik sebab bukan terukir relief naga atau tanpa relief sama sekali melainkan relief kura-kura, lembu, & badan naga. Sebagai bukti peninggalan sejarah bercorak hindu, Candi Merak mempunyai beragam arca mirip arca Ganesa, arca Bathari Durga, & arca Agastya. Sayangnya beberapa cuilan arca di beberapa relung candi yg terletak di desa Karangnongko ini sudah rusak.
5. Candi Gana
Selain Candi Merak, Kerajaan Mataram Kuno pula meninggalkan warisan sejarah berupa Candi Gana. Candi di Klaten yg menghadap arah barat ini masih berafiliasi dgn Candi Sewu karena diperkirakan menjadi salah satu candi yg mengelilinginya. Berdasarkan proses penggalian, Candi Gana tersusun atas kerikil-kerikil yg membentuk stupa mirip kebanyakan candi bercorak buddha, contohnya Candi Mendut yg pula merupakan kelompok candi tertua di dunia.
Ketika dijalankan rekontruksi, candi ini berdiri pada area bujur kandang dgn eksistensi struktur batur candi & anak tangga. Pengunjung pula mampu menyaksikan perbingkaian candi kepingan bawah berupa bingkai rata, bingkai padma (sisi genta), & belah rotan. Untuk sementara relief atau arca yg banyak didapatkan merupakan binatang, misalnya unsur burung pada relief kinara-kinari, unsur burung pada arca Jaladwara selaku talang air, & motif ular bareng suatu arca selaku makara di pipi tangga.
6. Candi Sojiwan
Sebagai salah satu candi yg memiliki cuilan relief hampir utuh & masih menawan, Candi Sojiwan cukup terkenal di kelompok pecinta travelling sejarah. Candi bercorak perpaduan hindu & buddha ini pula kaya dongeng dongeng di balik relief peninggalan Kerajaan Mataram Kuno. Hal ini terlihat dr atap candi berbentuk stupa yg mewakili agama buddha & bentuk tubuh candi yg ramping seperti candi bercorak hindu.
Dimulai dr kaki candi, relief sudah terlihat berupa satwa Jataka dlm gambaran kisahnya yg mampu dibaca dgn memutari candi ke arah selatan. Relief yg masih ada antara lain laki-laki yg sedang bertarung dgn pria lain, kura-kura & bebek, garuda & kura-kura, monyet & buaya, & lain-lain. Meskipun salah satu dr dua pahatan makara di pipi kaki candi sudah tiada, tetapi ukiran kala di atas pintu candi masih abadi. Aneka motif tubuh candi pula sedikit rusak sama halnya dgn arca Dwarapala, sang ‘penjaga pintu’ di luar candi. Sehingga motif sulur-suluran yg asli pada dinding candi sudah digantikan oleh bata polos.
7. Candi Siwa
Candi Siwa merupakan candi utama (trimurti) di Kompleks Candi Prambanan yg tergolong ke dlm candi terbesar di dunia & terletak di dua daerah yakni Kabupaten Sleman serta Kabupaten Klaten. Arsitektur candi bercorak hindu yg khas terlihat dr badan ramping candi serta ukuran candi yg paling besar karena Dewa Siwa menjadi Dewa yg paling dihormati. Keindahan candi yg ikonik merupakan puncaknya bermahkota adaptasi bentuk wajra seolah kolam halilintar atau intan. Candi di Klaten ini pula menyajikan relief kisah terkenal Ramayana tatkala mengelilingi candi sesuai arah jarum jam. Arca Siwa Maheswara terdapat dlm ruang utama candi di samping arca lain yg berhubungan mirip arca Resi Agastya, arca Durga istri Siwa, & arca Ganesha putra Siwa.
8. Candi Lumbung
Candi Lumbung merupakan candi bercorak buddha yg terdiri atas suatu candi utama dgn 16 candi perwara yg berbaris rapi menghadapnya. Candi utama mempunyai bentuk unik yakni sisi banyak dgn 20 sisi serta berelief wanita & lelaki pada keempat sisi dinding luar candi. Meskipun arca pada relung & atap candi berupa stupa runcing sudah tak ada, tetapi pahatan Hariti & Kuwera masih ada pada dinding di sekeliling pintu masuk. Sementara candi perwara memiliki batur candi yg lebih rendah yaitu 1 meter, tak seperti candi utama setinggi 2,5 meter. Selain itu, candi perwara pula tak bermotif sama sekali.
9. Candi Bubrah
Candi Bubrah bermakna ‘hancur berantakan’ dr penamaannya yg masih belum dimengerti relevansinya dgn candi. Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno ini berdiri di atas sketsa persegi dgn sisi 12 meter cuma berupa reruntuhan yg terlihat sungguh besar & lebar tetapi tak menjulang ke atas. Candi yg terbuat dr batu andesit ini mengalami proses pemugaran pada tahun 2016. Berbagai arca buddha telah ditemukan, begitu pula sebagian relief pada kaki candi sehingga termasuk peninggalan bercorak buddha seperti Candi Kalasan, yakni salah satu candi di Yogyakarta.
10. Candi Sewu
Sebagai kompleks candi buddha paling besar kedua di Jawa Tengah sesudah candi di Magelang yakni Candi Borobudur, Candi Sewu masih berhubungan dgn kisah Roro Jonggrang. Sebelum memasuki candi yg dulunya dimanfaatkan selaku pusat ibadah buddha ini, pengunjung akan menjumpai arca Dwarapala. Di dlm kompleks candi, terdapat sebuah candi utama, 8 candi pengapit atau candi antara, & 240 candi perwara sehingga banyak pula relief yg masih mampu dilihat.
Pada kaki candi, terukir relief bunga dlm jambangan. Tidak seperti candi pada lazimnya , kepingan atas pintu candi tak terpahat kalamakara. Namun didapatkan hiasan kepala naga pada dinding yg terletak di ambang pintu. Ruangan candi utama berupa kubus mempunyai beberapa relung arca buddha di penggalan dinding luarnya. Sementara candi pengapit semuanya saling membelah halaman untuk mengarah menuju candi utama. Sebagai candi yg tak kalah mempesona, candi apit mempunyai hiasan relief sesosok yang kuasa & atap beragam stupa terstruktur.