10 Ciri-ciri Pergerakan Nasional Indonesia Sebelum dan Setelah Tahun 1908

Pergerakan nasional merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh berbagai organisasi dengan cara-cara modern untuk mencapai perbaikan kehidupan bangsa Indonesia. Munculnya pergerakan ini dipicu oleh rasa kekecewaan terhadap kondisi masyarakat Indonesia pada masa itu, yang hidup dalam penderitaan dan ketidakadilan. Pergerakan nasional ini lahir sebagai respons terhadap perilaku diskriminatif yang diterapkan oleh bangsa Belanda terhadap rakyat Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Diskriminasi ini tidak hanya terlihat dalam aspek sosial, tetapi juga dalam bidang ekonomi, politik, dan pendidikan.

Selain faktor diskriminasi, salah satu pendorong utama munculnya pergerakan nasional adalah penerapan sistem kolonialisme dan imperialisme oleh Belanda selama masa penjajahan di Indonesia. Sistem ini menciptakan kesenjangan sosial yang sangat besar, di mana sebagian besar penduduk Indonesia hidup dalam kemiskinan dan keterbelakangan, sementara kekayaan alam Indonesia dieksploitasi untuk kepentingan Belanda. Kondisi ini memicu kesadaran akan pentingnya persatuan dan perjuangan bersama untuk melawan penjajahan dan mencapai kemerdekaan.

Pergerakan nasional memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan perjuangan sebelumnya, yang lebih mengandalkan perlawanan fisik dan penggunaan senjata. Pergerakan nasional lebih mengedepankan strategi perjuangan yang bersifat intelektual, organisasi yang terstruktur, serta penggunaan media dan diplomasi untuk menyuarakan aspirasi rakyat. Organisasi-organisasi seperti Budi Utomo, Sarekat Islam, dan Indische Partij menjadi pelopor dalam pergerakan ini, dengan tujuan memajukan pendidikan, meningkatkan kesadaran politik, dan memperjuangkan hak-hak rakyat Indonesia.

Dengan demikian, pergerakan nasional tidak hanya menjadi tonggak penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia, tetapi juga menjadi fondasi bagi pembentukan identitas bangsa yang bersatu dan berdaulat. Melalui pergerakan ini, rakyat Indonesia mulai menyadari kekuatan persatuan dan pentingnya perjuangan yang terorganisir untuk mencapai cita-cita kemerdekaan dan keadilan sosial.


Ciri-ciri pergerakan nasional antara lain:

  1. Bersifat Kebangsaan atau Nasionalis
    Pergerakan nasional memiliki semangat kebangsaan yang kuat, di mana perjuangan tidak hanya dilakukan untuk kepentingan daerah atau kelompok tertentu, tetapi untuk seluruh bangsa Indonesia. Tujuannya adalah mencapai kemerdekaan dan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.
  2. Menggunakan Metode Organisasi yang Teratur
    Pergerakan nasional dilaksanakan melalui organisasi-organisasi yang terstruktur dan terencana. Berbeda dengan perjuangan sebelumnya yang seringkali bergantung pada pemimpin kharismatik, pergerakan nasional lebih mengedepankan sistem kolektif dan kerja sama antaranggota organisasi.
  3. Dipimpin oleh Kelompok Berpendidikan
    Pergerakan nasional banyak digerakkan oleh kalangan terpelajar, seperti pelajar, mahasiswa, dan intelektual, yang memiliki wawasan luas dan perspektif jauh ke depan. Mereka menyadari pentingnya pendidikan, kesadaran politik, dan persatuan sebagai alat untuk mencapai kemajuan bangsa.
  4. Tidak Mengandalkan Perjuangan Fisik
    Berbeda dengan perlawanan sebelumnya yang lebih mengandalkan kekuatan fisik dan senjata, pergerakan nasional lebih mengutamakan perjuangan melalui cara-cara non-fisik. Bentuk perjuangannya meliputi gerakan di bidang pendidikan, ekonomi, dan politik, seperti mendirikan sekolah, membangun koperasi, dan memperjuangkan hak-hak politik rakyat Indonesia.
  5. Mengedepankan Kesadaran dan Persatuan
    Pergerakan nasional bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran rakyat akan pentingnya persatuan dan kesatuan dalam melawan penjajahan. Hal ini dilakukan melalui penyebaran ide-ide kebangsaan, diskusi, dan publikasi di media massa.

Dengan ciri-ciri tersebut, pergerakan nasional menjadi tonggak penting dalam sejarah Indonesia, karena tidak hanya mengarah pada kemerdekaan, tetapi juga membentuk fondasi bagi pembangunan bangsa yang lebih maju dan berdaulat.


Media ketika zaman pergerakan

Pers sebagai media komunikasi dan informasi memegang peran yang sangat penting dalam upaya menyadarkan masyarakat Indonesia untuk melakukan perjuangan mencapai kemerdekaan. Seiring berjalannya waktu dan tumbuhnya kesadaran nasional, pers dimanfaatkan sebagai sarana untuk menyebarluaskan cita-cita kemerdekaan, memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, serta membangkitkan semangat perjuangan rakyat Indonesia. Pada masa pergerakan nasional, pers berkembang pesat dan hadir di berbagai daerah di bawah kepemimpinan para tokoh dan pejuang kemerdekaan.

Berikut adalah beberapa nama surat kabar dan majalah yang muncul sebelum peristiwa Kebangkitan Nasional:

  1. Pewarta Menado di Sulawesi
  2. Pewarta Borneo di Pulau Kalimantan
  3. Pemberitaan Aceh di Sumatera
  4. Benteng Pagi di Jawa
  5. Pewarta Surabaya di Jawa
  6. Betawi
  7. Slompret Melayu

Selain itu, terdapat juga surat kabar yang berisi informasi dari Belanda, antara lain:

  1. Bentara Hindia di Jakarta
  2. Medan Priyayi di Bandung, yang digerakkan oleh Tirto Adhi Soerjo, salah satu pelopor pers nasional
  3. Sinar Matahari di Makassar

Sementara itu, beberapa surat kabar berikut menjadi sumber inspirasi bagi tokoh-tokoh perjuangan seperti Bung Karno (Soekarno) dan Bung Hatta (Mohammad Hatta):

  1. Pikiran Rakyat
  2. Sekirat Indonesia Muda
  3. Daulat Rakyat
  4. Penyebar Semangat
  5. De Express, dipimpin oleh Dr. Cipto Mangunkusumo

Melalui media-media tersebut, pers tidak hanya menjadi alat penyebar informasi, tetapi juga menjadi wadah untuk menanamkan semangat nasionalisme, mengkritik kebijakan kolonial, dan mempromosikan ide-ide kemerdekaan. Dengan demikian, pers berperan sebagai salah satu pilar penting dalam mendorong pergerakan nasional dan mempersiapkan bangsa Indonesia menuju kemerdekaan.

  Sejarah Museum Joang 45 Jakarta Paling Lengkap

Perkembangan Pergerakan Nasional

Organisasi-organisasi pergerakan nasional pada masa itu menjadi wadah perjuangan bangsa Indonesia dalam upaya melepaskan diri dari cengkeraman penjajahan Belanda. Perjuangan melalui organisasi ini menjadi pembeda dari perjuangan sebelumnya, yang umumnya dilakukan dengan cara mengangkat senjata dan bersifat lokal atau kedaerahan. Organisasi pergerakan nasional memiliki struktur yang lebih teratur, tujuan yang jelas, dan melibatkan partisipasi aktif dari berbagai lapisan masyarakat.

Secara umum, organisasi dapat diartikan sebagai suatu bentuk kelompok sosial di dalam masyarakat yang memiliki pola kepemimpinan dan gerakan yang terorganisir. Dalam konteks pergerakan nasional, organisasi-organisasi ini menjadi alat untuk mempersatukan rakyat Indonesia dalam melawan penjajahan dan mencapai kemerdekaan.

Berikut adalah beberapa ciri-ciri pergerakan nasional Indonesia:

  1. Bersifat Nasionalis
    Pergerakan nasional memiliki semangat kebangsaan yang kuat, di mana perjuangan tidak hanya untuk kepentingan daerah atau kelompok tertentu, tetapi untuk seluruh bangsa Indonesia. Tujuannya adalah mencapai kemerdekaan dan keadilan bagi seluruh rakyat.
  2. Menggunakan Metode Perjuangan Modern
    Berbeda dengan perjuangan fisik yang mengandalkan senjata, pergerakan nasional lebih mengutamakan perjuangan melalui cara-cara modern, seperti pendidikan, diplomasi, dan gerakan politik.
  3. Dipimpin oleh Kaum Terpelajar
    Pergerakan nasional banyak digerakkan oleh kalangan terpelajar, seperti pelajar, mahasiswa, dan intelektual, yang memiliki wawasan luas dan perspektif jauh ke depan. Mereka menyadari pentingnya pendidikan dan kesadaran politik dalam mencapai kemajuan bangsa.
  4. Memiliki Struktur Organisasi yang Teratur
    Organisasi-organisasi pergerakan nasional memiliki struktur kepengurusan yang jelas, program kerja yang terencana, dan sistem keanggotaan yang terorganisir. Hal ini membuat perjuangan lebih terarah dan efektif.
  5. Mengedepankan Persatuan dan Kesatuan
    Pergerakan nasional bertujuan untuk mempersatukan seluruh rakyat Indonesia, melampaui batas-batas suku, agama, dan daerah. Persatuan ini dianggap sebagai kunci utama dalam melawan penjajahan.
  6. Memanfaatkan Media dan Pers
    Pers dan media digunakan sebagai alat untuk menyebarkan ide-ide kebangsaan, mengkritik kebijakan kolonial, dan membangkitkan semangat perjuangan rakyat.
  7. Berorientasi pada Pembangunan Bangsa
    Selain memperjuangkan kemerdekaan, pergerakan nasional juga berfokus pada upaya membangun kesadaran rakyat, meningkatkan pendidikan, dan memperbaiki kondisi sosial-ekonomi masyarakat.

Dengan ciri-ciri tersebut, pergerakan nasional tidak hanya menjadi tonggak penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, tetapi juga menjadi fondasi bagi pembentukan identitas bangsa yang bersatu, berdaulat, dan bermartabat. Organisasi-organisasi seperti Budi Utomo, Sarekat Islam, Indische Partij, dan Perhimpunan Indonesia menjadi contoh nyata dari semangat pergerakan nasional yang gigih dan terorganisir.


Ciri Pergerakan Nasional Sebelum 1908:

  1. Kurangnya Persatuan dan Kesatuan Secara Nasional
    Perjuangan sebelum 1908 masih bersifat kedaerahan, artinya pergerakan yang terjadi terbatas pada wilayah atau suku tertentu tanpa adanya koordinasi atau kesatuan secara nasional. Setiap daerah melakukan perlawanan secara terpisah dan tidak terhubung satu sama lain.
  2. Mengandalkan Senjata Tradisional
    Perlawanan terhadap penjajah masih mengandalkan senjata-senjata tradisional yang dimiliki oleh masing-masing daerah, seperti keris, tombak, atau pedang. Senjata-senjata ini terbilang sederhana dan kurang efektif jika dibandingkan dengan persenjataan modern milik penjajah.
  3. Pemimpin Berasal dari Golongan Aristokrat atau Pemimpin Daerah
    Pemimpin perjuangan pada masa ini umumnya berasal dari kalangan bangsawan, raja, atau pemimpin daerah yang memiliki pengaruh di wilayahnya. Mereka memimpin perlawanan berdasarkan otoritas tradisional yang dimilikinya.

Ciri Pergerakan Nasional Setelah 1908:

  1. Munculnya Persatuan dan Kesatuan Secara Nasional
    Setelah 1908, perjuangan mulai bersifat nasional, artinya pergerakan tidak lagi terbatas pada daerah tertentu tetapi melibatkan seluruh rakyat Indonesia dari berbagai wilayah. Hal ini ditandai dengan berdirinya organisasi-organisasi yang berskala nasional, seperti Budi Utomo.
  2. Perjuangan Mengandalkan Organisasi Modern
    Perjuangan tidak lagi mengandalkan senjata tradisional, tetapi beralih ke metode yang lebih modern, yaitu melalui organisasi. Organisasi-organisasi ini menjadi alat perjuangan untuk menyatukan rakyat, menyebarkan ide-ide kebangsaan, dan melakukan perlawanan secara sistematis.
  3. Pemimpin Berasal dari Golongan Terpelajar
    Pemimpin perjuangan setelah 1908 umumnya berasal dari kalangan terpelajar, seperti pelajar, mahasiswa, dan intelektual. Mereka memiliki wawasan yang luas, memahami kondisi global, dan mampu merumuskan strategi perjuangan yang lebih efektif. Tokoh-tokoh seperti Soekarno, Mohammad Hatta, dan Dr. Cipto Mangunkusumo adalah contoh pemimpin dari golongan terpelajar.

Perbandingan Sebelum dan sesudah 1908

Berikut adalah tabel perbandingan ciri-ciri pergerakan nasional sebelum dan sesudah tahun 1908:

AspekSebelum 1908Sesudah 1908
Sifat PerjuanganBersifat kedaerahan, terbatas pada wilayah atau suku tertentu.Bersifat nasional, melibatkan seluruh rakyat Indonesia dari berbagai daerah.
Metode PerjuanganMengandalkan perlawanan fisik dan senjata tradisional.Mengutamakan perjuangan melalui organisasi modern, pendidikan, dan diplomasi.
PemimpinDipimpin oleh tokoh-tokoh tradisional seperti bangsawan, raja, atau pemimpin daerah.Dipimpin oleh kaum terpelajar, seperti pelajar, mahasiswa, dan intelektual.
TujuanMempertahankan wilayah atau kepentingan lokal.Mencapai kemerdekaan nasional dan memperbaiki kehidupan rakyat Indonesia.
OrganisasiTidak ada organisasi yang terstruktur; perjuangan bersifat sporadis dan lokal.Muncul organisasi-organisasi modern yang terstruktur, seperti Budi Utomo, SI, dan PNI.
Basis DukunganTerbatas pada kelompok atau suku tertentu.Melibatkan berbagai lapisan masyarakat, termasuk pemuda, petani, dan buruh.
PendekatanBersifat reaktif terhadap penjajahan, tanpa rencana jangka panjang.Bersifat proaktif dengan strategi perjuangan yang terencana dan berkelanjutan.
Ciri UtamaPerlawanan fisik dan bersifat lokal.Perjuangan intelektual, politik, dan organisasi yang bersifat nasional.

Penjelasan Singkat:

  • Sebelum 1908:
    Perjuangan masih bersifat kedaerahan dan sporadis, mengandalkan kekuatan fisik dan senjata tradisional. Pemimpinnya berasal dari kalangan bangsawan atau pemimpin daerah, dan perjuangan lebih bersifat reaktif terhadap penjajahan.
  • Sesudah 1908:
    Perjuangan mulai bersifat nasional dengan menggunakan metode modern seperti organisasi, pendidikan, dan diplomasi. Pemimpinnya berasal dari kalangan terpelajar, dan perjuangan lebih terstruktur serta memiliki tujuan jangka panjang, yaitu kemerdekaan Indonesia.
  Sejarah Jam Gadang Bukittinggi

Tabel ini menunjukkan pergeseran signifikan dalam strategi dan karakter perjuangan bangsa Indonesia, dari yang bersifat lokal dan fisik menjadi nasional dan intelektual.

  • Sebelum 1908: Perjuangan bersifat kedaerahan, menggunakan senjata tradisional, dan dipimpin oleh kalangan aristokrat.
  • Setelah 1908: Perjuangan bersifat nasional, mengandalkan organisasi modern, dan dipimpin oleh kalangan terpelajar.

Perubahan ini menandai era baru dalam perjuangan bangsa Indonesia, di mana kesadaran nasional dan persatuan menjadi kunci utama dalam mencapai kemerdekaan.

Lahirnya Kebangkitan Nasional dan Pertumbuhan Organisasi Pergerakan

Masa Pembentukan (1908-1920)

Pada masa ini, muncul berbagai organisasi pergerakan yang menjadi wadah perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajahan Belanda. Organisasi-organisasi ini memiliki sifat, prinsip, dan dasar perjuangan yang berbeda-beda, namun memiliki tujuan yang sama, yaitu mencapai kemerdekaan dan memperbaiki kehidupan rakyat Indonesia.


1. Sifat Perjuangan

Organisasi pergerakan nasional dapat dibedakan berdasarkan sifat perjuangannya, yaitu:

  • Gerakan Politik yang Bersifat Radikal:
    Organisasi-organisasi ini cenderung menempuh cara-cara yang lebih keras dan menuntut perubahan secara cepat. Contohnya:
    • Indische Partij (IP)
    • Partai Komunis Indonesia (PKI)
    • Partai Nasional Indonesia (PNI)
    • PNI Pendidikan
    • Partindo
    • Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo)
  • Gerakan Politik yang Bersifat Moderat:
    Organisasi-organisasi ini lebih memilih cara-cara damai dan bertahap dalam memperjuangkan tujuan mereka. Contohnya:
    • Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII)
    • Persatuan Islam Indonesia (PII)
    • Budi Utomo (BU)
    • Partai Indonesia Raya (Parindra)

2. Prinsip Perjuangan

Berdasarkan prinsip perjuangannya, organisasi pergerakan dapat dikelompokkan sebagai berikut:

  • Prinsip Non-Kooperatif:
    Organisasi-organisasi ini menolak kerja sama dengan pemerintah kolonial Belanda dan memilih jalur perlawanan langsung. Contohnya:
    • Partai Komunis Indonesia (PKI)
    • Partai Nasional Indonesia (PNI)
    • PNI Pendidikan
    • Partindo
  • Prinsip Kooperatif:
    Organisasi-organisasi ini memilih untuk bekerja sama dengan pemerintah kolonial Belanda sebagai strategi perjuangan. Contohnya:
    • Budi Utomo (BU)
    • Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII)
    • Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo)
  • Prinsip Kooperatif Insidental:
    Organisasi ini bersifat fleksibel, kadang bekerja sama dengan pemerintah kolonial jika diperlukan, tetapi tetap mempertahankan tujuan perjuangan. Contohnya:
    • Partai Indonesia Raya (Parindra)

3. Dasar Gerakan Politik

Organisasi pergerakan juga dapat dibedakan berdasarkan dasar gerakan politiknya, yaitu:

  • Kebangsaan (Nasionalisme):
    Organisasi-organisasi ini menjadikan semangat kebangsaan dan persatuan Indonesia sebagai dasar perjuangan. Contohnya:
    • Partai Nasional Indonesia (PNI)
    • PNI Pendidikan
    • Partindo
    • Partai Indonesia Raya (Parindra)
    • Budi Utomo (BU)
    • Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo)
    • Indische Partij (IP)
  • Internasional (Sosialisme/Komunisme):
    Organisasi ini menjadikan ideologi internasional, seperti sosialisme atau komunisme, sebagai dasar perjuangan. Contohnya:
    • Partai Komunis Indonesia (PKI)
  • Agama:
    Organisasi-organisasi ini menjadikan agama sebagai dasar perjuangan dan identitas gerakan. Contohnya:
    • Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII)
    • Persatuan Islam Indonesia (PII) (dipimpin oleh Sukiman)

Lahirnya Kebangkitan Nasional pada tahun 1908 menandai awal dari pergerakan yang lebih terorganisir dan berskala nasional. Organisasi-organisasi yang muncul pada masa ini memiliki peran penting dalam membangun kesadaran kebangsaan, mempersatukan rakyat Indonesia, dan memperjuangkan kemerdekaan. Perbedaan sifat, prinsip, dan dasar gerakan politik menunjukkan keragaman strategi perjuangan yang ditempuh oleh para tokoh pergerakan nasional. Namun, semua organisasi tersebut memiliki tujuan yang sama, yaitu mewujudkan Indonesia yang merdeka dan berdaulat.


Awal Pergerakan Nasional

Awal pergerakan nasional di Indonesia ditandai dengan lahirnya beberapa organisasi pergerakan yang bersifat etnik. Kehadiran organisasi-organisasi ini merupakan bentuk perubahan sosial yang dilakukan oleh bangsa Indonesia pada masa itu sebagai respons terhadap penjajahan Belanda. Organisasi-organisasi ini berfungsi sebagai kelompok sosial dalam masyarakat yang berjuang untuk meningkatkan martabat bangsa, membangun rasa persatuan dan kesatuan, serta menumbuhkan semangat kebangsaan melalui gerakan sosial, ekonomi, budaya, dan politik.

Berikut adalah beberapa organisasi pergerakan yang menjadi pelopor awal pergerakan nasional:


1. Budi Utomo (1908)

  • Ketua: Dr. Sutomo
  • Tujuan: Mencapai kemajuan dan meningkatkan derajat bangsa melalui pendidikan dan kebudayaan.
  • Keanggotaan: Kaum terpelajar dan pegawai pemerintah di Pulau Jawa dan Madura.
  • Pusat Kegiatan: Yogyakarta
  • Kegiatan: Fokus pada pendidikan dan budaya, tidak bersifat politik.

Budi Utomo dianggap sebagai organisasi modern pertama yang menjadi pelopor Kebangkitan Nasional. Meskipun awalnya hanya terbatas pada kalangan priyayi Jawa dan Madura, organisasi ini berhasil membuka jalan bagi organisasi-organisasi lain yang lebih luas.


2. Sarekat Islam (SI) (1911)

  • Awal Berdiri: Bermula sebagai Sarekat Dagang Islam (SDI) pada tahun 1911 di Solo.
  • Ketua Pertama: H. Samanhudi
  • Perkembangan: Atas anjuran H.O.S. Cokroaminoto, SDI berkembang menjadi Sarekat Islam (SI) pada tahun 1912.
  • Tokoh-Tokoh: H.O.S. Cokroaminoto, H. Agus Salim, dan Abdul Muis.

Tujuan Sarekat Islam:

  1. Mengembangkan jiwa dagang dan membela kepentingan pedagang pribumi dari persaingan dengan pedagang China.
  2. Membantu anggota yang mengalami kesulitan dalam usaha.
  3. Mengembangkan pendidikan.
  4. Memperbaiki ajaran agama Islam yang salah.
  5. Menjalani hidup berdasarkan ajaran agama Islam.

Sarekat Islam menjadi organisasi massa pertama yang memiliki basis pengikut luas dan berperan penting dalam membangkitkan kesadaran rakyat terhadap penjajahan.


3. Indische Partij (IP) (1912)

  • Berdiri: 25 Desember 1912 di Bandung.
  • Tokoh Pendiri: Tiga Serangkai, yaitu Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara)Dr. E.F.E. Douwes Dekker (Danudirja Setiabudi), dan Dr. Cipto Mangunkusumo.
  • Sifat Organisasi: Bersifat politik dan berlandaskan semangat nasionalisme Indonesia.
  Latar Belakang KesepakatanSalatiga Yang Menghancurkan Mataram

Tujuan Indische Partij:

  1. Menumbuhkan dan meningkatkan jiwa integritas semua golongan untuk memajukan tanah air.
  2. Membangun semangat kebangsaan sebagai landasan perjuangan.
  3. Mempersiapkan rakyat Indonesia menuju kehidupan yang merdeka.

Nasib Indische Partij:
Pada tanggal 11 Maret 1913, Indische Partij dinyatakan sebagai organisasi terlarang oleh pemerintah kolonial Belanda karena dianggap membahayakan kepentingan penjajah.

Awal pergerakan nasional di Indonesia dimulai dengan lahirnya organisasi-organisasi seperti Budi Utomo, Sarekat Islam, dan Indische Partij. Meskipun memiliki latar belakang dan fokus perjuangan yang berbeda, ketiga organisasi ini memiliki tujuan yang sama, yaitu meningkatkan martabat bangsa, membangun persatuan, dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Organisasi-organisasi ini menjadi fondasi bagi pergerakan nasional selanjutnya, yang semakin kuat dan terorganisir dalam melawan penjajahan Belanda.


Masa Radikal (Non-Kooperatif) Tahun 1920–1930

Pada masa ini, pergerakan nasional Indonesia memasuki fase yang lebih radikal, di mana beberapa organisasi memilih untuk tidak bekerja sama dengan pemerintah kolonial Belanda (non-kooperatif). Tiga partai utama yang menganut asas non-kooperatif adalah Perhimpunan Indonesia (PI)Partai Nasional Indonesia (PNI), dan Partai Komunis Indonesia (PKI).


1. Perhimpunan Indonesia (PI)

  • Awal Berdiri:
    PI awalnya didirikan di Belanda pada tahun 1908 dengan nama Indische Vereeniging (IV).
  • Tujuan Awal: Membantu kepentingan para pemuda dan pelajar Indonesia yang berada di Belanda.

Perkembangan Perhimpunan Indonesia:

  1. Pada tahun 1924, Indische Vereeniging berganti nama menjadi Perhimpunan Indonesia (PI).
  2. PI menerbitkan majalah Indonesia Merdeka yang dipimpin oleh tokoh-tokoh seperti Mohammad Hatta dan Ali Sastroamidjojo.
  3. Pada tahun 1926, tokoh-tokoh PI menghadiri Kongres Liga Penentang Imperialisme dan Penindasan Kolonial di Paris. Dalam kongres tersebut, PI mendukung perjuangan untuk meraih kemerdekaan Indonesia.
  4. Kegiatan PI yang radikal dan anti-kolonial menyebabkan beberapa tokohnya, termasuk Mohammad Hatta, ditangkap oleh pemerintah Belanda.

2. Partai Komunis Indonesia (PKI)

  • Awal Berdiri:
    PKI awalnya bernama Indische Sociaal-Democratische Vereeniging (ISDV) yang didirikan oleh orang-orang Belanda. Pada tahun 1920, ISDV berubah menjadi Perserikatan Komunis di Hindia (PKH), dan akhirnya menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI).
  • Tokoh Utama: Semaun
  • Tujuan: Mendirikan pemerintahan komunis di Indonesia.
  • Paham Dasar: Infiltrasi (penyusupan) ke dalam organisasi lain.

Perkembangan PKI:

  1. PKI berhasil menyusup ke dalam Sarekat Islam (SI) dan membentuk Sarekat Islam Merah (sayap kiri), yang kemudian berkembang menjadi Sarekat Rakyat.
  2. Pada tahun 1926, PKI melakukan pemberontakan terhadap pemerintah kolonial Belanda, tetapi pemberontakan ini gagal. Akibatnya, PKI dibekukan dan banyak tokohnya ditangkap atau diasingkan.

3. Partai Nasional Indonesia (PNI)

  • Berdiri: 4 Juli 1927 di Bandung.
  • Tokoh Pendiri: Ir. Soekarno, Maskun, Supriadinata, dan Gatot Mangkuprojo.
  • Asas Perjuangan:
    1. Indonesia Merdeka atas dasar kekuatan sendiri (self-help).
    2. Marhaenisme (ideologi yang memperjuangkan kepentingan rakyat kecil).
    3. Asas Non-Kooperatif (tidak bekerja sama dengan pemerintah kolonial).

Kegiatan PNI:

  1. PNI fokus pada pembangunan kesadaran nasional dan persatuan rakyat Indonesia.
  2. Melalui pidato-pidato dan tulisan, Ir. Soekarno berhasil membangkitkan semangat nasionalisme rakyat.
  3. PNI juga aktif dalam mengorganisir rakyat untuk melawan penjajahan secara non-kooperatif.

Nasib PNI:
Pada tahun 1930, pemerintah kolonial Belanda menangkap dan mengadili para pemimpin PNI, termasuk Ir. Soekarno. Akibatnya, PNI dibubarkan, tetapi semangat perjuangannya terus hidup melalui organisasi-organisasi penerusnya.

Masa radikal (1920–1930) merupakan periode penting dalam sejarah pergerakan nasional Indonesia. Organisasi-organisasi seperti Perhimpunan Indonesia (PI)Partai Komunis Indonesia (PKI), dan Partai Nasional Indonesia (PNI) memilih jalan non-kooperatif untuk melawan penjajahan Belanda. Meskipun menghadapi berbagai tantangan, termasuk penangkapan dan pembubaran, perjuangan mereka berhasil membangkitkan semangat nasionalisme dan persatuan rakyat Indonesia dalam menuju kemerdekaan.


Masa Moderat atau Pergerakan Kooperatif

Pada masa ini, pergerakan nasional Indonesia lebih mengutamakan kerja sama (kooperatif) dengan pemerintah kolonial Belanda sebagai strategi perjuangan. Organisasi-organisasi yang muncul pada masa ini berfokus pada perbaikan kondisi sosial, ekonomi, dan politik rakyat Indonesia melalui jalur diplomasi dan aksi politik.


1. Partai Indonesia Raya (Parindra)

  • Berdiri: Tahun 1935
  • Latar Belakang: Parindra terbentuk dari penggabungan Partai Budi Utomo dan Persatuan Bangsa Indonesia (PBI).
  • Pemimpin: Dr. Sutomo
  • Tujuan: Mencapai Indonesia Raya (kemerdekaan dan kemajuan Indonesia).

Kegiatan Parindra:

  1. Melakukan aksi-aksi politik untuk memperjuangkan hak-hak rakyat Indonesia.
  2. Meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui program-program sosial dan ekonomi.
  3. Menganjurkan rakyat untuk mencintai dan menggunakan produk buatan sendiri (swadesi).

2. Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo)

  • Berdiri: April 1937
  • Tokoh-Tokoh: Mr. Mohammad Syafruddin, Muhammad Yamin, Mr. Sartono, dan Dr. A.K. Gani.
  • Tujuan: Memperjuangkan kemerdekaan Indonesia melalui jalur politik dan kerja sama dengan pemerintah kolonial.

Kegiatan Gerindo:

  1. Menyuarakan aspirasi rakyat Indonesia di forum-forum politik.
  2. Memperjuangkan hak-hak politik dan sosial rakyat Indonesia.

3. Gabungan Politik Indonesia (GAPI)

  • Berdiri: 21 Mei 1939 di Jakarta
  • Tokoh-Tokoh: Moh. Husni Thamrin, Amir Syarifuddin, dan Abikusno Tjokrosuyoso.
  • Latar Belakang: GAPI dibentuk sebagai respons atas kegagalan Petisi Sutarjo (1936) yang menuntut kemerdekaan Indonesia secara bertahap.

Tujuan GAPI:

  1. Menuntut Indonesia Berparlemen yang Sesungguhnya (hak untuk memiliki pemerintahan sendiri).
  2. Memperjuangkan hak-hak politik rakyat Indonesia di dalam Volksraad (Dewan Rakyat).
  3. Menghapus diskriminasi sosial dan politik terhadap rakyat Indonesia.
  4. Mengubah sebutan Nederlands-Indië (Hindia Belanda) menjadi Indonesia.

Kegiatan GAPI:

  1. Mengadakan kongres-kongres untuk menyatukan berbagai organisasi pergerakan.
  2. Melakukan diplomasi dan lobi politik untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Perkembangan Organisasi Pergerakan

1. Organisasi Bersifat Etnik/Kedaerahan

Setelah berdirinya Budi Utomo (1908) sebagai tanda kebangkitan nasional, beberapa organisasi kedaerahan mulai bermunculan, seperti:

  • Jong Java
  • Jong Ambon
  • Persatuan Minahasa
  • Orang Betawi
  • Sarekat Sumatera

Organisasi-organisasi ini bertujuan untuk memajukan daerah masing-masing sekaligus membangun rasa persatuan dan kebangsaan.


2. Organisasi Bersifat Kepemudaan

  • Tri Koro Dharmo (1915):
    • Didirikan pada 7 Maret 1915 di Jakarta.
    • Arti nama: Tiga Tujuan Mulia (Sakti, Budi, Bakti).
    • Pemimpin: Dr. R. Satiman Wirjosandjojo.
    • Tujuan: Mencapai Jawa Raya dengan mempererat persaudaraan antar pemuda, mencintai tanah air, dan melestarikan budaya.
    • Pada tahun 1918, berubah nama menjadi Jong Java.
  • Organisasi Pemuda Kedaerahan Lainnya:
    • Jong Sumatranen Bond
    • Jong Minahasa
    • Jong Ambon
    • Jong Celebes
    • Jong Borneo
    • Jong Islamieten Bond (didirikan tahun 1924)

Organisasi-organisasi ini menjadi wadah bagi pemuda untuk mengembangkan potensi diri dan memperjuangkan kemajuan bangsa.


3. Gerakan Kepanduan

Gerakan kepanduan bertujuan untuk melatih pemuda agar terampil, mandiri, dan siap menghadapi tantangan kehidupan. Beberapa organisasi kepanduan yang muncul antara lain:

  • JPO (Javaanse Padvinders Organisatie): Organisasi kepanduan dari Tentara dan Pegawai Mangkunegaran (1916).
  • SIAP (Sarekat Islam Afdeling Pandu): Organisasi kepanduan yang berafiliasi dengan Sarekat Islam.
  • JJP (Jong Java Padvinderij): Organisasi kepanduan yang berafiliasi dengan Jong Java.

Kesimpulan:

Masa moderat atau kooperatif (1930-an) ditandai dengan perjuangan melalui jalur diplomasi dan kerja sama dengan pemerintah kolonial. Organisasi-organisasi seperti ParindraGerindo, dan GAPI berperan penting dalam memperjuangkan hak-hak politik dan sosial rakyat Indonesia. Selain itu, organisasi pemuda dan kepanduan juga turut berkontribusi dalam membangun kesadaran nasional dan persatuan bangsa. Semua upaya ini menjadi fondasi penting dalam perjuangan menuju kemerdekaan Indonesia.