Orde baru identik dgn nama Soeharto, salah satu presiden di Indonesia dgn masa pemerintahan yg cukup lama yakni antara tahun 1966 sampai 1998. Pada jangka waktu yg begitu panjang negara Indonesia berkembang & meningkat sungguh pesat di banyak sekali sektor kehidupan, mulai dr sektor ekonomi, sektor pendidikan maupun sektor pembangunan. Pada masa pemerintahan orde gres Indonesia memng mengalami masa kejayaannya, namun begitu pasti ada fase kemunduran dr sebuah rezim.
Ada banyak hal yg bikin rezim pemerintahan orde baru mengalami kejatuhan, ini lantaran banyaknya persoalan yg kompleks terjadi di penduduk . Dan pada puncaknya terjadilah banyak sekali macam usaha untuk melengserkan pemerintahan yg dipimpin oleh presiden dgn julukan The Smiling General tersebut. 21 mei 1998 merupakan saat-saat penting bagi rakyat Indonesia, alasannya pada tanggal tersebut Soeharto resmi mengundurkan diri dr jabatannya & menuruti ajakan rakyat untuk mundur.
Faktor Penyebab
Pada selesai masa orde gres terjadi banyak kekerasan, kasus pelanggaran HAM dimana-mana, krisis moneter melanda, Kegagalan panen akhir kemarau dahsyat yg belum pernah terjadi selama lebih dr 50 tahun terakhir. Krisis keuangan yg melanda tempat Asia pun menambah deretan persoalan yg mendukung runtuhnya pemerintahan rezim orde baru. Beberapa faktor penyebab runtuhnya orde gres tersebut diantaranya:
1. Krisis Moneter
Krisis keuangan merupakan aspek terpenting yg menjadi sebab rezim orde baru mengalami keruntuhan, Krisis ini pertama kali melanda wilayah Asia Timur sekitar juli 1997. Yang menimbulkan terjadinya kepanikan global. Dalam sejarah ASEAN, Thailand merupakan negara pertama yg mengalami krisis keuangan hingga nyaris disebut sebagai negara melarat. Akibat yg timbul dr krisis tersebut menimbulkan pelemahan diberbagai sektor keuangan tergolong di Indonesia.
Sebelumnya tak ada indikasi krisis tersebut akan hingga ke Indonesia, ini lantaran inflasi yg cukup rendah, devisa negara yg dirasa masih cukup besar & karena nilai surplus berada dikisaran USD 900 juta. Perkembangan dunia usaha pun masih stabil karena banyaknya investor yg menanamkan modalnya di Indonesia. Krisis yg memukul Thailan & bikin mata uangnya merosot tajam, tak pelak ini pun ikut mengguncang perekonomian di Indonesia.
Sekitar juli 1997 nilai tukar rupiah yg turun dr angka Rp 2.575 per USD menjadi Rp 2.603 per USD. Justru merosot tajam di angka Rp 5.000 per USD pada simpulan desember, & justru sangat terpuruk tajam di angka Rp 16000 per USD pada maret 1998. Ini membuat seluruh penduduk di indonesia & seluruh penanam modal merasa panik yg alhasil bikin mereka menawan semu saham yg sudah ditanam di Indonesia. Keadaan ekonomi yg berantakan menimbulkan duduk perkara dimana-mana stabilitas nasional sungguh terguncang & kacau.
2. Utang Luar negeri
Ditengah perekonomian yg dilanda krisis, utang dr mancanegara yg dimiliki Indonesia semakin memperparah kondisi keuangan Indonesia. Walaupun sesesungguhnya utang tersebut bukanlah utang pemerintah saja namun pula utang yg dimiliki pihak swasta. Utang Indonesia hingga 6 februari 1998 meraih USD 63,462 milliar, sedangkan utang yg dimiliki pihak swasta meraih USD 73,962 milliar. Dengan melemahnya mata uang rupiah kepada dollar Amerika akibat krisis yg melanda Asia Pasifik, utang mancanegara yg dimiliki pemerintah Indonesia yg kebanyakan memakai mata uang tersebut semakin memperburuk keadaan ekonomi Indonesia & terjebak alam putaran utang yg seolah tak ada habisnya.
3. Penyimpangan UUD
Menurut UUD 1945, utamanya dlm pasal 33 bahwa tata cara perekonomian dijalankan dgn asas demokrasi ekonomi. Namun dlm kenyataannya yg terjadi justru dikusai oleh sebagian orang saja yakni para konglomerat & terjadi monopoli ekonomi, atau dgn kata lain metode ekonomi yg dijalankan merupakan sistem kapitalis.
4. Pola Pemerintahan Terpusat
Sistem pemerintahan yg terpusat pada satu tempat yakni di Jakarta sebagai pusat pemerintahan membuat segala pemerintah pusat memegang peranan penting dlm menertibkan penduduk dengan-cara keseluruhan. Namun disisi lain bikin pembangunan tak merata yg akhirnya menjadikan kesenjangan. Dampaknya seperti yg terjadi di Irian jaya, penduduk lokal merasa dianak tirikan alasannya sumber daya alamnya diambil dengan-cara besar-besaran & di bawa semua ke pemerintah sentra tanpa meninggalkan manfaat apapun.
Artikel terkait:
5. Masalah Politik
Sistem politik di Indonesia pada masa orde baru yg penuhdgn KKN (Korupsi, Kolusi, & Nepotisme). Pada masa orde gres, kekuatan politik pun dibatasi. Seperti terlihat pada penyederhanaan partai politik yg cuma menjadi tiga partai saja yakni PPP, PDI & Golongan Karya. Dengan dalih untuk membuat stabilitas & keamanan bangsa & negara yg lebih tersadar. Ini menyebabkan banyak aspirasi rakyat yg seolah terbungkam & dengan-cara tak eksklusif wajib menuruti kehendak penguasa tanpa boleh membantah.
Adanya dualisme fungsi ABRI yg menjadi kekuatan utama pemerintahan orde baru. Ini sungguh bertentangan dgn sejarah lahirnya Pancasila yg selama ini di junjung tinggi oleh seluruh rakyat Indonesia. Misalnya saja ada seorang yg mengkritik kebijakan pemerintah pada masa orde baru saat itu, konsekuensinya ialah hukuman penjara lantaran dianggap menciptakan kegelisahan & mengusik stabilitas negara. Ini hanya upaya pemerintahan untuk tetap mempertahankan eksistensinya pada masyarakat.
6. Kepercayaan
Berkurangnya rasa simpati penduduk akibat praktek-praktek KKN yg seolah dihalalkan oleh pemerintah tanpa ada rasa sungkan ataupun malu. Krisis ini pun bikin para penanam modal menarik seluruh modal yg ditanamkan di Indonesia dengan-cara besar-besaran yg semakin bikin Indonesia terjebak dlm krisis berkepanjangan. Aksi-aksi unjuk rasa yg dilakukan kelompok mahasiswa yg bermetamorfosis bencana kekerasan menetralisir rasa yakin terhadap pemerintah yg jadinya memicu gelombang demonstrasi yg luar biasa menuntut lengsernya Soeharto.
7. Tragedi Trisakti
Aksi demo yg dijalankan oleh mahasiswa trisakti beserta dosen & staf kampus yg disertai oleh lebih dr 10.000 mahasiswa & digelar pada 12 mei 1988 yg pada pada dasarnya meminta pemerintah melaksanakan reformasi disegala bidang baik pemerintahan, ekonomi maupun politik yang menginginkan diadakannya sidang istimewa MPR. Namun agresi damai ini dinodai dgn adanya penembakan oleh pegawapemerintah kepada empat mahasiswa Trisakti yakni Hendriawan Sie, Heri Hartanto, Elang Mulya Lesmana, & Hafidin Royan. Yang memicu agresi kekerasan meluas di berbagai penjuru wilyah saat itu. Dan semakin bikin Indonesia jatuh terpuruk dlm krisis yg seolah tanpa selesai, yg menjadi catatan terburuk dlm sejarah kemerdekaan Indonesia.
9. Kerusuhan di Kota Besar yang lain
Masalah keamanan timbul sebagai serpihan dr beberapa persoalan telah lebih dulu timbul sebelumnya. Pemerintah pada masa orde gres sering kali melakukan intervensi terhadap seseorang maupun kelompok yg menentang maupun melaksanakan kritik. Kebebasan pers dibungkam, keberadaan oposiss pun dihentikan & setiap ada warga negara yg bependapat melawan kebijakan pemerintah pun konsekuensinya adalah eksekusi penjara. Ini bikin rakyat geram & terjadilah demonstrasi besar-besaran.
Bukan cuma di Jakarta, di banyak sekali kota besar yang lain seperti di Semarang, Medan, Solo, Surabaya pun terjadi agresi demo serupa yg menuntut reformasi. Dan di Yogyakarta, pada 19 Mei 1998 bersamaan dgn agresi demo di Jakarta di Yogyakarta pun tak kurang dr satu juta manusia berkumpul di alunalun utara Keraton Yogyakarta untuk menghadiri pisowanan agung, guna menyimak maklumat dr Sri Sultan Hamengku Buwono X & Sri Paku Alam VII.
Artikel terkait:
10. Sosial
Keadaan sosial masyarakat yg beragam mendatangkan problem yg kompleks. Pembangunan yg tak merata pada sebagian besar masyarakat pun menjadi pemicu terjadinya diskriminasi. Masalah sosial ini bersumber dr kesenjangan sosial yg ada dimasyarakat, terutama dgn adanya program transmigrasi. Meningkatnya transmigrasi penduduk pulau jawa ke wilayah pulau kalimantan, sulawesi & irian jaya yg difasilitasi oleh pemerintah ternyata mempunyai pengaruh negatif.
Penduduk setempat merasa termajinalkan & menjadi sebuah kecemburuan sosial yg pada hasilnya mencetuskan konflik terbuka diantara para transmigran asal pulau jawa dgn penduduk lokal. Dan acara transmigrasi tersebut memunculkan sentimen yg menganggap program tersebut selaku acara jawanisasi oleh pemerintah sentra.
11. Diskriminasi
Sikap diskriminatif pemerintah terhadap masyarakat keturunan Tiong hoa, sejak 1967 warga Tiong hoa dihentikan mengeluarkan usulan & dianggap sebagai orang gila serta tak diakui sebagai warga negara Indonesia & bahkan kedudukan mereka berada dibawah warga orisinil atau pribumi. Ini dengan-cara tersirat telah menghapuskan hak-hak fundamental yg dimiliki warga Tiong hoa. Dan tentu saja mencederai sejarah HAM & pula pastinya sangat menghancurkan makna dan sejarah bhinneka tunggal ika itu sendiri.
Dengan semakin kacaunya kondisi di Indonesia waktu itu, & semakin menguatnya desakan dr banyak sekali pihak pada Soeharto untuk mundur. Dan pada 20 mei 1988 akibatnya digelar sidang istimewa MPR, & 21 mei 1988 Soeharto pun resmi mengundurkan diri yg diumumkan di Istana Merdeka Jakarta & menyerahkan kepemimpinan pada wakilnya yakni BJ. Habibie.