Selain efek duduk perkara sosial, ketimpangan sosial masih menjadi sejumlah duduk perkara di banyak sekali negeri, tergolong Indonesia. Ketimpangan sosial ini terjadi dihampir semua lini, seperti soail, politi, atau pun ekonomi. Ketimpangan sosial ekonomi terhitung dilema yg sulit tertuntaskan di Indonesia. Beberapa faktor mempengaruh adanya ketimpangan sosial ini. Artikel ini akan membahas dengan-cara khusu faktor ketimpangan sosial ekonomi di Indonesia
Pengertian Ketimpangan Sosial
Ketimpangan sosial merupakan kondisi dimana terdapat ketidakseimbangan antara satu masyarakat dgn penduduk yang lain yg mempunyai status yg sama. Ketidakseimbangan ini bisa dilihat dr peluang, pemasukan, & penghargaan yg berlawanan antara satu masyarakat dgn masyarakat yang lain. Perbedaan sangat menonjol antara satu & lainnya.
Menurut Andrianof Chaniago, ketimpangan sosial ialah buah dr pembangunan yg dijalankan oleh pemerintah, dimana pemerintah condong mementingkan aspek ekonomi dlm pembangunan dibanding dgn aspek sosial. Ketimpangan sosial dianggap selaku problem sosial duduk perkara ini dialami & dirasakan seluruh faktor penduduk , dimana ketimpangan sosial ini terbentuk oleh ketidakadilan.
Bentuk-Bentuk dr ketidakadlian yg menyebabkan ketimpangan sosial yakni:
- Marginalisasi: merupakan proses pemusatan kekerabatan kelompok tertentu dgn suatu forum sosial utama.
- Pelabelan: penjulukan kepada golongan tertentu dengan-cara subjektif.
- Subordinasi: perlakuan berlainan kepada suatu kalangan tertentu,
- Dominasi: sebuah kalangan yg memegang kekuasaan dengan-cara mutlak & dijalankan dgn cara diktatorial.
Pengertian Ketimpangan Sosial Ekonomi
Ketimpangan sosial ekonomi ialah ketidakseimbangan diantara masyarakat dlm sektor ekonomi. Ketimpangan atau kesenjangan mengacu pada persebaran ukuran ekonomi antar individu masyarakat, antar golongan masyarakat, & bisa pula antarnegara. Kekayaan, pemasukan, & konsumsi yaitu indikator untuk mengukur ketimpangan sosial ekonomi. Sementara itu, dilema ketimpangan sosial ekonomi lazimnya berkutat pada duduk perkara kesetaraan ekonomi, kesetaraan pengeluaran, & kesetaraan kesempatan. Seperti ketimpangan sosial lainnya, ketimpangan sosial ekonomi pula tergolong ke dlm problem sosial. Sebab, ketimpangan ini mengakibatkan kerugian pada setiap lapisan masyarakat yg ada di suatu negara, termasuk Indonesia.
Ketimpangan sosial ekonomi Indonesia terbilang parah. Hal ini dibuktikan oleh sejumlah statistik penelitian, & laporan yg mengungkapkan hal tersebut. Salah satunya yaitu laporan dr Bank Dunia pada tahun 2015 lalu. Menurut laporan tersebut, 74% tanah di Indonesia cuma dimiliki oleh 0,2% persen penduduk saja. Ini menunjukkan bahwa ketimpangan sosial ekonomi di Indonesia sudah menimbulkan efek yg negatif.
Faktor Terjadinya Ketimpangan Sosial Ekonomi
Secara lazim, ketimpangan sosial, terutama ekonomi dipengarhi oleh dua faktor, yakni:
- Faktor Internal: faktor ketimpangan sosial ini ada di dlm diri masyarakat, tertama menyangkut kualitas yg ada di dlm diri, mirip tingkat pendidikan, kecerdasan, kesehatan, & lain sebagainya.
- Faktor Eksternal: faktor ketimpangan sosial ini berada di luar diri seseorang. Faktor ini muncul dr kebijakan atau birokrasi pemerintah yg mengekang atau mengucilkan satu pihak tertentu. Faktor eksternal bisa menimbulkan kemiskinan struktural.
Faktor Penyebab Terjadinya Ketimpangan Sosial Ekonomi
Ketimpangan sosial ekonomi dapat terjadi lantaran beberapa faktor. Berikut ini beberapa faktor penyebab terjadinya ketimpangan sosial ekonomi yg ada di Indonesia:
1. Kebijakan Pemerintah yg Tidak Adil
Kebijakan pemerintah yg tak adil menyebabkan sejumlah ketimpangan sosial ekonomi. Salah satu bentuk kebijakan pemerintah yg menyebabkan ketimpangan sosial ekonomi yaitu kebijakan pembangunan negara. Dalam duduk perkara pembangunan, pemerintah seringkali terlalu fokus membangun tempat perkotaan atau beberapa pulau besar seperti Jawa & Sumatera. Hal ini dikarenakan pemerintah masih menganggap daerah-daerah tersebut potensial sungguh tinggi & dapat menciptakan pemasukan yg tinggi bagi negara. Selain itu, ketidakmampuan pemerintah dlm mengelola pulau-pulau Indonesia yg banyak membuat mereka lebih fokus mengurus perkotaan atau pulau-pulau besar di Indonesia.
Ini menyebabkan ketimpangan sosial ekonomi antara tempat perkotaan dgn kawasan terpencil. Daerah perkotaan atau pulau besar yg mengalami pembangunan pesat akan memperoleh akomodasi mencukupi, pemasukan yg tinggi, serta kemakmuran penduduk yg lebih baik. Ini berbeda dgn daerah terpencil yg kondisinya tertinggal & membuat kemudahan yg didapat tak memadai, pemasukan tempat yg rendah, serta kemakmuran penduduk yg memprihatinkan. Kemiskinan akan dapat dijumpai di tempat terpencil. Bila dibiarkan, maka akan terjadi kecemburuan sosial antara daerah terpencil dgn tempat yg lebih maju.
2. Persebaran Penduduk
Faktor-faktor yg menghipnotis persebaran penduduk pula mempengaruhi ketimpangan sosial ekonomi. Di Indonesia, persebaran penduduk masih tak begitu merata. Hal ini bisa dilihat dr banyaknya penduduk yg menghuni Pulau Jawa dibanding pulau-pulau yang lain. Anggapan bahwa Pulau Jawa selaku pusat pemerintahan berpotensi tinggi menciptakan sejumlah penduduk bermigrasi ke pulau ini. Selain itu, faktor pembangunan yg tak merata pula menjadikan penduduk daerah terpencil pindah ke Pulau Jawa karena pulau tersebut dianggap lebih maju dibanding tempat asal mereka.. Akibatnya, terjadi ketimpangan pertumbuhan ekonomi antara Pulau Jawa dgn pulau-pulau terpencil. Pulau Jawa akan mengalami pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dibanding pulau yang lain.
3. Kualitas Diri Masyarakat
Pembangunan yg tak merata menciptakan akomodasi pendidikan & kesehatan yg memadai tak mampu dirasakan sejumlah kawasan. Akibatnya, tak semua penduduk mempunyai mutu diri yg baik. Kualitas diri ini besar lengan berkuasa terhadap kualitas kerja mereka. Semakin tinggi kualitas diri mereka, maka semakin tinggi pula peluang kerja & kesejahteraan hidup yg didapat. Selain itu, sifat malas penduduk tertentu pula berpengaruh kepada kualitas diri masyarakat. Sifat malas akan menjadikan penduduk enggan menerima perubahan & enggan untuk berguru memajukan kualitas dirinya. Bila dibiarkan, maka masyarakat akan kian tertinggal mutu dirinya. Masalah mutu diri ini pula menjadi salah satu masalah negara meningkat , tergolong Indonesia.
4. Lapangan Pekerjaan
Lapangan pekerjaan yg sedikit cuma mampu memuat angkatan kerja dgn jumlah yg sedikit. Hal ini akan menimbulkan ketimpangan sosial ekonomi antara angkatan kerja yg sudah melakukan pekerjaan dgn angkatan kerja yg belum bekerja. Secara ekonomi, angkatan kerja akan berpotensi meraih pemasukan & kemakmuran hidup yg lebih baik dibanding angkatan kerja yg masih menganggur. Jika tak ditanggulangi, angkatan kerja yg menganggur akan makin sedikit & menciptakan perekonomian negara kian ringkih. Meningkatkan lapangan pekerjaan bisa menjadi penyelesaian untuk menangani ketimpangan ini. Selain itu, cara menangani dilema pengangguran pula harus dikerjakan dalammenangani ketimpangan sosial ekonomi ini.
5. Kemiskinan
Kemiskinan membuat penduduk sulit menemukan kesejahteraan hidup yg layak, sehingga penduduk yg mengalami kemiskinan akan mengalami ketimpangan sosial ekonomi dgn masyarakat yg lebih kaya. Kemiskinan bisa disebabkan oleh kualitas pribadi yg rendah serta perilaku malas yg diidap masyarakat. Kemiskinan pula mampu terjadi karena efek struktur sosial yg pula disebut sebagai kemiskinan struktural.
Secara biasa , kemiskinan mempunyai beragam ciri, yakni:
- Angka kematian yg diri.
- Tingkat kesehatan yg rendah.
- Tingkat pendidikan yg rendah.
- Memiliki mata pencaharian yg berpenghasilan rendah.
- Mempunyai sikap tak mendapatkan perubahan.
Kemiskinan struktural mempunyai macam-macam golongan, yaitu:
- Kaum petani yg tak mempunyai lahan sendiri.
- Petani yg mempunyai lahan sendiri namun lahannya begitu kecil.
- Para buruh yg tak mempunyai latar belakang pendidikan yg baik serta tak terlatih.
- Pengusaha yg tak mempunyai modal & kemudahan dr pemerintah.
6. Globalisasi
Ketimpangan sosial ekonomi balasan globalisasi bisa disebabkan oleh perilaku penduduk terhadap globalisasi. Jika masyarakat bisa menyesuaikan diri kepada globlisasi, maka mereka mampu bertahan hidup lebih lama serta kemakmuran ekonomi mereka relatif lebih tinggi. Sebaliknya, jikalau tak bisa menyesuaikan diri kepada globalisasi, penduduk akan makin tertinggal & kemakmuran eknominya akan jauh lebih rendah.
7. Teknologi
Sama seperti globalisasi, pemanfaatan teknologi pula besar lengan berkuasa terhadap ketimpangan sosial ekonomi. Jika bisa memanfaatkan teknologi dengan-cara maksimal, maka masyarakat akan mampu bertahan hidup & kemakmuran ekonominya pun akan membaik. Sebaliknya, kegagalan memanfaatkan teknologi akan merugikan penduduk & kesejahteraan ekonominya pun akan menurun.
8. Letak Geografis
Pengaruh letak geografis pula mampu mensugesti ketimpangan sosial ekonomi. Hal ini bisa dilihat dr pertumbuhan hemat penduduk di tempat dataran tinggi dgn dataran rendah. Secara ekonomi, daerah dataran tinggi akan menjangkau pertumbuhan ekonomi yg tinggi lantaran pembangunan di kawasan tersebut cukup pesat & fasilitas pendidikan & kesehatannya pun terbilang mencukupi.
9. Pendapatan
sebenarnya, pendapatan bukanlah suatu hal yg dapat memunculkan ketimpangan sosial ekonomi. Itu pun dgn catatan bahwa pemasukan yg diterima mesti sesuai dgn bidang pekerjaan, tingkat kesulitan, kualitas, serta kinerja dr tenaga kerja. Jika tak sesuai dgn hal tersebut, maka ketimpangan sosial ekonomi pasti akan terjadi. Gaji buruh & guru yg kecil adalah acuan ketimpangan yg disebabkan oleh faktor ini. Bila dilihat dr tingkat kesulitan & kualitas dr tenaga kerja, gaji yg diterima dr dua profesi itu dapat lebih layak lagi.
10. Tingkat Kekayaan
Faktor ini merupakan akumulasi dr faktor-faktor sebelumnya, mirip lapangan kerja, kemiskinan, kualitas diri, & pemasukan. Tingkat kekayaan di Indonesia begitu timpang antara orang kaya & orang miskin, baik dr segi pemasukan maupun perlakuan dr penduduk . Khusus segi pengakuan, orang yg meraup pemasukan tinggi akan diperlakukan lebih patut ketimbang orang berpendapatan rendah. Hal tersebut tentu merupakan suatu tindakan diskriminasi kepada orang berpendapatan rendah. Kecemburuan sosial pula akan timbul di dlm diri orang yg berpendapatan rendah. Lebih parahnya, kecemburuan tersebut bisa menyebabkan tindak kejahatan yg merugikan orang berpendapatan tinggi & tak jarang pula merugikan negara.
Selain 10 faktor di atas, masih ada beberapa faktor ketimpangan sosial di Indonesia yg dilansir dr laman Oxam, yakni:
- Fundamentalisme pasar yg mendorong orang kaya untuk menemukan kekayaan atau keuntungan besar dr pertumbuhan ekonomi negara.
- Tingginya political capture. Istilah political capture ini merupakan perumpamaan yg merujuk pada kesanggupan orang kaya yg mampu mengganti aturan hukum, sehingga aturan tersebut mampu menguntungkan mereka.
- Adanya ketidaksetaraan gender.
- Upah murah yg diterima tenaga kerja yg menciptakan mereka sulit terlepas dr jerat kemiskinan.
- Sistem perpajakan yg gagal dlm memainkan tugas pentingnya sebagai pendistribusi kekayaan bagi penduduk .
Dampak Kesenjangan Sosial ekonomi
Kesenangan sosial ekonomi memunculkan sejumlah dampak, yakni:
1. Dampak Positif:
- Mendorong wilayah yg tertinggal untuk mengembangkan kualitas diri & bisa berkompetisi dgn daerah yg lebih maju.
- Meningkatkan upaya untuk mendapat kemakmuran ekonomi yg tinggi.
2. Dampak Negatif:
- Adanya kecemburuan sosial.
- Adanya diskriminasi kepada pihak yg tersisihkan.
- Melemahkan stabilitas & solidaritas masyarakat.
Masalah sosial ekonomi mesti diatasi dgn sejumlah cara, diantaranya:
- Memperbaiki mutu penduduk.
- Meningkatkan mutu kesehatan, baik dr sisi kemudahan maupun pelayanan.
- Melakukan pemberdayan penduduk yg berbasis ekonomi.
- Mengadakan transmigrasi.
- Melakukan pemerataan pembangunan.
- Mengadakan pelatihan manajerial di daerah terpencil.
- Menciptakan peluang kerja yg luas.
- Melatih kewirausahaan serta menawarkan modal.
Demikianlah pembahasan perihal faktor penyebab ketimpangan sosial ekonomi di Indonesia. Semoga bermanfaat & bisa memperbesar wawasan di bidang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Terima kasih.