close

16 Koleksi Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta

Benteng Vredeburg yg terletak di depan Gedung Agung & Kraton Kesultanan Yogyakarta pada mulanya diresmikan oleh Sultan Hamengkubuwono I pada tahun 1760 menggunakan skema sederhana. Pendirian bangunan ini dilakukan menurut usul Belanda yg waktu itu merasa terintimidasi & cemas kepada kesuksesan Sultan membangun keraton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dr hutan beringin pada awalnya sebagai hasil dr sejarah Perjanjian Giyanti. Adalah Gubernur & Direktur Pantai Utara Jawa bernama Nicholas Harting yg mengemukakan usul untuk membangun benteng. Dalih pembangunan benteng yakni untuk mempertahankan keamanan keraton & area sekitarnya, namun sebetulnya pertimbangan itu dikemukakan Belanda untuk dapat menertibkan perkembangan yg terjadi dlm keraton.

Ketika pertama kali dibangun selaku awal sejarah museum Vredeburg kondisi benteng masih sungguh sederhana. Bahan bangunannya hanya berupa bambu & kayu serta atap yg memakai ilalang. Temboknya sendiri berbentuk bujur kandang dgn materi tanah yg dibentuk kuat dgn disangga kayu aren & kelapa dgn empat sudut diposisikan pengawalan yg disebut seleka atau bastion. Keempat sudut tersebut diberi nama oleh Sultan selaku Jaya Wisesa (barat bahari), Jaya Purusa (timur laut), Jaya Prakosaningprang (barat daya) & Jaya Prayitna (tenggara). Selanjutnya Gubernur Belanda W.H. van Ossenberg mengusulkan agar benteng dibangun lebih permanen untuk menjamin keamanannya. Pada tahun 1767 pembangunan mulai dikerjakan dgn diawasi oleh ahli ilmu bangunan dr Belanda bernama Ir. Frans Haak. Pembangunan benteng selesai tahun 1787 alasannya adalah Sultan HB I sibuk dgn pembangunan keratonnya.

Daftar Koleksi Museum

Setelah tamat, benteng kemudian diberi nama “Rustenberg” yg artinya selaku benteng peristirahatan. Kemudian pada 1867 terjadi gempa bumi dahsyat di Yogyakarta sehingga sebagian bangunan benteng mengalami kerusakan. Setelah diperbaiki, nama benteng mengalami pergantian menjadi “Vredeburg” yg artinya benteng perdamaian, sebagai manifestasi korelasi Belanda & Keraton yg tak saling melakukan penyerangan. Saat ini, benteng dimanfaatkan sebagai museum yg memajang banyak koleksi berharga & bersejarah. Adapun koleksi museum benteng Vredeburg tersebut mampu Anda simak dlm pembahasan berikut ini.

  2 Demokrasi Pada Masa Orde Lama Dan Penerapannya

  • Koleksi Unggulan

Koleksi Museum Benteng VredeburgDinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2014 mempublikasikan buku yg berisi koleksi museum benteng Vredeburg berupa koleksi – koleksi unggulan yakni:

  1. Diorama yg menggambarkan peresmian biografi jenderal Sudirman selaku Panglima Besar Tentara Nasional Indonesia oleh Presiden Soekarno di Gedung Agung, Yogyakarta.
  2. Minirama dr Kongres Boedi Oetomo tahun 1908 yg mengambil latar di Kweekschool Yogyakarta (kini Sekolah Menengan Atas 11) di jalan A.M. Sangaji.
  3. Mesin ketik milik Soerjopranoto, pemimpin aksi mogok kerja buruh pabrik gula di Yogyakarta.
  4. Tiga buah kendil yg konon pernah dipakai oleh Soedirman di saat tinggal di rumah Ibu Mertoprawira.
  5. Dokumen Soetomo yg berisi daftar alamat kantor kementrian di saat Yogyakarta dijadikan ibukota sementara.
  6. Bangku sekolah milik sekolah tinggi militer yg dulu dipakai oleh para siswa MA pada tahun 1945 – 1950, sekarang menjadi SMA BOPKRI 1 Yogyakarta.Ketahui pula tentang sejarah museum kesehatan surabaya  & sejarah museum Joang 45.

  • Koleksi Bangunan 

Di sekeliling museum terdapat selokan atau parit yg dibuat mengelilingi benteng selaku rintangan terluar kepada serangan musuh. Pada perkembangan berikutnya tatkala tata cara militer mengalami perkembangan, parit ini cuma digunakan selaku fasilitas pembuangan saja (drainase).

  1. Koleksi museum benteng Vredeburg lainnya ialah jembatan yg pada mulanya berupa jembatan angkat atau jembatan gantung. Perkembangan teknologi utamanya berupa kendaraan perang menjadikannya diubah menjadi jembatan yg paten.
  2. Tembok benteng ialah potongan dr koleksi museum benteng Vredeburg. Tembok yaitu lapisan pertahanan kedua setelah parit. Tembok yg mengelilingi kompleks benteng berfungsi selaku kawasan pertahanan, kawasan pengintaian, penempatan beberapa meriam kecil & pula senjata tangan.
  3. Pintu gerbangnya dibangun untuk menjadi sarana keluar masuk di kompleks benteng, berjumlah tiga buah di sebelah barat, timur & selatan yg lebih kecil.
  4. Bangunan – bangunan yg berada di dlm benteng tepatnya di serpihan tengah berfungsi sebagai barak tentara & perwira. Ruangan – ruangan ini lalu digunakan selaku tangsi militer. Juga terdapat monumen Serangan Umum 1 Maret 1949. Ketahui perihal sejarah museum gajah, museum di Kuala Lumpur, & museum di Bangkok.

  • Koleksi Realita  

Koleksi museum Vredeburg ini merupakan koleksi berupa material yg benar – benar ada & bukan tiruan. Benda – benda dlm koleksi aktual ini bukanlah tiruan & memiliki peran eksklusif dlm proses terjadinya insiden dlm sejarah. Misalnya perlengkapan rumah tangga, naskah, senjata, busana, alat dapur & lain – lain. selain itu pula ada koleksi foto, miniatur, replika, lukisan atau benda visual lainnya. beberapa ruangan yg termasuk pada jenis koleksi museum benteng Vredeburg yaitu:

  1. Ruang Diorama I – Ruang ini memiliki koleksi museum Vredeburg berjumlah 11 diorama yg menggambarkan insiden sejarah sejak masa perang Diponegoro hingga pada masa pendudukan Jepang di Yogyakarta pada 1825 – 1942.
  2. Ruang Diorama II – Koleksi museum Vredeburg pada ruangan ini berjumlah 19 buah diorama yg menggambarkan banyak sekali insiden sejarah sejak masa proklamasi atau dr permulaan kemerdekaan hingga terjadinya Agresi Militer Belanda I semenjak 1945 – 1947.
  3. Ruang Diorama III – Isi dr koleksi museum Vredeburg ini berupa 18 diorama yg menggambarkan insiden dlm sejarah berupa Perjanjian Renville hingga pengesahan kedaulatan Republik Indonesia Serikat (RIS) pada tahun 1948 – 1949.
  4. Ruang Diorama IV – Pada ruangan ini terdapat koleksi museum Vredeburg berupa 7 buah diorama yg dapat menggambarkan sejarah yg dialami oleh NKRI hingga masa Orde Baru sejak tahun 1950 – 1974.
  5. Ruang Pengenalan – Fungsi ruangan ini yakni sebagai studio mini yg berkapasitas kurang lebih 50 orang & memutar film – film dokumenter berdurasi 10 – 15 menit. Sejak tahun 2012, ruang Diorama I & II dilengkapi dgn media interaktif berupa layar sentuh. Pengunjung mampu memakai media tersebut untuk mengenali sejarah dr suatu insiden dengan-cara lebih lengkap.
  6. Ruang Audiovisual – Ruangan ini terletak di Gedung F lantai 2, dimana hadirin bisa menikmati film – film perjuangan sebagai belahan dr koleksi museum benteng Vredeburg. Pemutaran film dilakukan saban hari Jumat pukul 13.00 WIB & hari Minggu pukul 10.00 & 13.00, pada ahad kedua, ketiga & keempat setiap bulannya & memutar agenda film yg berlainan. Ketahui pula sejarah museum Gedung Arca Medan & sejarah museum Banten.

Pengunjung yg ingin melihat apa saja koleksi museum Vredeburg mampu datang pada hari Selasa – Jumat pukul 07.30 – 16.00 ke jalan Jend.A. Yani no.6 Yogyakarta. Museum tutup pada hari Senin & hari libur nasional. Harga tiket masuk untuk cukup umur sebesar 3000 rupiah per orang, sampaumur rombongan 2000 rupiah per orang, & anak – anak 2000 rupiah per orang, rombongan anak – anak 1000 rupiah per orang, sementara untuk warga negara gila 10 ribu rupiah per orang. Fasilitas di museum ada ruang perpustakaan, ruang pertunjukan, ruang seminar, diskusi, pelatihan & konferensi, ruang audio visual & ruang mencar ilmu golongan, hotspot gratis, pemandu & ruang tamu, mushola serta kamar mandi. Ketahui pula tentang sejarah museum Sonobudoyo, sejarah museum Kalimantan Barat, & sejarah museum keris Solo.