Manusia telah hidup dan melalui beberapa zaman, salah satunya adalah zaman praaksara. Tahukah anda apa itu zaman praaksara? Zaman praaksara merupakan perumpamaan untuk zaman yg dimana manusia belum mengenal adanya tulisan. Praaksara sendiri terbagi atas dua paduan kata yakni “pra” yg bermakna sebelum & “aksara” yg mempunyai arti tulisan. Itulah kenapa masa praaksara disebut selaku masa sebelum adanya tulisan.
Peninggalan Zaman Praaksara
Zaman praaksara ini pula diketahui selaku zaman prasejarah alasannya adalah zaman sejarah manusia purba bermula tepat setelah berakhirnya zaman praaksara. Zaman praksara diperkirakan merintis jalannya dlm kurun waktu 3.000.000 sampai 10.000 tahun yg kemudian sampai manusia mengenal goresan pena (masa sejarah). Pada dikala itu insan hidup dengan-cara purba yg dimana mereka cuma mempergunakan benda-benda alam di sekeliling mereka untuk bertahan hidup. Hal ini mampu dibuktikan dgn adanya beberapa macam peninggalan zaman praaksara yg ditemukan oleh para arkeolog.
Meski pada masa itu manusia belum mengenal adanya goresan pena namun manusia sudah bisa mempergunakan anggapan mereka untuk membuat perlengkapan atau perkakas yg mereka perlukan dlm kehidupan sehari-hari. Peralatan atau perkakas itulah yg menjadi benda-benda peninggalan zaman praaksara. Selain itu, terdapat beberapa peninggalan yang lain yg merujuk pada seni, budaya serta kepercayaan yg dianut oleh manusia yg hidupa pada zaman itu.
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai peninggalan zaman praaksara, ada baiknya kita untuk mengetahui bahwa bahwa zaman praaksara itu dibagi menjadi 3 yaitu zaman paleothikum, neolithikum & megalithikum. Dalam ketiga zaman yg terangkum sebagai zaman praaksara itulah terdapat beberapa peninggalan dapat diklarifikasi, yakni:
1. Kapak Genggam
Barangkali dlm bayangan anda kapak genggam di sini merupakan kapak yg terbuat dr besi sebagaimana yg sering anda temui dlm kehidupan sehari-hari. Namun, pasti itu berbeda pada zaman praaksara. Kapak genggam pada zaman praaksara yg yang dibuat dr watu atau lempung & tak bertangkai itu didapatkan oleh seorang bernama Ralph von Koenigswald pada tahun 1935 di Punung Kabupaten Pacitan.
Kapak genggam ini digunakan oleh insan praaksara pada zaman paleolithikum sebagai alat penetak atau alat yg dipakai untuk membelah kayu, menggali umbi – umbian, memotong dagimg binatang buruan, serta aneka macam keperluan lainnya. Kapak genggam ini memiliki kesamaan dgn kapak berimbas yg pula didapatkan pada zaman praaksara. Hanya saja kapak berimbas berskala lebih besar jika dibandingkan dgn kapak genggam. Menurut salah satu sumber, kapak berimbas ini dibuat oleh insan pithecantropus & banyak ditemukan di Indonesia, utamanya kabupaten pacitan. Adapun manfaatnya tak jauh berlainan dgn kapak genggam, yakni untuk memotong daging binatang, dll.
2. Kapak Sumatera
Kapak sumatera ini pula diketahui dgn nama pebble. Sesuai namanya, kapak jenis ini banyak didapatkan di daerah sumatera, utamanya di Sepanjang Pantai Timur Pulau Sumatra, antara Langsa (Aceh) & Medan. Sama seperti kapak genggam, kapak sumatera ini pula terbuat dr batu. Hanya saja, kapak sumatera atau pebble tersebut yang dibuat dr kerikil kali yg dipecah-pecah, berupa bundar serta memilik permukaan yg lebih halus. Kapak ini disangka merupakan hasil kebudayaan jaman Mesolithikum, dimana insan pada waktu itu sudah mulai hidup menetap, tetapi kadang pula masih berpindah-pindah atau semi nomaden.
3. Kapak Pendek
Satu lagi jenis yg serupa dgn kapak genggam, yakni kapak pendek. Kapak pendek ini berupa setengah lingkaran & mempunyai sisi yg tajam sehingga lebih mempermudah untuk memotong daging atau hal-hal lainnya.
Sama seperti kapak sumatera, kapak pendek ini banyak didapatkan di daerah sepanjang Pantai Timur Pulau Sumatra. Para peneliti kemudian mencari persebaran pebble & kapak pendek hingga ke tempat asal mula ras Papua melanosoide di teluk Tonkin,Vietnam. Akhirnya ditemukan sentra pebble & kapak pendek berasal dari Hoabinhian dan Bacsonian,Vietnam Utara.
4. Pipisan
Pipisan ialah kerikil-batu Penggiling beserta landasannya. Bila dibandingkan dgn zaman sekarang, barangkali pipisan ini serupa dgn ulekan alasannya sama-sama digunakan untuk merusak biji-bijian. Hanya saja bentuk pipisan ini datar & halus. Pipisan ini tak cuma digunakan untuk menggiling makanan, tetapi pula untuk menghaluskan cat merah yg terbuat dr tanah merah yg merupakan bentuk acara yg berhubungan dgn upacara ritual & kepercayaan. Alat ini ditemukan di kjokkenmoddinger di sepanjang Sumatera Timur laut, di antara Langsa (Aceh) & Medan (Sumatera Utara).
5. Kapak Persegi
Tampaknya pada zaman praaksara, terdapat aneka macam macam kapak yg didapatkan, salah satunya yaitu kapak persegi. Kapak persegi ini sendiri berasal dr von Heine Geldern. Alat ini mempunyai bentuk yg memanjang dgn penampang Alang berbentuk persegi & kepingan pangkalnya tak biasa sebagai tempat ikatan tangkai. Sesuai namanya, kapak persegi ini terbuat dr kerikil yg berbentuk persegi. Kapak ini dipergunakan untuk menjalankan kayu, menggarap tanah, Serta melakukan upacara. Di tempat Indonesia sendiri, kapak persegi banyak didapatkan di Jawa, Kalimantan Selatan,Sulawesi , & Nusa Tenggara.
6. Kapak Bahu
Kapak bahu adalah sejenis kapak persegi yg pada tangkainya diberi leher sehingga membentuk botol persegi. Kapak bahu ini ditemukan pada zaman neolithikum. Daerah kebudayaan kapak pundak ini meluas dr Jepang, Formosa, Filipina terus ke barat hingga sungai Gangga. Tetapi anehnya batas selatannya yakni serpihan tengah Malaysia Barat. Dengan kata lain di sebelah Selatan batas ini tak didapatkan kapak pundak, jadi neolithikum Indonesia tak mengenalnya, walaupun pula ada beberapa buah didapatkan yaitu di Minahasa.
7. Kapak Lonjong
Kapak lonjong ini terbuat dr watu kali & memiliki warna yg kehitam-hitaman. Sama seperti namanya, kapak lonjong ini memiliki bentuk yg lonjong, ujungnya yg lancip menjadi tempat tangkainya, sedangkan ujung yang lain diasah hingga tajam. Ukuran yg dimiliki kapak lonjong yg besar biasa disebut dgn Walzenbeil & yg kecil disebut dgn Kleinbeil, sedangkan fungsi kapak lonjong sama dgn kapak persegi, yakni untuk menggarap tanah, & aneka macam keperluan lainnya.
8. Perhiasan
Selain perkakas, terdapat pula inovasi yang lain yg merupakan benda peninggalan insan praaksara, yakni pelengkap. Perhiasan sepertinya sudah diketahui sejak zaman praaksara & digunakan oleh beberapa jenis-jenis manusia purba di Indonesia. Hal ini mampu dibuktikan dgn adanya inovasi beberapa macam peninggalan zaman praaksara yg berupa embel-embel. Perhiasan yg berupa gelang & kalung pada zaman praaksara ini sendiri yang dibuat dari batu-kerikil indah mirip agat, chalcedon & jaspis. Perhiasan banyak ditemukan di tempat Jawa Barat, Jawa Timur, Bali & Sumatera.
9. Nekara
Nekara yaitu gendang perunggu berbentuk seperti dandang berpinggang pada kepingan tengahnya dgn selaput bunyi berupa logam atau perunggu. Pada zamannya, nekara dianggap benda suci yg berfungsi sebagai benda upacara, mas kawin, dll. Benda ini banyak ditemukan di Bali, Nusatenggara, Maluku, Selayar, & Irian.
10. Sarkofagus
Bentuk lain dr peninggalan masa praaksara yakni makam. Salah satunya dikenal dgn nama sarkofagus. Sarkofagus ini merupakan peti mati yg yang dibuat dr batu yg utuh & diberikan penutup pada kepingan atasnya. Salah satu tempat inovasi sarkofagus yakni Bali, serta beberapa lainnya pula didapatkan di Bondowoso Jawa Timur.
11. Menhir
Menhir merupakan benda peninggalan praaksara yg berkaitan dgn kepercayaan yg dianut oleh manusia pada masa itu. Menhir ini berbentuk tiang atau tugu yang dibuat dr watu yg berdiri tegak di atas tanah. Menhir didirikan selaku fasilitas menyembah arwah nenek moyang. Menhir banyak ditemukan di dataran tinggi pasemah yakni pegunungan antara wilayah Palembang & Bengkulu, Ngada (Flores), Gunung Kidul, Rembang(Jawa Tengah), Sungai Talang Koto & kawasan lainnya.
12. Dolmen
Sama halnya dgn menhir, dolmen pula merupakan salah satu sarana penyembahan arwah nenek moyang pada masa praaksara. Dolmen yg mempunyai bentuk mirip meja yg tersusun dr beberapa kerikil itu banyak ditemukan di daerah Besuki Jawa Timur. Di daerah tersebut biasanya dinamai pandhusa.
13. Waruga
Waruga atau kubur watu merupakan peti mati yg yang dibuat dr watu. Keempat Sisinya berdindingkan papan-papan watu begitu juga bantalan & bidang atasnya dr papan watu. Waruga banyak didapatkan di Sulawesi Tengah & Sulawesi Utara.
14. Arca atau Patung
Arca yakni Patung yg terbuat dr kerikil utuh. Bentuknya ada beragam, ada yg ibarat insan, kepala insan, & pula binatang. Arca banyak didapatkan di Sumatera Selatan, Lampung ,Jawa Tengah, & Jawa Tengah. Arca ini pula merupakan salah satu sarana penyembahan pada masa praaksara.
15. Punden Berundak
Barangkali salah satu bentuk peninggalan praaksara yg cukup familiar di indera pendengaran adalah punden berundak. Yah, punden berundak ini sendiri merupakan peninggala megalitikum yg terdiri dr susunan batu bertingkat & berfungsi selaku tempat pemujaan terhadap nenek moyang. Punden berundak banyak ditemukan di Lebak sibedug, Banten Selatan, Leles (Garut) & Kuningan.
16. Flakes
Kembali ke benda-benda peninggalan praaksara yg berupa peralatan atau perkakas, ada pula dikenal dgn nama flakes. Flakes ini merupakan alat yg yang dibuat yang dibuat dr pecahan – pecahan kerikil kecil. Ia berfungsi selaku alat penusuk, pemotong daging, & pisau. Flakes banyak didapatkan di Daerah Sangiran,Sragen, Jawa Tengah. Termasuk kebudayaan Ngandong.
17. Perkakas dr Tulang & Tanduk
Selain dr watu, perkakas yg dipakai pada masa praaksara pula banyak yang dibuat dr tulang & tanduk hewan. Perkakas tulang & tanduk ini berfungsi selaku alat penusuk, pengorek & mata tombak. Alat ini banyak di temukan di Daerah Ngandong, erat Ngawi ,Jawa Timur.
18. Kjokkenmoddinger
Kjokkenmoddinger merupakan sampah dapur yg terdiri dr kulit – kulit kerang & siput pada masa Mesolithikum yg tertumpuk selama beribu – ribu tahun sehingga membentuk sebuah bukit kecil yg beberapa meter tingginya. Kjokkenmoddinger banyak didapatkan di Sepanjang Pantai Timur Pulau Sumatra.
19. Abris Sous Roche
Abris sous roche ialah gua – gua batu karang atau ceruk yg digunakan selaku tempat tinggal insan Purba. Ia berfungsi selaku tempat tinggal.
20. Lukisan di Dinding Gua
Salah satu bentuk peninggalan prasejarah yg cukup fenomenal ialah lukisan yg terdapat di dinding gua. Lukisan ini menggambarkan hewan buruan & cap tangan berwarna merah. Hal ini menjadi salah satu bukti bahwa manusia praaksara telah menyadari adanya seni. Lukisan di dinding gua didapatkan di Leang Leang, Sulawesi Selatan,di Gua Raha,Pulau Muna,Sulawesi Tenggara, & di Danau Sentani,Papua.
Demikianlah pembahasan mengenai benda-benda peninggalan zaman praaksara. Semoga berfaedah. Terima kasih!