close

3 Imbas Insiden Merah Putih Di Manado Bagi Indonesia

Proklamasi kemerdekaan yg dijalankan pada 17 Agustus 1945 belum menjadi sebuah final yg senang untuk bangsa Indonesia. Setelah memproklamirkan diri selaku negara yg merdeka dr semua bentuk penjajahan, bangsa Indonesia masih harus berjuang dgn gigih untuk mempertahankannya. Serangkaian perselisihan & pertempuran masih terjadi di dlm negeri tergolong insiden yg terjadi di Manado sesudah penyerahan diri Jepang kepada Sekutu pada tahun 1944.

Sebagaimana di wilayah lain di Indonesia, Sulawesi yg sebelumnya berada di bawah kekuasaan Jepang akan diambil alih pula oleh Sekutu. Pada dikala inilah putra – putra Minahasa pertanda bahwa Indonesia yaitu bangsa yg merdeka & mampu melawan terhadap upaya – upaya untuk merebut tanah airnya. Kejadian ini diketahui dlm sejarah kemerdekaan Indonesia sebagai sejarah insiden merah putih di Manado yg menawarkan pengaruh cukup besar pada usaha kemerdekaan Indonesia.

Latar Belakang Peristiwa

Sebelum pasukan Sekutu datang, Jepang sudah menyerahkan wilayah Sulawesi pada E.H.W. Palengkahu yg merupakan petinggi dr Barisan Pemuda Nasional Indonesia (BPNI). Dalam kejadian sesudah proklamasi ini, BPNI kemudian bersama KNIL dengan-cara diam – membisu melakukan upaya untuk merebut kekuasaan dr penjajah, pada masa itu anggota KNIL bentukan Belanda telah menyadari pentingnya keberpihakan mereka untuk melawan penjajah. Pasukan NICA kemudian mengenali gerakan tersebut & menangkap para anggota BPNI pada 10 Januari 1946, kemudian menangkap tokoh – tokoh KNIL pada 10 Februari 1946.

Pada tanggal 14 Februari 1946 dinihari, pasukan KNIL kemudian bergerak untuk menyerang markas pasukan Belanda. Keberhasilan KNIL melucuti senjata pasukan Belanda kemudian dilanjutkan dgn membebaskan para petingginya yg ditahan Belanda, mengibarkan bendera merah putih di seluruh Sulawesi terutama di wilayah Minahasa & Manado. Hingga kini insiden tersebut diketahui selaku peristiwa Merah Putih yg menawarkan pengaruh kejadian merah putih di Manado kepada perjuangan kemerdekaan Indonesia.

  Sejarah Kota Pontianak – Perkembangan Dan Asal Usul Nama (Lengkap)

Setelah mencapai kemenangan dlm penyerbuan di Manado tersebut, Ch. Taulu sebagai pemimpin perjuangan pada tanggal 15 Februari 1946 mengeluarkan Maklumat Nomor 1. Isi maklumat tersebut bermaksud untuk menjaga makna proklamasi kemerdekaan Indonesia yg sudah didapat dgn sukar payah yakni:

  • Pada pukul 01.00 tanggal 14 Februari 1946, pejuang – pejuang KNIL dibantu oleh para perjaka telah merebut kekuasaan dr pemerintahan Belanda atau NICA yg berada di Sulawesi Utara untuk menjaga kemerdekaan RI yg telah diproklamirkan oleh Ir. Soekarno & Mohammad Hatta sebelumnya.
  • Meminta pada rakyat biar menolong perjuangan kemerdekaan tersebut sepenuhnya.
  • Menginstruksikan pada para pejuang semoga mengambil alih pemerintahan dr Belanda.
  • Tentara RI Sulawesi Utara menjamin kondisi keselamatan untuk seluruh wilayah Sulut
  • Kegiatan mirip kantor – kantor pemerintahan, acara ekonomi seperti pasar, sekolah, & toko mesti berlangsung mirip biasa. Jika ada pasar atau toko yg tak buka maka akan dikerjakan penyitaan.
  • Siapapun yg berani mengacau situasi dgn melakukan penganiayaan, penculikan, perampokan, pembunuhan, & lainnya akan dihukum mati di wajah lazim.

Setelah itu pula dikeluarkan Maklumat Nomor 2 yg isinya mengumumkan penyelenggaraan Rapat Umum pada 16 Februari di Gedung Minahasa Raad (DPR). Rapat Umum tersebut dipimpin oleh pimpinan ketentaraan Indonesia di Sulawesi Utara, didatangi para Kepala Distrik & onderdistrik di Minahasa, Raja Bolaang Mongondow, Kepala Daerah Gorontalo, para pemimpin & pemuka lainnya.

Hasil rapat memutuskan BW Lapian menjadi Kepala Pemerintahan Sipil Sulawesi Utara. Maklumat ditanda tangani oleh Letnan Kolonel Ch.Taulu, Sekolah Dasar Wuisan, J. Kaseger, AF Nelwan & F. Bisman. BW Lapian di bidang kepemerintahan dibantu oleh DA Th. Gerungan, AIA Ratulangi di bidang keuangan, Drh. Ratulangi di perekonomian, Dr. Ch. Singal di kesehatan, E. Katoppo di PPK, Hidayat di bidang kehakiman, Sekolah Dasar Wuisan untuk bidang kepolisian, Wolter Saerang di penerangan & Max Tumbel menolong di Pelabuhan/Pelayaran untuk melaksanakan pemerintahan sipil.

Pengaruh Peristiwa Merah Putih

Sebagai efek insiden merah putih di Manado, terjadi beberapa insiden lanjutan di dunia & pula dlm sejarah kemerdekaan Indonesia.

  1. Dampak Bagi Dunia

Peristiwa merah putih disiarkan dengan-cara berturut – turut oleh radio – radio Australia, San Fransisco & BBC London serta harian Merdeka dr Jakarta. Mereka memberitakan wacana “Pemberontakan Besar di Minahasa”.  Peristiwa ini menjinjing pengaruh pada prajurit sekutu yg terdiri dr AS, Inggris & Belanda sungguh menghebohkan. Para serdadu AS yg ingin pulang ke tanah air masih mempunyai keharusan untuk mendeportasi 8000 tawanan prajurit Jepang di Girian. Tentara Belanda menjadikan Minahasa sebagai basis yg berpengaruh untuk menyerang Republik Indonesia dgn pusat di Yogyakarta, tetapi justru mesti menyerahkan diri pada pasukan TRISU-Taulu di Teling.

Peristiwa yg terjadi pada tanggal 14 Februari 1946 tersebut tercatat dlm sejarah dunia karena wakil dr tentara sekutu Inggris di Makassar, Kolonel Purcell memberi pernyataan perang dgn kekuasaan Sulawesi Utara (Lapian-Taulu). Pernyataan perang tersebut dikeluarkan alasannya adalah Sulawesi Utara dianggap sebagai negara merdeka yg mempunyai wilayah, pemerintahan, serdadu & rakyatnya sendiri.

  1. Dampak Bagi Sejarah Indonesia

Tugas pada seluruh bangsa Indonesia yg tercantum dlm proklamasi telah dilaksanakan oleh Lapian & Taulu melalui kejadian merah putih 14 Februari 1946 dgn sungguh sukses. Walaupun mereka cuma bisa merebut kekusasaan selama 14 hari hingga 11 Maret 1946, & dilanjutkan dgn revolusi kemerdekaan sampai akhir tahun 1950 yg diakhiri dgn Konferensi Meja Bundar. Selama terjadinya perang kemerdekaan RI semenjak tahun 1945 – 1949, hanya efek insiden merah putih di Manado inilah yg sukses merebut kekuasaan dr Belanda & menggantikannya dgn pemerintahan nasional dipimpin oleh Lapian & Taulu. Tatkala itu semua pejabat Belanda NICA & KNIL ditangkap kemudian dideportasi ke Morotai.

Pada tahun 1946 – 1948 disepakati oleh pihak RI & Belanda lewat kontrakLinggarjati & sejarah perjanjian Renville bahwa wilayah nusantara di luar Jawa – Sumatera tiidak menjadi wilayah kekuasaan Republik Indonesia yg berpusat di Yogyakarta. Akan tetapi Lapian – Taulu selaku pemerintah Merah Putih menyatakan dlm rapat umum di Lapangan Tikala, Manado pada 22 Februari 1946 bahwa Sulawesi Utara merupakan bagian dr NKRI yg pusat pemerintahannya berada di Yogya.

  1. Dampak Terhadap Diplomasi Luar Negeri

Kejadian tersebut diberitakan berulang lewat siaran radio serta telegraf Dinas Penghubung Militer di Manado, kemudian siaran tersebut diteruskan oleh kapal perang Australia SS ‘Luna’ ke markas besar Sekutu di Brisbane. Radio Australia kemudian menyebabkan pemberontakan Lapian – Taulu selaku isu utama. BBC London serta Radio San Fransisco Amerika Serikat kemudian pula menyebarluaskan cerita tersebut. Direbutnya tangsi militer Teling & pengibaran bendera merah putih menghantam Belanda dgn telak.

Peristiwa itu berhasil menggagalkan provokasi Belanda di mancanegara. Belanda tadinya menyebar luaskan bahwa hanya pulau Jawa yg masih berjuang untuk merebut kemerdekaan di Indonesia. Belanda pula menyatakan bahwa proklamasi kemerdekaan tak diperjuangkan semua rakyat Indonesia & kekuasaan di daerah lain selain Jawa masih milik Belanda. Kebangkitan rakyat Manado, Minahasa & seluruh rakyat Sulut untuk merebut kekuasaan memberi dampak insiden merah putih di Manado yg positif bagi perjuangan diplomasi Indonesia di mancanegara.

Dengan adanya peristiwa ini membuka mata dunia bahwa seluruh rakyat Indonesia menghendaki & berjuang untuk kemerdekaan. Peristiwa itu mempercepat pengukuhan internasional kepada kemerdekaan RI.  Melalui kejadian merah putih di Manado pada 14 Februari 1946, Indonesia mampu meyakinkan dunia bahwa usaha kemerdekaan dikerjakan oleh seluruh rakyat Indonesia.