3 Macam Corak Pernak-Pernik Prasejarah Di Indonesia

Manusia dengan-cara alamiah sudah memiliki keinginan untuk menghias benda – benda yg digunakannya sejak permulaan peradaban. Tidak hanya benda atau  alat pada insan zaman watu, bahkan tempat tinggal & badan pula tak luput dr hiasan ornamen yg muncul pada setiap peradaban. Ornamen menjadi salah satu bentuk dr kreativitas insan yg mampu berbentuktitik sederhana hingga gambar yg lebih kompleks. Ornamen dlm istilah dengan-cara lazim berasal dr kata bahasa Latin ‘Ornare’ yg artinya dlm bahasa Inggris ‘sedang menghiasi’. Berdasarkan definisi tersebut, pernak-pernik kerap kali disebut selaku rancangan dekoratif atau desain ragam hias. Dalam seni dekoratif & arsitektur, ornamen yakni hiasan yg digunakan untuk membuat sebuah objek atau bangunan menjadi lebih indah.

Ornamen yaitu cuilan dr dekorasi yg sudah menjadi saksi sejarah semenjak zaman prasejarah hingga ke masa sekarang, digunakan pada satu bentuk dasar hasil kerajinan tangan insan. Ornamen bisa cuma bersifat hias tetapi pula bisa memiliki fungsi khusus untuk benda yg dihias dgn bentuk tertentu. Pada zaman prasejarah, bisa ditemukan banyak sekali corak ornamen prasejarah di banyak sekali peninggalan seperti makam, candi, lukisan gua & perlengkapan pada zaman purba yg mempunyai corak unik. Karya seni pernak-pernik pada zaman prasejarah biasanya berfungsi selaku penerapan dr keyakinan tertentu & pula sebagai hiasan, tergolong pada peninggalan artefak di Indonesia.

Motif Ornamen Zaman Prasejarah

Ornamen primitif adalah suatu karya seni yg dibuat pada zaman purba atau zaman primitif. Ciri – cirinya berupa gambar yg sederhana, tegas, kaku, condong pada motif geometris, goresannya spontan & mengandung makna atau simbol tertentu. Komposisinya pula biasanya berderet, sepotong – potong, berulang, selang seling pula mampu disusun dengan-cara terpadu. Dalam corak ornamen zaman prasejarah kerap tergambar kesederhanaan & gambaran akan sikap masyarakat pada masa itu & bersifat universal sebab mempunyai ciri – ciri umum yg sama di seluruh dunia. Menurut Soedarso, Sp ada beberapa corak atau motif seni rupa prasejarah di Indonesia yakni:

  Sejarah Nazi Dan Adolf Hitler Di Jerman

1. Corak Monumental

Corak ornamen prasejarah pada zaman Neolitikum dimana kehidupan sudah menetap & tak lagi nomaden, ditemukan acuan – pola baru melalui peninggalan jenis artefak prasejarah. Corak ini terutama terdapat pada zaman Neolitikum yg memiliki ciri – ciri berikut:

  • Tokoh para nenek moyang diwujudkan dlm bentuk tiga dimensi frontal.
  • Motif berupa simbolik seperti kedok & tanduk kerbau
  • Irama garisnya bersudut, sederhana & kaku sehingga terkesan monumental

2. Corak Dongson

  • Corak ornamen prasejarah pada peninggalan zaman praaksara yg menerima imbas dr tempat Tonkin, Cina.
  • Sifatnya lebih dekoratif & kurang simbolik.
  • Motif hiasnya berupa tumpal & spiral yg terdapat pada moko & nekara.

3. Corak Chow Akhir

  • Coraknya tak simetris
  • Garisnya melengkung sesuai permukaan benda yg dihias
  • Corak ini cuma didapatkan di Kalimantan.

Jenis – jenis Peninggalan

  • Seni Lukis

Corak ornamen prasejarah mampu didapatkan pula pada seni lukis, yaitu sebuah karya artistik yg diwujudkan dlm bidang dua dimensi dgn memakai garis & warna. Nenek moyang purba melukis pada dinding gua yg mereka tinggali. Misalnya di Gua Leang – leang yg didapatkan lukisan cap tangan, diperkirakan berusia 4000 tahun. Tradisi purba masyarakat lokal & tujuan orang melukis di dinding gua pada masa itu mempercayai bahwa gambar tangan dgn jari lengkap mampu berarti selaku penolak bala, sedangkan gambar tangan dgn empat jari artinya yakni ungkapan berdukacita.

Gambar dibuat dgn menempelkan tangan ke dinding gua & disemprotkan cairan berwarna merah. Zat pewarna yg digunakan kemungkinan berasal dr hematit atau mineral merah yg banyak terdapat di sekitar gua, di watu – batuan & di dasar sungai di sekitarnya. Ada pula usulan yg menyatakan bahwa warna tersebut berasal dr batu – batuan dr getah pohon yg dikunyah mirip sirih. Ada pula lukisan babi hutan dgn garis – garis merah, motif gajah, ular & kerbau yg dianggap oleh nenek moyang purba bisa mengakibatkan kekuatan magis. Semua corak pernak-pernik zaman prasejarah tersebut didasarkan pada beberapa keyakinan seperti animisme, dinamisme, totemisme & manisme.

  • Seni Hias

Tujuan dr seni hias yakni untuk memperbesar keindahan dr karya yg diciptakan & mampu dibedakan menjadi beberapa kategori yakni:

  • Hiasan pasif yg hanya berfungsi untuk memperbesar keindahan
  • Hiasan aktif yg berfungsi untuk memperbesar kekuatan dr satu bangunan atau benda yg diberi hiasan sekaligus memperbesar keindahannya.
  • Hiasan simbolis berfungsi selaku lambang & menambah keindahan suatu benda.
  • Hiasan mekanis yg mampu memperbesar keindahan namun pula mengandung sebuah ilmu tertentu.

Seni hias corak ornamen prasejarah yg ditemukan di alat pada zaman kerikil banyak dipakai pada perabot rumah tangga, jimat, pula selaku alat upacara adat dgn motif – motif yg dipercaya mempunyai kekuatan magis. Pola hiasan geometris paling banyak digunakan selain tumpal, meander, pilin berganda, swastika. Pola – contoh tersebut dianggap banyak mengandung arti sosial, keagamaan & geografis. Pola hias yang lain pula ada seperti polygon, animal, vegetal & figural.

  • Seni Kriya

1. Gerabah

Ditemukan pada zaman Neolitikum berupa gerabah sederhana dgn acuan anyaman, torehan, garis – garis sejajar & bundar. Selanjutnya pada kemajuan gerabah di masa perundagian, pola hiasnya meningkat dr bentuk lingkaran memusat menjadi bentuk titik & lengkungan, pola anyam, tumpal, tangga & meader.

2. Benda Perunggu

Zaman perunggu di Indonesia terjadi kurang lebih pada masa 500 tahun SM. Pada zaman perunggu teknik ornamen dibuat dgn cara mengecor berulang & cor sekali pakai. Sedangkan logam intinya mudah dibentuk, tahan lama sehingga makin menggeser kerikil sebagai bahan baku utama pengerjaan peralatan prasejarah. Teknik pembuatan perunggu berbentuka cire perdue atau sekali cetak. Contohnya, di Bali didapatkan cetakan nekara dr watu. Yang dicetak memakai cetakan kerikil yakni nekara lilin & nekara perunggu memakai a cire perdue. Ada pula cetakan yg dapat digunakan berkali – kali, disebut bivalve. Contoh seni kriya zaman ini yaitu kapak corong atau kapak sepatu (candrasa), & nekara perunggu. Ada pula gelang, anting, kalung, cincin & ember.

3. Peninggalan Zaman Batu

Pada masa Megalitikum, kemunculan seni bangkit mendapatkan efek dr adat pemujaan terhadap roh nenek moyang. Agar bisa berkomunikasi dgn roh nenek moyang, maka dibuat lambang – lambang tertentu pada peninggalan sejarah zaman megalitikum seperti gambar, patung, topeng, menhir, dolmen, sarkofagus, kubur batu, punden berundak, keranda, seni patung seperti arca & aneka macam manik – manik. Ada pula tiang watu yg diresmikan sebagai perayaan & lambang akan roh nenek moyang yg akan menjadi fasilitas pemujaan, pula dilengkapi dgn corak ornamen prasejarah tertentu.

Zaman prasejarah dimulai semenjak eksistensi insan & kebudayaan & berjalan hingga sekitar abad ke 5 Masehi & terbagi menjadi zaman watu serta zaman logam. Untuk mengetahui apa arti dr corak ornamen zaman prasejarah dr segi sejarah, fungsi, makna & sebagainya memerlukan pengetahuan & kemampuan tertentu serta menyantap waktu lama alasannya adalah aneka macam faktor yg ada pada seni hias itu sendiri.