3 Tokoh Penentang Sistem Tanam Paksa

Berikut ini merupakan pembahasan ihwal metode tanam paksa yakni meliputi tokoh-tokoh penentang sistem tanam paksa yg mempunyai dampak tak cuma bagi rakyat Indonesia namun pula pada pemerintah kolonial Belanda sendiri.

Tokoh Penentang Sistem tanam paksa

Tanam paksa yg dipraktekkan Belanda di Indonesia ternyata menimbulkan agresi penentangan. Orang yg menentang tanam paksa berisikan:

1) Golongan pendeta

Golongan ini menentang atas dasar kemanusiaan. Adapun tokoh yg mempelopori penentangan ini ialah Baron Van Hovel.

2) Golongan liberal

Golongan liberal terdiri dr pengusaha & pedagang, di antaranya:
a) Douwes Dekker dengan nama samaran Multatuli yg menentang tanam paksa dgn mengarang buku berjudul Max Havelaar.
Edward Douwes Dekker mengajukan permintaan pada pemerintah kolonial Belanda untuk lebih memerhatikan kehidupan bangsa Indonesia. Karena kejayaan negeri Belanda itu merupakan hasil tetesan keringat rakyat Indonesia.
ia menganjurkan langkah-langkah untuk membalas budi baik bangsa Indonesia. Langkah-langkah tersebut ialah sebagai berikut.
a. Pendidikan (edukasi).


b. Membangun saluran pengairan (irigasi).


c. Memindahkan masyarakatdr daerah yg padat ke daerah yg jarang penduduknya (imigrasi/transmigrasi)

b) Frans Van de Pute dengan mengarang buku berjudul Suiker Constracten (Kontrak Kerja).
 Berikut ini merupakan pembahasan tentang sistem tanam paksa yaitu meliputi tokoh 3 Tokoh Penentang Sistem Tanam Paksa
Gambar: 3 Tokoh Penentang Sistem Tanam Paksa (Edward Douwes Dekker, Baron Van Hovel & Frans Van de Pute)

Penghapusan pelaksanaan tanam paksa dengan-cara bertahap

Di Sumatra Barat ,metode tanam paksa dimulai semenjak tahun 1847, tatkala penduduk yg sudah usang menanam kopi dengan-cara bebas dipaksa untuk menanam kopi untuk diserahkan pada pemerintah kolonial. Begitu pula di Jawa, pelaksanaan sistem tanam paksa ini dilakukan melalui jaringan birokrasi lokal.
Berkat adanya kecaman dr berbagai pihak, alhasil pemerintah Belanda meniadakan tanam paksa dengan-cara sedikit demi sedikit:
1) Tahun 1860 tanam paksa lada dihapus.


2) Tahun 1865 tanam paksa nila & teh dihapus.


3) Tahun 1870 tanam paksa semua jenis tumbuhan, dihapus kecuali kopi di Priangan.

Selain di Pulau Jawa, kebijaksanaan yg nyaris sama pula dilaksanakan di tempat lain seperti Sumatra Barat, Minahasa, Lampung, & Palembang.
Kopi merupakan tanaman utama di dua tempat pertama. Adapun lada merupakan tumbuhan utama di dua wilayah yg kedua. Di Minahasa, kebijakan yg sama kemudian pula berlaku pada tumbuhan kelapa.

  18 Masjid Bersejarah Di Indonesia Dan Penjelasannya