4 Teori Sosiologi Agama yang Perlu diketahui

Agama selaku salah satu elemen yg erat sekali dgn penduduk menarik perhatian para pembelajar sosiologi yg notabene mempelajari keseluruhan elemen kehidupan penduduk .

Dalam sosiologi, agama bisa dilihat selaku  tata cara keyakinan atau institusi sosial. Sebagai sistem kepercayaan, agama mensugesti atau bahkan menentukan bagaimana orang berpikir, bertindak & berperilaku.

Sedangkan selaku institusi sosial, agama merupakan seperangkat norma, nilai & aturan yg membentuk contoh langkah-langkah sehingga terstruktur & berkembang dengan-cara dinamis dlm rentang historis tertentu.

Berikutnya kita akan diskusikan beberapa teori besar yg sering digunakan dlm mengkaji agama dengan-cara sosiologis.

1. Teori Fungsionalisme Struktural

Teori ini melihat agama selaku entitas perekat korelasi sosial. Melalui tradisi yg dipraktikkan dengan-cara reguler oleh penganutnya, agama ialah suatu kekuatan besar yg membentuk keyakinan kolektif.

Keyakinan kolektif ini dipraktikkan lewat tradisi & mampu meningkatkan kesempatansolidaritas sosial & integrasi sosial penduduk yg menganutnya.

2. Teori Weberian

Teori ini menyaksikan agama selaku institusi sosial yg mensugesti insitusi sosial lain seperti pendidikan & ekonomi.

Max Weber melakukan studi wacana bagaimana metode kepercayaan yg dianut seseorang menjadi kerangka dasar fatwa untuk menciptakan kekayaan & kemakmuran ekonomi.

3. Teori Konflik

Teori ini mendapat inspirasi dr Karl Marx. Marx menyaksikan agama sebagai instrumen yg dimanfaatkan oleh kelas elit kepada kelas lain di bawahnya.

Agama dengan-cara kritis dilihat oleh Marx sebagai alat ideologis penguasa untuk berbagi kepercayaan pembenaran atas eskploitasi yg dilakukannya kepada rakyat banyak.

4. Teori Interaksi Simbolik

Teori ini memandang bahwa perbedaan agama timbul dlm masyarakat yg berbeda dgn konteks historis yg berlainan.

  (1) Pak Harun mengalihkan usahanya di berternak itik ke ternak ayam

Perbedaan tersebut tak lain alasannya adalah dipengaruhi oleh perbedaan interpretasi yg membentuk makna yg berlawanan di tiap-tiap agama.

Dari perspektif ini, teks sakral agama-agama tak lagi dilihat selaku kebenaran mutlak, tetapi hasil interpretasi yg historikal & kontekstual.