Kerajaan Sriwijaya lahir pada kurun ke-7 Masehi. Candi ini didirikan oleh Dapuntahyang Sri Jayanasa. Nama Sriwijaya berasal dr dua kata yakni Sei san Wijaya. Sri yg memiliki arti Cahaya & wijaya yg memiliki arti kemenangan. Maka dengan-cara bahasa, candi ini dinamakan dgn kemenangan yg bercahaya. Mengenai letak dr kerajaan banyak pendapat yg bermunculan.
Namun, pendapat yg populer yakni pendapar G. Coese yg menyatakan bahwa sentra Kerajaan Sriwijaya ini ada di Palembang. Banyaknya usulan ini dikarenakan Kerajaan Sriwijaya kerap berpindah-pindah tempat. Hal ini dikarenakan corak dr kerajaan ini yg memiliki corak maritim yg mengharuskan mereka berpindah pusat Kerajaan.
Kerajaan Sriwijaya mengalami puncak kejayaan pada periode ke-8 sampai kala ke-9. Saat itu, raja yg berkuasa yaitu Raja Balaputradewa. Pada masa ini, Kerajaan Sriwijaya sukses menguasai Selat Malaka yg dikala itu menjadi jalur jual beli penting.
Tidak cuma itu, Kerajaan ini pun berhasil memperluas tempat kekuasaan hingga Thailand Selatan. Pada masa ini juga, Kerajaan Sriwijaya menjadi pusat belaja agama Buddha & Sanskerta. Untuk mendukung hal tersebut, maka diresmikan beberapa candi & prasasti.
Adapun Candi yg saat itu diresmikan & menjadi peninggalan serta bukti eksistensi Kerajaan ini yakni sebagai berikut.
1. Candi Bahal
Candi Bahal terletak di Desa Bahal, Kecamatan Padang Bolak, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Candi ini merupakan kepingan dr candi Padanglawas atau candi yg terletak di padang luas. Di antara banyaknya Candi Padanglawas, cuma candi ini yg selesai direnovasi.
Sisanya masih dlm tahap renovasi & masih berupa reruntuhan. Dulunya, penduduk sekitar menyebut candi ini dgn istilah biaro atau biara. Namun, belum diketahui dengan-cara pasti fungsi dr candi peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini.
Mengenai corak pada Candi ini tak diketahui dengan-cara niscaya apakah candi ini bercorak Hindu atau Buddha. Jika dilihat dr atap pada Candi Bahal I yg ibarat dgn atap Candi Mahligai, candi ini diperkirakan bercorak Buddha.
Namun, di lain sisi, keberadaan arca-arca mirip arca kepala makara, arca ganesa, & arca lainnya, menciptakan candi ini diperkirakan bercorak Hindu. Sebab, arca-arca tersebur merupakan belahan atau ciri khas dr Candi Hindu.
Candi Bahal kerap disebut dgn Candi Portibi alasannya kawasan di mana tempat candi itu berada. Komplek candi ini terdiri dr 3 candi yakni Bahal I, Bahal II & Bahal III. Terdapat beberapa kesamaan di antara ketiganya yakni sama-sama yang dibuat dr bata merah. Pada masing-masing kompleks pun dikelilingi dgn pagar sekitar 1 meter yg terbuat dr bata merah. Pada cuilan sisi timur, terdapat gerbang yg menjorok keluar & diapit dinding pada kiri & kanannya.
2. Rimba Candi atau Gapura Sriwijaya
Situs Rimba Candi atau Gapura Candi ini merupakan bebatuan yg memiliki bentuk segilina memanjang dgn tanda cekung berbentuk oval ke dlm pada sisi batunya. Tanda cekungan ini ialah pegunci agar watu mampu disatukan. Total gapura pada situs ini yakni 9 buah. Namun, baru 7 buah gapura yg sukses ditemukan.
Gapura Sriwijaya ketika ini dlm keadaan yg tak utuh & roboh. Penyebab dr robohnya situs bersejarah ini dikarenakan aspek alam mirip gempa & lainnya. Saat ini, situs bersejarah ini akan dilakukan pemugaran bahkan aktivitas pemugaran sudah berlangsung semenjak tahun 2008. Semoga saja dgn dilaksanakan pemugaran, bisa membuat situs sejarah peninggalan Sriwijaya ini menjadi lebih baik lagi.
3. Candi Kota Kapur
Wilayah Kekuasaan Kerajaan Sriwijaya mencapai ke kawasan Bangka. Hal ini dibuktikan dgn ditemukannya situs Candi Kota Kapur & Prasasti Kota Kapur. Candi Kota Kapur terletak di Desa Kota Kapur, Kecamatan Mendo, Kabupaten Bangka, Provinsi Bangka Belitung. Kondisi dr situs peninggalan kerajaan Sriwijaya ini cuma tersisa reruntuhan candi yg telah tertimbun.
Di sekitar candi, ditemukan puluhan keramik, benteng tanah sekitar tiga meter, parit di bawah benteng yg menyerupai dgn terowongan, pendopo, & beberapa potongan arca. Tak banyak sumber yg mengungkap eksistensi situs sejarah ini. Namun, kita mampu mendapatkan berita dr peninggalan Kerajaan Sriwijaya lain yakni Prasasti Kota Kapur.
Prasasti yg memiliki angka tahun 608 saka ini, merupakan prasasti sumpah dgn bentuk lingga & ditulis dlm huruf palawa & bahasa Melayu Kuno. Prasasti ini ditemukan oleh seorang direktur asal belanda yakni JK.Fander Meulend pada tahun 1892. Pada akhir prasasti dipahat tanggal 23 April 686, tanggal tersebut yaitu dikala Bala Sriwijaya berangkat menyerang Jawa.
4. Candi Muara Takus
Candi Muara Takus terletak di Desa Muara Takus, Kecamayan XII Koto, Kabupaten Kampar, Riau. Candi ini merupakan candi Buddha tertua di Pulau Sumatra. Salah satu bukti bahwa candi ini adalah candi Buddha yaitu adanya stupa. Stupa sendiri merupakan lambang dr Budha Gautama. Stupa pada candi ini disangka memiliki kemiripan dgn stupa yg ada di Vietnam, Myanmar sa Srilanka. Candi Muara Takus diperkirakan dibangun pada kala ke-4 hingga ke-11 Masehi. Di mana pada masa tersebut berdirinya Kerajaan bercorak bahari yakni Kerajaan Sriwijaya.
Terdapat dua usulan mengenai asal usul nama dr candi ini. Pendapat pertama menyampaikan bahaa candi ini berasal dr nama sungai kecil yakni Sungai Takus. Sementara itu, pertimbangan kedua mengatakan bahwa candi berasal dr dua kata yakni Muara & Takus.
Muara memiliki arti tempat selesai dr ajaran sungai. Sementara itu, takus berasal dr Bahasa China yakni Takuse. Ta bermakna besar ku memiliki arti tua atau candi & se artinya kuil renta. Maka, bila dirangkaikan memiliki arti kuil renta yg berskala besar & terdapat pada muara sungai.
Candi Muara takus terbuat dr kerikil bata merah dgn perekat dr telur ayam. Di mana pada serpihan candi ini, terdapat suatu tembok yg mengelilingi candi ini. Pada kompleks candi terdapat 4 candi dgn mempunyai ciri khas masing-masing. Adapun ke empat dr candi inu yakni Candi Mahligai, Candi Bungsu, Candi Sulung & Candi Palangka.
5. Candi Muaro Jambi
Candi Muaro Jambi merupakan candi yg berada di Kecamatan Maro Selo, Kabupaten Muaro Jambi. Candi ini memiliki luas 12 km & panjang lebih dr 7 km. Candi ini diperkirakan dibangun pada era ke-7 hingga kala ke-12 masehi. Sejarah pada candi ini tak lepas dr dua kerajaan besar yakni Kerajaan Sriwijaya & Kerajaan Melayu.
Pada masa keemasan Kerajaan Sriwijaya, mereka membangun beberapa candi yg salah satunya adalah candi Muaro Jambi. Sayangnya, sesudah Kerajaan ini mengalami keruntuhan, beberapa jejak peninggalan kerajaan ini mulai hilang. Termasuk pula Candi Muaro Jambi. Candi ini kemudian dilaporkan pada tahun 1824 oleh S.C Crooke dikala dirinya melaksanakan pemetaan tempat ajaran sungai untuk kepentingan militer. Lalu, candi ini dilaksanakan pemugaran oleh R. Soekmono.
Candi Muaro Jambi tergolong ke dlm candi paling luas di Asia Tenggara bahkan luas candi ini 8 kali lebih luas dr Candi Borobudur. Di dlm kompleks candi ini ditemukan beberapa candi & menopo. Di mana di antara banyaknya candi & menopo, 9 di antaranya sudah dilaksanakan pemugaran.
Situs sejarah yg proses pembuatannya cuma menggunakan air & matahari ini, ternyata termasuk ke dlm warisan dunia berdasarkan UNESCO. Sayangnya, eksistensi candi ini tak dirawat dgn baik. Terdapat beberapa industri & aktivitas lain di sekitar komplek candi yg menciptakan candi ini semakin rusak.
Itulah 5 candi peninggalan dr Kerajaan Sriwijaya. Kelima candi ini menunjukan bahwa Kerajaan Sriwijaya pada dikala itu telah banyak menanamkan pengaruh pada sejumlah tempat. Bahkan tak hanya candi saja, ada pula beberapa prasasti yg menggambarkan bagaimana Kerajaan ini memiliki dampak besar di Nusantara pada dikala itu.