Sebagai ibukota negara sejak proklamasi kemerdekaan di tahun 1945, tentunya Jakarta memiliki sejarah panjang dlm usaha kemerdekaan. Jakarta sudah menjadi pusat usaha para pahlawan kemerdekaan & para perintis kemerdekaan kita semenjak usang. Pahlawan nasional yakni gelar yg diberikan oleh Pemerintah RI pada warga negara yg melakukan tindakan heroik & jasanya sungguh besar bagi kepentingan bangsa serta negara.
Gelar ini adalah penghargaan tingkat tertinggi untuk seorang pejuang, berupa gelar anumerta yg diberikan pemerintah atas perbuatan aktual yg dapat dikenang & menjadi contoh sepanjang masa oleh warga masyarakat yang lain. Beberapa pahlawan nasional dr Jakarta yg sudah menyanggupi kriteria yg ditetapkan pemerintah untuk diberi gelar tersebut ialah para pejuang berikut ini.
1. Mohammad Husni Thamrin
Ia lahir pada 16 Februari 1894 & wafat pada 11 Januari 1941 di Jakarta, sebagai anak dr ayah orang Belanda & ibu yg berasal dr Betawi. Husni Thamrin tak menyandang nama Belanda alasannya ayahnya meninggal semenjak masih kecil & ia diasuh oleh paman dr pihak ibunya. Sedangkan kakeknya dr pihak ibu yg bernama Ort berkebangsaan Inggris, pemilik hotel di area Petojo menikah dgn perempuan Betawi yg bernama Noeraini. Beliau pernah menjadi Ketua Parindra, bekerja di kantor residen Batavia, di perusahaan pelayaran Konnkiijke Paketvaari Maatschappij (KPM), menjadi anggota dewan Batavia, & mendirikan Persatuan Kaum Betawi untuk kemajuan warga Jakarta pada 1923. Diangkat sebagai pahlawan nasional pada 28-7-1960. Beliau dimakamkan di TPU Karet, Jakarta.
2. Ismail Marzuki
Lahir di Kwitang pada 11 Mei 1914 & wafat pada 25 Mei 1958 di Jakarta, ia adalah putra Betawi asli. Bersekolah di HIS Menteng hingga tamat di kelas 7 & MULO Jakarta. Ayahnya membelikan aneka macam alat musik seperti harmonika, mandolin & yang lain, maka ia mulai bermain musik & menciptakan lagu. Ia tanpa kendala berbahasa Inggris & Belanda, & merupakan orang pertama yg memperkenalkan akordeon ke dlm langgam melayu untuk mengambil alih harmonium pompa. Lagu pertamanya berjudul O sarinah dikala berusia 17 tahun.
Sejak itu ia banyak membuat lagu tergolong lagu – lagu perjuangan Indonesia, tampil dlm siaran Nederlands Indische Omroap Maatschapij & sejak itu tak pernah meninggalkan dunia siaran radio. Selain bergabung dgn asosiasi Lief Java yg dipimpin Hugo Dumas pada 1936, ia pula membentuk grup band yg memainkan lagu Hawaiian bernama Street Java Islander yg beranggotakan Ismail, Victor Tobing, Hasan Basri, Pek De Rosario & Hardjomuljo. Daftar lagu – lagu ciptaannya antara lain Sarinah, Ali Baba Rumba, Olhe Lheu, Bisikan Tanah Air, Indonesia Pusaka, mars Gagah Perwira, & yg paling populer ialah Rayuan Pulau Kelapa pada tahun 1944. Ismail Marzuki diangkat menjadi pahlawan nasional dr Jakarta pada 5-11-2004.
3. W.R Supratman
Tanggal & tempat lahir WR Supratman ada dua versi, yaitu 9 Maret di Jatinegara Jakarta atau 19 Maret 1903 di Dukuh Trembelang, Desa Somongari, Kab, Purworejo, Jateng.Ia yakni pengarang lagu kebangsaan Indonesia Raya. Secara singkat pada biografi WR Soepratman, ia awalnya disekolahkan di Makassar oleh abang iparnya, Willem van Eldik. Dua tahun sesudah menjadi guru tatkala berusia 20 tahun ia mendapatkan ijazah Klein Ambtenaar. Ia mulai tertarik pada pergerakan nasional tatkala melakukan pekerjaan selaku wartawan, kemudian menulis buku berjudul Perawan Desa yg kemudian disita & dilarang beredar oleh Pemerintah Belanda.
Ia menggemari musik berkat kakaknya Roekijem hingga menguasai biola. Juga menguasai cara bikin lagu hingga tercipta lagu Indonesia Raya di Bandung dlm usia 21 tahun. Lagu itu diperdengarkan dengan-cara instrumental dgn biola pada malam penutupan kongres Pemuda II tanggal 28 Oktober 1928. Sejak itu lagu tersebut kerap dinyanyikan pada kongres partai – partai politik sampai sesudah kemerdekaan menjadi lagu kebangsaan.
Namun ia selalu dikejar – kejar oleh polisi Belanda hingga jatuh sakit di Surabaya karenanya. Akhirnya ia ditangkap tatkala menyiarkan lagu ciptaan terakhir berjudul Matahari Terbit pada awal bulan Agustus 1938 bersama para pandu di NIROM, kemudian ditahan di Penjara Kalisosok Surabaya & meninggal sebab sakit pada 1938. W.R Supratman ditetapkan sebagai pahlawan nasional dr Jakarta pada tahun 1971.
4. Kapten CZI Anumerta Pierre Tendean
Pierre Andreas Tendean lahir di Jakarta pada 21 Februari 1939 & meninggal pada usia muda yakni 26 tahun pada 1 Oktober 1965 pada kejadian G30SPKI. Ayahnya yaitu seorang dokter bernama dr. A.L Tendean berdarah Minahasa & bunya berjulukan Cornet M.E, perempuan Indo berdarah Prancis. Ia bergabung dgn Akademi Teknik Angkatan Darat (ATEKAD) di Bandung pada tahun 1958. Lulus dgn pangkat Letnan Dua, ia kemudian menjadi Komandan Batalyon Zeni Tempur 2 Kodam II/ Bukit Barisan di Medan.
Kemudian mengikuti pendidikan intelijen di Bogor pada tahun 1963, kemudian ditugaskan di Dinas Pusat Intelijen Angkatan Darat (DIPIAD) untuk menjadi mata – mata memimpin sekelompok relawan di beberapa kawasan untuk menyusup ke Malaysia pada dikala terjadinya konfrontasi antara Indonesia & Malaysia. Pada 15 April 1965 ia kemudian dipromosikan sebagai Letnan Satu & diperintahkan menjadi asisten Jenderal Abdul Haris Nasution. Pada 30 September 1965 malam, pasukan Peristiwa G30S PKI mendatangi rumah Jenderal Nasution untuk menculiknya. Pierre yg tidur di belakang rumah terbangun alasannya suara tembakan & kebisingan tersebut, kemudian segera berlari ke belahan depan rumah.
Ia ditangkap oleh gerombolan tersebut & mereka mengiranya selaku Sang Jenderal alasannya keadaan gelap. Pada saat itu Jenderal Nasution sudah melarikan diri dgn melompati pagar rumah. Pierre lalu dibawa ke Lubang Buaya bareng keenam perwira tinggi lain yg pula diculik, mereka kemudian ditembak mati & dibuang ke dlm sumur bau tanah. Pierre Tendean diangkat sebagai pahlawan nasional dr Jakarta pada 5 Oktober 1965.
5. Marsda Tentara Nasional Indonesia Anm. Prof. dr. Abdulrachman Saleh
Lahir di Jakarta pada 1 Juli 1909 & wafat di Maguwoharjo, Sleman pada 29 Juli 1947. Ia bersekolah di HIS, MULO, AMS & STOVIA. Karena STOVIA bubar sebelum studinya sempat selesai, ia meneruskan sekolah di GHS (Geneeskundige Hoge School) yg merupakan semacam akademi dlm bidang kesehatan & kedokteran. Semasa mahasiswa, ia ulet dlm berbagai organisasi seperti Jong Java, Indonesia Muda, & KBI (Kepanduan Bangsa Indonesia). Setelah lulus kedokteran, ia mendalami ilmu faal sehingga diketahui sebagai Bapak Fisiologi Indonesia berkat jasanya membuatkan ilmu faal di Indonesia yg ditetapkan Universitas Indonesia pada 5 Desember 1958.
Ia pula bergabung dlm asosiasi olah raga melayang & mendapat izin terbang dr sana, kemudian memimpin VORO (Vereniging voor Oosterse Radio Omroep) yakni suatu asosiasi di bidang radio, menyiapkan pemancar yg diberi nama Siaran Radio Indonesia Merdeka, & turut mendirikan Radio Republik Indonesia pada 11 September 1945. Kemudian ia pindah ke bidang militer dgn memasuki dinas Angkatan Udara, diangkat menjadi Komandan Pangkalan Udara Madiun pada 1946, mendirikan Sekolah Teknik Udara & Sekolah Radio Udara di Malang sambil tetap memperlihatkan kuliah di Perguruan Tinggi Dokter di Klaten.
Ia tewas dlm misi penerbangan ke India & hendak mampir ke Singapura untuk mengambil sumbangan obat – obatan dr Palang Merah Malaya. Misi yg dikerjakan saat agresi Belanda pertama itu dikabarkan sudah mendapat persetujuan Belanda & Inggris. Akan tetapi, pesawat yg dibawanya ditembak oleh Belanda, hilang keseimbangan hingga patah menjadi dua bagian & terbakar. Peristiwa ini diperingati sebagai Hari Bakti Tentara Nasional Indonesia AU sejak tahun 1962. Penetapannya sebagai pahlawan nasional dr Jakarta dijalankan pada 9 November 1974. Namanya diabadikan selaku nama Pangkalan TNI AU & Bandara di Malang.