5 Prasasti yang Ditemukan di Jawa Timur

Prasasti merupakan sumber tulisan yg berisi insiden penting yg berasal dr peninggalan kerajaan zaman lampau. Prasasti biasanya ditulis di atas kerikil, lempengan logam mirip emas, perak, atau tembaga, gerabah, batu bata, & lontar.

Umumnya, prasasti prasasti tersebut dianggap sebagai piagam untuk memperingati momen penting pada suatu kerajaan, contohnya pertempuran, pengangkatan Raja, panen besar, & lainnya. Prasasti pula tergolong dlm situs sejarah di Indonesia, bersama dgn situs prasejarah di Indonesia yang lain.

Prasasti-prasasti di Indonesia, khususnya di pulau Jawa biasanya menggunakan huruf mirip Pallawa, Jawa Kuno. Sedangkan bahasa yg dipakai ialah bahasa Sansekerta, Melayu Kuno, Jawa Kuno, & Bali Kuno. Pada tulisan di bawah ini, kita akan membahas lebih lengkap tentang penemuan prasasti di Jawa Timur.

Prasasti yg Ditemukan di Jawa Timur

  • Prasasti Anjuk Ladang

Prasasti ini merupakan prasasti yg berasal dr kerajaan Medang yg berada di timur pulau Jawa. Prasasti Anjuk Ladang dibuat pertama kali tahun 859 saka (937 Masehi) oleh Raja Sri Isyana (Pu Sindok).

Anjuk Ladang pula disebut dgn prasasti Candi Lor lantaran prasasti ini ditemukan serentak dgn inovasi Candi Lor di Desa Candirejo, Loceret, beberapa kilometer di tenggara kota Nganjuk.

Isi dr prasasti Anjuk Ladang adalah perintah Raja Sri Isyana untuk menimbulkan tanah sawah kakatikan selaku sima & dipersembahkan pada bathara di sang hyang prasada kabhaktyan di Sri Jayamerta, dharma.

Penamaan “Anjukladang” mengacu pada nama tempat yg disebutkan dlm prasasti ini, yakni Samgat Anjukladang. Yang berikutnya akan menjadi sebuah daerah yg sekarang dikenal dgn Nganjuk. Ketahui pula pemimpin kerajaan Mataram kuno.

  Candi Singosari : Sejarah-Ciri-Ciri dan Fungsi

Selain itu, berdasarkan penafsiran J.G. de Casparis dlm makalahnya yg berjudul Some Notes on Transfer of Capitals in Ancient Sri Lanka and Southeast Asia, prasasti ini pula berisi perihal masyarakatDesa Anjukladang yg mendapat anugerah sebab sudah berjasa membantu pasukan kerajaan untuk menghalau serangan serdadu Malayu (Sumatra) ke Mataram Kuno yg pada dikala itu telah bergerak hingga akrab Nganjuk.

de Casparis menyertakan, setelah sukses mengalahkan & mengusir pasukan raja Malayu, Raja Sri Isyana langsung mendirikan ugu kemenangan (jayastambha), yg lalu diubah menjadi suatu candi yg diketahui sebagai Candi Lor.

  • Prasasti Camundi

Prasasti Camundi yaitu sebuah prasasti peninggalan Kerajaan Singhasari, prasasti ini pula disebut pula dgn Prasasti Camunda. Lokasi inovasi prasasti ini cuma berjarak 2 km dr Candi Singhasari, yg merupakan candi peninggalan kerajaan Singhasari, tepatnya di desa Ardimulyo, kecamatan Singosari, Malang, Jawa Timur.

Prasasti ini ditulis dlm karakter & bahasa Jawa Kuno. Prasasti ini didapatkan dipahat di belakang arca Dewi Camundi, oleh lantaran itu prasasti itu dinamakan demikian.

Menurut pembacaan L. Ch. Damais prasasti Camundi dibuat pada bulan Caitra 1214 Saka, atau jikalau disamakan dgn penanggalan Masehi berart prasasti ini dibentuk pada 17 April 1292.

Dalam prasasti ini disebutkan nama Sri Maharaja Digwijaya ring Sakalaloka, yakni sebuah gelar dr Sri Kertanagara, Raja terakhir yg berkuasa di Singhasari. Prasasti ini termasuk peninggalan kerajaan Singhasari lainnya.

  • Prasasti Dinoyo

Prasasti Dinoyo yaitu prasasti yg didapatkan di desa Dinoyo, kecamatan Lowokwaru, sekitar 5 kilometer sebelah barat dr pusat kota Malang, Jawa Timur. Prasasti Dinoyo dibuat dr lempengan kerikil berukir yg berisi beberapa baris goresan pena Jawa Kuno & Sanskerta.

  Penyebab Umum dan Khusus Terjadinya Perang Diponegoro Melawan VOC Belanda Tahun 1830

Dinoyo merupakan prasasti yg berasal dr kerajaan Kanjuruhan, hal ini mampu dikenali dr isi prasasti ini yg menceritakan masa keemasan Kerajaan Kanjuruhan. Prasasti Dinoyo diyakini dibentuk pada tahun 760 Masehi.

Pada masa itu, ada suatu kerajaan yg berpusat di Kanjuruan yg diperintah oleh raja Dewa Simha. di masa pemerintahanya, Dewa Simha membangun sebuah tempat suci untuk penghormatan & pemujaan kepada Dewa Siwa. Tempat ini nantinya dikenal sebagai Candi Badut.

Di dlm candi tersebut berisi suatu lingga & arca Putikeswara yg merupakan lambang agastya, yakni penggambaran Siwa dlm wujudnya mirip Mahaguru.

  • Prasasti Garamān

Prasasti ini didapatkan di Dusun Mandungan, Kelurahan Widang, Kecamatan Babat, Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur. Prasasti Garamān dibuat pada tahun 975 Çaka atau 1053 Masehi.

Isi dr prasasti ini yakni mengenai pertolongan anugerah pada penduduk desa Garamān oleh Mapanji Garasakan dikarenakan telah menolong peperangan melawan aji Panjalu, musuh & adik dr sang Raja Śrī Mahārāja Rake Halu.

Dengan ditemukannya prasasti ini, makin memperkuat eksistensi kerajaan Janggala & Panjalu yg semula merupakan satu kerajaan di bawah pemerintahan Airlangga. Selain itu juga, prasasti ini menerangkan bahwa Raja Janggala & Raja Panjalu merupakan kakak beradik.

Akibat dr adanya peperangan ini yg didasari perebutan takhta kerajaan, maka Airlangga terpaksa membagi kerajaannya menjadi dua biar tak ada usaha perebutan takhta.

  • Prasasti Manjusri

Prasasti Manjusri merupakan prasasti yg didapatkan serempak dgn inovasi Arca Manjusri di Candi Jago, tepatnya di Desa Tumpang, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Nama Manjusri diambil dr penafsiran Frederik Kan van Bosch, peneliti dr Belanda. Ia menyampaikan Manjusri merupakan karakter personifikasi dr kebijaksanaan transenden.

  14 Peninggalan Kerajaan Demak Beserta Klarifikasi Dan Gambarnya

Dilihat dr bentuk Arca, ia duduk di atas takhta berhiasan teratai yg gemerlapan, pada tangan kirinya memegang suatu naskah daun palem yg diistilahkan sebagai sumber pengetahuan, tangan kanannya memegang pedang, yg berarti perlawanan terhadap kegelapan, serta Arca tersebut dikelilingi oleh empat dewa, yg semuanya merupakan penggambaran dr dirinya sendiri.