close

5 Tokoh Pendidikan Nasional di Indonesia

Di Indonesia, pada tanggal 2 Mei setiap tahun selalu diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Hari yg diketahui sebagai HarDikNas.

Sesaat setelah Indonesia merdeka, aneka macam penduduk yg tertinggal pendidikannya.

Dan ada sejumlah orang yg memperjuangkan hak dlm pendidikan yg kini diketahui dgn tokoh pendidikan nasional.

Siapa sajakah para tokoh tersebut? Berikut penjelasannya.

1. Kyai Haji Ahmad Dahlan

kyai haji ahmad dahlan

Kyai Haji Ahmad Dahlan atau Muhammad Darwis (lahir di Yogyakarta, 1 Agustus 1868 – meninggal di Yogyakarta, 23 Februari 1923 pada umur 54 tahun) yaitu seorang Pahlawan Nasional Indonesia.

Ia ialah putera keempat dr tujuh bersaudara dr keluarga K.H. Abu Bakar.

KH Abu Bakar ialah seorang ulama & khatib ternama di Masjid Besar Kesultanan Yogyakarta pada masa itu, & ibu dr K.H. Ahmad Dahlan adalah puteri dr H. Ibrahim yg pula menjabat penghulu Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat pada masa itu.

Pada umur 15 tahun, ia pergi haji & tinggal di Mekah selama lima tahun. Pada periode ini, Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dgn pemikiran-pemikiran pembaharu dlm Islam, seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha & Ibnu Taimiyah.

Ketika pulang kembali ke kampungnya tahun 1888, ia berubah nama menjadi Ahmad Dahlan.

Pada tahun 1903, ia bertolak kembali ke Mekah & menetap selama dua tahun.

Pada masa ini, ia sempat berguru pada Syeh Ahmad Khatib yg pula guru dr pendiri NU, KH. Hasyim Asyari.

Pada tahun 1912, ia mendirikan Muhammadiyah di kampung Kauman, Yogyakarta.

Disamping aktif dlm menggulirkan gagasannya ihwal gerakan dakwah Muhammadiyah, ia pula diketahui selaku seorang wirausahawan yg cukup sukses dgn berdagang batik yg ketika itu merupakan profesi wiraswasta yg cukup menggejala di masyarakat.

  Carilah Informasi Tentang Tahapan Perkembangbiakan Bawang Merah, Kunci Jawaban Halaman 169 Kelas 3 SD MI Tema 1

Sebagai seorang yg aktif dlm kegiatan bermasyarakat & mempunyai gagasan-gagasan cemerlang, Dahlan pula dgn mudah diterima & dihormati di tengah kelompok penduduk , sehingga ia pula dgn cepat menerima daerah di organisasi Jam’iyatul Khair, Budi Utomo, Syarikat Islam & Comite Pembela Kanjeng Nabi Muhammad SAW.

Pada tahun 1912, Ahmad Dahlan pun mendirikan organisasi Muhammadiyah untuk melakukan harapan pembaruan Islam di bumi Nusantara.

Ahmad Dahlan ingin mengadakan suatu pembaruan dlm cara berpikir & beramal berdasarkan tuntunan agama Islam.

la ingin mengajak umat Islam Indonesia untuk kembali hidup menurut tuntunan al-Qur’an & al-Hadits. Perkumpulan ini berdiri bertepatan pada tanggal 18 November 1912.

Dan semenjak permulaan Dahlan telah menetapkan bahwa Muhammadiyah bukan organisasi politik namun bersifat sosial & bergerak di bidang pendidikan.

2. Kyai Haji Mohammad Hasjim Asy’arie

Kyai Haji Mohammad Hasjim Asy’arie

Di urutan kedua yaitu Kyai Haji Mohammad Hasjim Asy’arie, ia lahir di Desa Gedang, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, 10 April 1875 – meninggal di Jombang, Jawa Timur, 25 Juli 1947 pada umur 72 tahun; 4 Jumadil Awwal 1292 H- 6 Ramadhan 1366 H.

Beliau dimakamkan di Tebu Ireng, Jombang) ialah salah seorang Pahlawan Nasional Indonesia yg merupakan pendiri Nahdlatul Ulama, organisasi massa Islam yg terbesar di Indonesia.

Di kelompok Nahdliyin & ulama pesantren ia dijuluki dgn sebutan “Hadratus Syeikh” yg berarti Maha Guru.

3. Ki Hadjar Dewantara

ki hajar dewantara

Pada urutan ketiga tokoh pendidikan Indonesia yakni Raden Mas Soewardi Soerjaningrat atau lebih diketahui dgn nama Ki Hajar Dewantara.

Beberapa menuliskan suara bahasa Jawanya dgn Ki Hajar Dewantoro; lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889 – meninggal di Yogyakarta, 26 April 1959 pada umur 69 tahun.

  surat luqman ayat 13 17

Beliau adalah aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, & pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dr zaman penjajahan Belanda.

Ia ialah pendiri Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yg memperlihatkan potensi bagi para pribumi jelata untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda.

Tanggal kelahirannya sekarang diperingati di Indonesia selaku Hari Pendidikan Nasional. Bagian dr semboyan ciptaannya, Tut Wuri Handayani, menjadi slogan Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia.

Namanya diabadikan sebagai salah suatu nama kapal perang Indonesia, KRI Ki Hajar Dewantara.

Potret dirinya diabadikan pada uang kertas bagian 20.000 rupiah tahun emisi 1998.

4. Raden Adjeng Kartini

RA Kartini

Di urutan ke empat yaitu Raden Adjeng Kartini atau bahu-membahu lebih tepat disebut Raden Ayu Kartini, beliau lahir di Jepara, Jawa Tengah, 21 April 1879 & meninggal di Rembang, Jawa Tengah, 17 September 1904 pada umur 25 tahun.

R.A Kartini adalah seorang tokoh pendidikan perempuan dr suku Jawa & Pahlawan Nasional Indonesia. Kartini diketahui selaku pelopor kebangkitan wanita pribumi.

5. Dewi Sartika

Dewi sartika

Di Urutan kelima adalah Dewi Sartika, ia dilahirkan di keluarga priyayi Sunda, Nyi Raden Rajapermas dgn Raden Somanagara.

Meskipun berlawanan dgn budpekerti waktu itu, ayah-ibunya bersikukuh menyekolahkan Dewi Sartika di sekolah Belanda.

Setelah ayahnya wafat, Dewi Sartika diasuh oleh pamannya (kakak ibunya) yg menjadi patih di Cicalengka.

Oleh pamannya itu, ia mendapatkan pengetahuan mengenai kebudayaan Sunda, sementara wawasan kebudayaan Barat didapatkannya dr seorang nyonya Asisten Residen berkebangsaan Belanda.
 

Sejak 1902, Dewi Sartika sudah merintis pendidikan bagi kaum perempuan. Di suatu ruangan kecil, di belakang rumah ibunya di Bandung, Dewi Sartika mengajar di hadapan anggota keluarganya yg wanita. Merenda, mengolah masakan, jahit-menjahit, membaca, menulis & sebagainya, menjadi bahan pelajaran dikala itu

  Berapa Jumlah Kerajinan Telur yang Dibawa Pulang Oleh Dayu dan Siti ? Tulislah Operasi Hitung dari Soal di Atas, Temukan Jawabannya

Setahun kemudian, 1905, sekolahnya memperbesar kelas, sehingga kemudian pindah ke Jalan Ciguriang, Kebon Cau.

Lokasi gres ini dibeli Dewi Sartika dgn uang tabungan pribadinya, serta bantuan dana pribadi dr Bupati Bandung.

Lulusan pertama keluar pada tahun 1909, bahasa sunda bisa lebih mememenuhi syarat kelengkapan sekolah formal.

Pada tahun-tahun selanjutnya di beberapa wilayah Pasundan bermunculan beberapa Sakolah Istri, khususnya yg diatur oleh wanita-perempuan Sunda yg mempunyai harapan yg sama dgn Dewi Sartika.

Pada tahun 1912 sudah berdiri sembilan Sakolah Istri di kota-kota kabupaten (setengah dr seluruh kota kabupaten se-Pasundan).

Memasuki usia ke-sepuluh, tahun 1914, nama sekolahnya diganti menjadi Sakolah Kautamaan Istri (Sekolah Keutamaan Perempuan).

Kota-kota kabupaten wilayah Pasundan yg belum mempunyai Sakolah Kautamaan Istri tinggal tiga/empat, semangat ini menyeberang ke Bukittinggi, di mana Sakolah Kautamaan Istri diresmikan oleh Encik Rama Saleh.

Seluruh wilayah Pasundan lengkap memiliki Sakolah Kautamaan Istri di tiap kota kabupatennya pada tahun 1920, ditambah beberapa yg berdiri di kota kewedanaan.

Bulan September 1929, Dewi Sartika mengadakan peringatan pendirian sekolahnya yg telah berumur 25 tahun, yg kemudian berganti nama menjadi “Sakola Raden Déwi”.

Atas jasanya dlm bidang ini, Dewi Sartika dianugerahi bintang jasa oleh pemerintah Hindia-Belanda.

Dewi Sartika meninggal 11 September 1947 di Tasikmalaya, & dimakamkan dgn suatu upacara pemakaman sederhana di pemakaman Cigagadon-Desa Rahayu Kecamatan Cineam.

Tiga tahun kemudian dimakamkan kembali di kompleks Pemakaman Bupati Bandung di Jalan Karang Anyar, Kabupaten Bandung.