6 Pahlawan Nasional dari Aceh

Perjuangan merebut kemerdekaan tak lepas dr jasa jagoan dr Aceh, Aceh yakni salah satu wilayah di Indonesia yg menorehkan banyak catatan sejarah usaha dlm melawan penjajah.

Sumatra terutama kawasan Aceh yaitu daerah Indonesia yg menjadi sasaran empuk para penjajah, baik Belanda, Jepang maupun Portugis yg merupakan negara yg pernah menjajah Indonesia. Hal ini karena Aceh memiliki sumber daya alam (SDA) yg melimpah yakni minyak bumi & hasil hutan yg melimpah.

Aceh Darussalam berubah nama menjadi Daerah Istimewa Aceh sejak tahun 1959 hingga 2001, di tahun 2001-2009 menjadi Nanggroe Aceh Darussalam & ketika ini kembali dengan-cara resmi menjadi Provinsi Aceh.

Kesultanan Aceh merupakan kerajaan yg berpengaruh, kesultanan Aceh ini merupakan kelanjutan Kerajaan Samudra Pasai yg runtuh di kurun ke-14. Perang Aceh dimulai pada tahun 1873, tatkala Belanda tiba bareng 3.198 pasukannya & pula 168 perwira KNIL.

Perjuangan Aceh melawan penjajah sangat panjang, diawali perang Indonesia sebelum kemerdekaan, yaitu pada masa kerajaan hingga masa sehabis kemerdekaan Indonesia. Tanah Rencong ini memiliki aksara pejuang yg tangguh.

Beberapa pejuang dr Aceh bahkan ialah perempuan & telah dianugerahi gelar pendekar nasional oleh pemerintah Indonesia. Berikut yakni pendekar nasional dr Aceh yg telah berjuang melawan penjajah, baik penjajahan oleh Belanda maupun Jepang.

  • Teuku Umar

Pahlawan pertama adalah Teuku Umar, lahir pada tahun 1854 di Meulaboh Aceh Barat. Teuku Umar ialah darah biru Aceh, putra dr Ulee Balang atau darah biru yg berjulukan Teuku Ahmad Mahmud.

Teuku Umar turut berjuang semenjak tahun 1873 tatkala usianya masih 19 tahun. Perjuangannya berawal di Meulaboh lalu bergerak ke daerah Aceh Barat. Selain itu dia pula menjadi kepala desa di barat daya Meulaboh.

  Pengertian Zaman Pra Aksara dan Zaman Aksara Menurut Para Ahli

Teuku Umar bersama istrinya, yaitu Cut Nyak Dien berjuang bareng untuk mengusir penjajah dgn taktik gerilya. Di tahun 1893, Teuku Umar berpura-pura menjadi kaki tangan Belanda, dgn tujuan untuk memperoleh persenjataan & mendapatkan berita.

Di tahun 1896, Teuku Umar dengan-cara terang-terangnya berbalik membela Aceh dgn menjinjing lari senjata Belanda sejumlah 800 pucuk senjata. Teuku Umar wafat di tahun 1899, tetapi perjuangannya dilanjutkan oleh istrinya, Cut Nyak Dien.

Di tahun 1955, pemerintah Indonesia memutuskan Teuku Umar sebagai hero nasional yg turut memperjuangkan jiwa & raganya untuk mengusir penjajah.

  • Cut Nyak Dien

Cut Nyak Dien lahir di Lampadang, Aceh Besar pada tahun 1848, beliau pula istri dr Teuku Umar. Cut Nyak Dien ialah putri bangsawan Aceh yg berjulukan Teuku Nanta Seutia.

Cut Nyak Dien meneruskan perjuangan suaminya untuk melawan & mengusir penjajah. Cut Nyak Dien mempunyai siasat gerilya dlm pertempuran melawan penjajah.

Cut Nyak Dien meninggal di tahun 1908 & dimakamkan di kawasan Gunung Puyuh, di Sumedang, Jawa Barat. Cut Nyak Dien menerima gelar hero nasional pada tanggal 2 Mei 1964.

  • Teungku Cik Ditiro

Teungku Cik Ditiro Muhammad Saman lahir di Dayah Jrueng Kenegerian Cumbok Lam Lo, yakni di wilayah Pidie pada tahun 1836. Selain selaku panglima besar Aceh, ia pula seorang ulama.

Teungku Cik Ditiro memimpin perang melawan Belanda di tahun 1881. Teungku Cik Ditiro meninggal di tahun 1891 & dimakamkan di Desa Meureu, Indrapuri.

Teungku Cik Ditiro mendapatkan gelar pendekar nasional dengan-cara resmi tertulis di dlm Keputusan (SK) No SK 087/TK/1973, pada tanggal 6 November 1973.

  • Cut Nyak Mutia
  Cerita Kehidupan Pers di Uni Soviet

Satu lagi pendekar perempuan dr Aceh, yaitu Cut Nyak Mutia. Lahir di Keureutoe, Aceh Utara pda tanggal 15 Februari 1870. Cut Nyak Mutia berjuang melawan penjajah bareng pasukan Inong Balee, Inong Bale merupakan istilah untuk janda pejuang Aceh

Di tahun 1910, Cut Nyak Mutia wafat saat berusia 40 tahun dlm pertempuran melawan pasukan Belanda di Alue Kurieng, Aceh Utara. Wajah Cut Nyak Mutia ini diabadikan di dlm uang pecahan seribu rupiah yg gres.

Cut Nyak Mutia menerima gelar hero nasional pada tahun 1964 lewat Keputusan (SK) No SK 087/Taman Kanak-kanak/1973 Keputusan Presiden Nomor 107/1964.

  • Sultan Iskandar Muda

Sultan Iskandar Muda memiliki nama panjang Paduka Seri Sultan Iskandar Muda Mahkota Alam, beliau lahir di Bandar Aceh Darussalam pada tahun 1583.

Sultan Iskandar Muda yakni raja Aceh Darussalam yg tatkala kepemimpinannya di tahun 1607-1636, Aceh meraih masa keemasannya. Di masanya, Aceh menguasai Sumatra & sebagian kawasan Malaysia yaitu Johor & Kedah.

Di masa kepemimpinannya, Aceh menyerang Portugis di Malaka. Sultan Iskandar Muda wafat di tahun 1636 & baru mendapatkan gelar palawan nasional pada tahun 1993 melalui Presiden No. 077/Taman Kanak-kanak/Tahun 1993. Namanya pula diabadikan menjadi nama bandara udara di Aceh.

  • Teuku Muhammad Hasan

Teuku Muhammad Hasan yakni pahlawan nasional yg turut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia lewat usaha politiknya. Teuku Muhammad Hasan lahir di Pidie, Aceh pada tanggal 4 April 1906.

Teuku Muhammad Hasan bareng dgn Ali Sostroamidjojo & Muhammad Hatta pula merupakan tokoh dlm pergerakan nasional & salah satu tokoh kemerdekaan Indonesia. Beliau tergolong salah satu anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia.

Ketika masa aksi militer belanda II, bersama Syarifudin Prawiranegara membentuk Pemerintah Darurat Republik Indonesia di Bukit Tinggi Sumatra Barat. Muhammad Hasan menjadi Gubernur Wilayah Sumatra yg pertama pasca kemerdekaan Indonesia di tahun 1945.

  Sejarah Pembentukan Ppki (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia)

Teuku Muhammad Hasan wafat di Jakarta pada tanggal 21 September tahun 1997 silam & sudah dianugerahi gelar satria nasional melalui Surat Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 085/Taman Kanak-kanak/Tahun 2006 tertanggal 3 November 2006.