7 Prasasti Peninggalan Kerajaan Tarumanegara

Indonesia memiliki beberapa kerajaan pada zaman dulu, salah satunya yaitu kerajaan Tarumanegara yg termasuk salah satu kerajaan tertua di Indonesia. Kerajaan Tarumanegara merupakan salah satu kerjaan hindu paling besar di Indonesia yg berdiri pada periode ke empat & runtuh di masa ke tujuh.

Kerajaan ini termasuk salah satu bentuk dampak Hindu Buddha di Indonesia & terletak di Bogor, Jawa Barat. Sehingga mampu dikenali bahwa bahasanya menggunakan Bahasa Sansekerta & huruf Pallawa yg ada di prasasti.

Kerajaan Tarumanegara yg merupakan lanjutan dr kerajaan Salakanagara ini dipimpin oleh raja-raja yakni Jayasingawarman (pendiri kerajaan Tarumanegara pada tahun 358 M & memerintah sampai tahun 382 M), Dharmayawarman, Purnawarman, Wisnuwarman, Indrawarman, Candrawarman, Suryawarman, Kertawarman, Sudhawarman, Hariwangsawarman, Nagajayawarman, & Linggawarman.

Puncak kejayaannya pada masa dibawah pimpinan Raja Purnawarman. Sosok raja tersebut digambarkan dlm prasasti jambu sebagai seseorang yg jujur, gagah & fantastis.

Perekonomian penduduk pada masa kerajaan Tarumanegara berasal dr pertanian, perburuan binatang, peternakan, & jual beli perak, kulit penyu & cula warak termasuk dlm metode ekonomi tradisional.

Hal tersebut ditemukan pada catatan penjelajah Cina yg berjulukan Fa Hien di kala ke lima masehi. Kerajaan Tarumanegara yg runtuh pada periode ke tujuh meninggalkan beberapa peninggalan kerajaan berikut ini sebagai bukti bahwa kerajaan ini pernah ada di Indonesia.

Prasasti Peninggalan Kerajaan Tarumanegara

  • Prasasti Pasir Koleangkak

Prasasti ini ditemukan di tempat perkebunan jambu tepatnya di bukit Koleangkak yg berlokasi sejauh 30 km dr sebelah barat kota Bogor, Jawa Barat. Prasasti inilah yg disebut dgn prasasti jambu. Prasasti ini berisi sanjungan pada raja Purnawarman akan sosoknya yg berani, gagah & fantastis.

  Budaya Dalam Konteks Keagamaan

Tulisan yg ada di prasasti jambu berisi:

yang termasyur serta setia pada tugasnya merupakan raja yg tiada taranya berjulukan Sri Purnawarman yg memerintah Taruma serta baju perisainya tak mampu tembus oleh panah musuh-musuhnya, kepunyaannyalah kedua jejak telapak kaki ini, yg selalu berhasil menghancurkan benteng lawan, yg selalu menghadiahkan jamuan keberanian (kepada mereka yg setia kepadanya), namun merupakan duri bagi musuh-musuhnya.

  • Prasasti Ciarunteun

Prasasti ini didapatkan di tepi sungai Ciarunteun erat muara Cisadane di Ciampea, Bogor. Pada prasasti tersebut tergambar goresan telapak kaki & keuntungan-laba, & puisi yg ditulis dlm huruf Pallawa & Bahasa Sansekerta yg berbunyi:

kedua jejak telapak kaki yg seperti telapak kaki Wisnu ini kepunyaan raja dunia yg gagah berani yg masyur Purnawarman penguasa Tarumanegara.

Sedangkan gambar tapak kaki ada dua fungsinya. Pertama, cap telapak kaki tersebut melambangkan mengenai kekuasaan raja di tempat ditemukannya prasasti tersebut. Kedua, cap tapak kaki tersebut melambangkan adanya keberadaan & kekuasaan penguasa yg sekaligus selaku penghormatan selaku ilahi.

Tujuannya untuk mempertegas letak raja Purnawarman mirip dewa Wisnu yg dipersepsikan selaku pelindung & penguasa atas rakyatnya.

  • Prasasti Lebak atau Cidanghiang

Prasasti ini didapatkan kampung Lebak di pinggir sungai Cidanghiang, Munjul, Pandeglang, Provinsi Banten. Dalam prasasti ini berisi perihal kebanggaan & keagungan terhadap raja Purnawarman yg berbunyi:

inilah tanda keperwiraan, keagungan, & keberanian yg sesungguh-sungguhnya dr raja dunia, yg mulia Purnawarman, yg menjadi panji sekalian raja.

Corak tulisan pada prasasti lebak mirip dgn yg ada pada prasasti tugu. Tertulis dlm dua kalimat dlm goresan pena menggunakan huruf Pallawa & Bahasa Sansekerta.

  Sejarah Pemilu Di Indonesia Pasca Kemerdekaan Hingga Kini

Prasasti lebak ditemukan pada tahun 1947. Penemuan prasasti ini pertama kali ditemukan oleh Toebagus Roesjan, seorang kepala dinas purbakala pada tahun tersebut, tetapi gres diteliti di tahun 1954.

  • Prasasti Kebon Kopi

Prasasti
tersebut didapatkan di kampung Muara Hilir, Cibungbulang. Dalam prasasti ini
disebutkan mengenai adanya dua kaki gajah mirip tapak kaki gajah Airawati
(gajah kendaraan milik Dewa Wisnu). Prasasti tersebut didapatkan pada kurun ke
19.

  • Prasasti
    Muara Cianten

Prasasti ini ditemukan di wilayah Bogor. Prasasti
muara ciaten ditulis dlm abjad iksal. Tulisan tersebut belum mampu untuk
dibaca atau diterjemahkan.

  • Prasasti
    Pasir Awi

Prasasti pasir awi ditemukan di wilayah pasir
awi, Leuwiliang, Bogor. Prasasti tersebut belum mampu dibaca alasannya adalah pula tertulis
dalam huruf iksal.

  • Prasasti
    Tugu

Prasasti tugu ditemukan di wilayah Tugu, Cilincing, kota Jakarta Utara. Prasasti tersebut dipahat di suatu watu bulat panjang & berukuran paling panjang dibandingkan dgn prasasti Tarumanegara yang lain, sehingga ada beberapa ciri khas pada prasasti tugu. Hal ini tergolong sejarah peninggalan Hindu Buddha.

Ciri khas pada prasasti tersebut yakni prasasti ini menuliskan dua nama sungai yg terkenal di Punjab. Dua sungai tersebut berjulukan sungai Chandrabaga & sungai Gomati. Karena adanya keterangan dua sungai itu menimbulkan ciri khas dr para sarjana yg salah satunya menurut Poerbatjaraka.

Sehingga dengan-cara etimologi atau ilmu untuk mempelajari mengenai suatu ungkapan menyebutkan bahwa sungai Chandrabaga didefinisikan sebagai sungai Bekasi. Selain itu, prasasti ini pula menyebutkan mengenai anasir penanggalan. Walaupun penuturan tersebut tak lengkap dgn angka tahunnya yakni bulan caitra & phalguna yg terlupakan, menyerupai dgn dengan bulan Februari & bulan April.

  Sudut Pandang Untuk Pembangunan Masyarakat Indonesia

Dalam prasasti tugu pula disebutkan mengenai pelaksanaan upacara selamatan oleh Brahmana yg disertai dgn adanya seribu ekor sapi yg dihadiahkan oleh raja.