Kehidupan Sosial Kerajaan Pajajaran: Struktur, Profesi, dan Nilai Budaya

Berdasarkan kitab Sanghyang Siksa Kandang Karesian (SSKK), naskah Sunda Kuno tertua bertahun 1518 M 36, kehidupan sosial Kerajaan Pajajaran (berpusat di Pakuan, Bogor) terstruktur secara hierarkis namun harmonis. Masyarakatnya menjunjung adat istiadat, nilai spiritual, dan kerja kolektif. Berikut analisis mendalam struktur sosialnya:


kehidupan sosial kerajaan pajajaran
kehidupan sosial kerajaan pajajaran

1. Kelompok Rohani dan Cendekiawan: Penjaga Pengetahuan dan Spiritualitas

Kitab SSKK mencatat kelompok ini sebagai pemimpin spiritual dan intelektual yang menguasai bidang spesifik 56:

  • Brahmana: Ahli mantra dan ritual keagamaan.
  • Pratanda: Pakar tingkatan kehidupan religius.
  • Janggan: Spesialis praktik pemujaan.
  • Memen: Penutur cerita tradisional.
  • Paraguna: Pencipta lagu dan nyanyian.
  • Prepatun: Penggubah pantun (sastra lisan).

Mereka bertugas memimpin upacara, memberi nasihat spiritual, dan melestarikan pengetahuan lokal. Kitab SSKK sendiri ditulis kalangan karesian (agamawan) untuk membimbing masyarakat umum 69.


2. Kelompok Aparat Pemerintah: Penjaga Ketertiban

Struktur pemerintahan dipimpin raja (contohnya Sri Baduga Maharaja/Prabu Siliwangi) sebagai pemimpin tertinggi. Di bawahnya, terdapat 47:

  • Bhayangkara: Pasukan pengamanan ibu kota.
  • Prajurit: Tentara kerajaan.
  • Hulu Jurit: Komandan militer.
  • Mantri dan Mangkubumi: Penasihat politik dan administrasi.

Prabu Siliwangi memperkuat pertahanan ibu kota Pakuan, menyusun undang-undang kerajaan, dan membangun asrama tentara (kesatriaan) 413.


3. Kelompok Ekonomi: Pilar Kesejahteraan

Masyarakat Pajajaran mengandalkan pertanian, peternakan, dan kerajinan. Berdasarkan SSKK dan catatan sejarah, mereka terbagi dalam profesi 458:

  • Pahuma/Pesawah: Petani ladang dan sawah (penghasil padi dan palawija).
  • Palika: Nelayan sungai dan darat.
  • Pande Mas/Pande Dang: Perajin logam dan pembuat perabot rumah tangga.
  • Juru Lukis: Seniman lukis.
  • Marangguy: Pemahat kayu dan pembuat patung.
  Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia

Mata pencaharian utama adalah peladangan berpindah, sehingga permukiman cenderung semi-permanen. Hasil pertanian dan kerajinan diperdagangkan hingga ke pasar internasional seperti China dan India, menggunakan kapal jong 813.


4. Hierarki dan Nilai Sosial-Budaya

Masyarakat Pajajaran menganut sistem golongan berdasarkan profesi dan asal-usul 813:

  1. Golongan Raja dan Bangsawan: Memiliki hak politik tertinggi.
  2. Warga Bebas (petani, seniman, pedagang): Rakyat biasa yang mandiri secara ekonomi.
  3. Hulun/Budak: Kelompok tanpa hak politik, biasanya tawanan perang.

Nilai moral diatur ketat dalam SSKK, seperti:

  • Dasa Prebakti (10 bentuk pengabdian): Bakti anak kepada orang tua, rakyat kepada raja, dan manusia kepada dewata 9.
  • Larangan mencuri, berbohong, dan berperilaku asusila.
  • Penekanan pada harmoni antara manusia dan alam, tercermin dari alegori:“Telaga dikisahkan angsa, hutan dikisahkan gajah; laut dikisahkan ikan, bunga dikisahkan lebah.” 69.

5. Dampak Sosial pada Budaya

  • Arsitektur: Minimnya bangunan permanen karena pola hidup berpindah. Satu-satunya candi yang tercatat adalah Candi Cangkuang di Garut 5.
  • Sastra: Karya seperti Carita Parahyangan (tulis) dan pantun Haturwangi (lisan) 513.
  • Sistem Irigasi: Prabu Siliwangi membangun Talaga Maharena Wijaya dan infrastruktur pertanian 413.

Tabel: Kontribusi Sri Baduga Maharaja dalam Pembangunan Sosial

BidangKaryaDampak Sosial
PertahananBenteng ibu kota, angkatan perangStabilitas keamanan wilayah
EkonomiDesa perdikan, jalur perdaganganPeningkatan kesejahteraan petani
SpiritualDesa perdikan untuk pendetaPenguatan pendidikan agama
HiburanPamingtonan (gedung pertunjukan)Pelestarian seni tradisional

6. Warisan Nilai dalam Masyarakat Modern

Struktur sosial Pajajaran yang berbasis profesi dan kolaborasi masih tercermin dalam masyarakat Sunda kontemporer, seperti:

  • Gotong Royong: Tradisi kerja sama dalam pertanian (mapag sawah).
  • Pelestarian Pantun: Seni pantun Sunda yang diwarisi dari kelompok prepatun.
  • Penghormatan pada Alam: Filosofi tri tangtu di buana (harmoni langit, bumi, manusia).
  Sejarah Museum Keprajuritan Tmii Dan Koleksinya

Kesimpulan

Kehidupan sosial Kerajaan Pajajaran adalah mosaik kompleks dari interaksi kelompok rohani, pemerintah, dan ekonomi yang saling mendukung. Kitab Sanghyang Siksa Kandang Karesian tidak hanya menjadi pedoman moral, tetapi juga bukti kecanggihan tata sosial Sunda abad ke-16. Warisannya bertahan dalam budaya gotong royong, kesenian tradisional, dan penghormatan pada alam yang menjadi identitas masyarakat Jawa Barat hingga kini.

“Lamun pahi kaopeksa sanghyang wuku lima (dina) bwana, boa halimpu ikang desa kabeh.”
(Jika lima unsur alam dijaga, seluruh desa akan sejahtera) – Pesan dari SSKK tentang harmoni sosial-ekologis 9.*