close

Contoh Perubahan Sosial, Beserta Penjelasan Teori Sosiologinya

Novran Juliandri Bhakti

Perubahan Sosial Disaat Pandemi Covid-19 di Indonesia

Pandemi covid-19 sudah merubah segala aspek kehidupan insan, ia masuk pada ranah kesehatan, ekonomi, politik, kemanusiaan & pendidikan. 

Yang disebutkan tadi itu gres dengan-cara garis besar, belum masuk pada penyebab, akibat, & teladan fenomena yg terjadi yg diakibatkan oleh pandemi covid-19. 

Kita tak bisa menutup mata kalau pandemi covid-19 atau yg lebih diketahui dgn virus corona, sudah memporak-porandakan seluruh negara, tak terkecuali Indonesia. Saking porak porandanya Indonesia yaitu dapat kita lihat pada faktor ekonomi. 

UMKM (Usaha Mikro Kecil & Menengah) sering menjadi imbasnya, banyaknya peraturan pembatasan kegiatan atau lockdown menciptakan para penjualUMKM menciptakan ruang gerak mereka menjadi sempit dlm berdagang & menemukan laba untuk menutupi modal. 

Pembatasan kegiatan atau lockdown tersebut pula berlaku pada ranah pendidikan, kita sama-sama tahu kalau acara belajar mengajar di kelas atau luring sungguh dibatasi. 

Jika naik level yg terjangkit covid yg sebelumnya zona hijau atau kuning menjadi zona merah, hukum bisa dirubah dengan-cara secara tiba-tiba atau tiba-tiba. 

Pembelajaran yg sebelumnya luring atau di dlm kelas, akan digantikan dgn daring atau mencar ilmu di rumah menggunakan bermacam-macam aplikasi mencar ilmu online. 

Hal ini yg menjadi sebuah dilema pro & kontra di tengah-tengah masyarakat. Ada wali murid yg tak terkendala dgn kebijakan tersebut, & ada pula yg keberatan dgn kebijakan tersebut. 

Beberapa ada yg keberatan dikarenakan tak memiliki device atau alat untuk menunjang pembelajaran online seperti Smartphone ataupun laptop/PC. 

Jika adapun device-nya, beberapa penduduk pula terkendala dgn lokasi kediaman rumah yg tak terjangkau sinyal & keterbatasan berbelanja paket internet. 

Persoalan ini bukan salah & personal dr penduduk , akan tetapi ada sangkut pautnya dgn kinerja pemerintah dlm mengatasi hal tersebut. Untuk itu kita akan melanjutkannya pada pembahasan, supaya lebih rinci. 

Kita pula akan mengkaitkan fenomena pendidikan, pandemi, & kegiatan mencar ilmu mengajar online ini dgn teori AGIL milik Talcott Parson.

Pada pembahasan disini, gue akan membuat beberapa point yakni dimulai dgn apa itu pendidikan dengan-cara lebih rinci lagi dgn referensi yg gue miliki.

Dilanjutkan dgn bagaimana pendidikan di Indonesia bisa survive pada ketika pandemi dgn mengaitkannya dgn Teori AGIL Talcot Parson. 

Aku akan menyajikan beberapa data-data dr beberapa sumber mirip buku & artikel-artikel yg berhubungan dgn goresan pena ini. 

Tulisan ini gue harap dapat menjadi referensi mereka yg berada di dunia pendidikan, baik itu guru, dosen, siswa, mahasiswa, ataupun pemerhati pendidikan yg berwenang. 

Sebab pendidikan pula mesti dibahas remaja ini, bukan saja tentang kestabilan politik maupun ekonomi. Dari pendidikan juga, maka terciptalah generasi masa depan yg nantinya menjadi estafet untuk mengurus dilema politik & ekonomi negara kedepannya.

Apa Itu Pengertian atau Definisi Pendidikan ? 

Pendidikan mempunyai sebuah istilah dr bahasa Yunani yaitu “pedagogie,” yg akar katanya “pais” yg memiliki arti anak & “again” yg artinya membimbing. Makara, “paedagogie” bermakna bimbingan yg diberikan pada anak. 

Dalam bahasa Inggris, pendidikan diterjemahkan menjadi “education.” Education, berasal dr bahasa Yunani “educare” yg mempunyai arti menjinjing keluar yg tersimpan dlm jiwa anak, untuk dituntun biar berkembang & berkembang (Syafril & Zelhendri Zen, 2017: 26).” 

Selain definisi di atas, ada pula dua definisi mengenai pendidikan yg lain yaitu, “Pendidikan mempunyai arti daya upaya untuk mengembangkan bertumbuhnya akal pekerti (kekuatan batin, karakter), asumsi (intelek & badan anak).

  Pengertian Culture Shock atau Gegar Budaya : Faktor Penyebab, Gejala, Cara Mengatasi, dan Contohnya

Dalam Taman Siswa tak boleh dipisah-pisahkan serpihan-kepingan itu supaya kita mengembangkan kesempurnaan hidup, kehidupan, & penghidupan, belum dewasa yg kita didik, selaras dgn dunianya. (Ki Hajar Dewantara, 1977: 14 dlm Syafril & Zelhendri Zen, 2017: 30).” 

Menurut (Dijen Dikti, 1983/1984: 19 dlm Syafril & Zelhendri Zen, 2017: 31) “Pendidikan yakni proses dimana seseorang berbagi kemampuan perilaku & bentuk-bentuk tingkah laris lainnya.

Di dlm masyarakat di mana ia hidup, proses sosial di mana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yg terpilih & terkontrol (khususnya yg datang dr sekolah), sehingga dapat memperoleh atau mengalami kemajuan kemampuan sosial & kemampuan individu yg optimum.” 

Begitu lah sedikit kutipan kalimat yg gue kutip mengenai pendidikan, ya bisa dibilang pendidikan ini yaitu membangun generasi generasi penerus bangsa.

Agar memiliki kompetensi-kompetensi pada aspek kesanggupan akademik dlm skala individu, serta kemampuan berkomunikasi dlm skala sosial. 

Siapa sih penerus bangsa itu? Ya mereka generasi muda yg masuk kedalam kategori usia 6 sampai 23 Tahun. 

Usia tersebut merupakan standar dr usia belum dewasa yg menerima pendidikan di Indonesia, dr jenjang Taman Kanak-Kanak hingga ke Perguruan Tinggi. 

Jika dihitung lamanya, ada sekitar 17 tahun. Akan tetapi, tak semua anak-anak di Indonesia yg mendapatkan pendidikan selama itu. 

Menurut data dr (sirusa.bps.go.id), rumus yg dipakai oleh Badan Pusat Statistik yaitu RLS= 1n × i=1nxi, yg mana keterangan dr rumus tersebut selaku berikut: 

RLS = Rata-rata-rata usang sekolah penduduk usia 25 tahun ke atas, xi= Lama sekolah penduduk ke-i yg berusia 25 tahun, N = Jumlah penduduk usia 25 tahun ke atas. 

Nah untuk kegunaan dr rumus ini yakni “RLS mampu dipakai untuk mengenali mutu pendidikan penduduk dlm suatu wilayah.”

Keterangan tambahannya yakni “Penduduk yg tamat Sekolah Dasar dipertimbangkan usang sekolah selama 6 tahun, tamat SMP dipertimbangkan selama 9 tahun, tamat Sekolah Menengan Atas diperhitungkan lama sekolah selama 12 tahun tanpa memperhitungkan tinggal kelas atau tidak. 

Untuk interpretasi, kegunaan atau penafsiran dr rumus RLS ini yaitu “RLS dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pendidikan masyarakat dlm suatu wilayah. RLS Indonesia pada tahun 2016 sebesar 7,95 tahun. 

Artinya, dengan-cara rata-rata penduduk Indonesia yg berusia 25 tahun ke atas sudah menempuh pendidikan selama 7,95 tahun atau hampir menamatkan kelas VII.” 

Dari data tersebut, kita bisa menganggap bahwa masih banyak generasi muda Indonesia yg putus sekolah, atau hanya menamatkan pendidikannya pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (sederajat). 

Generasi muda indonesia yg menempuh pendidikan tinggi atau perguruan tinggi masih rendah, hal tersebut disampaikan oleh Bapak Mohammad Nasir (Staf Khusus Wakil Presiden Bidang Reformasi Birokrasi & Pendidikan). 

Dalam (tribunnews.com) ia menyampaikan bahwa “ketika ini jumlah penduduk yg menempuh jenjang pendidikan tinggi masih rendah. Nasir menyampaikan pada 2019, jumlah penduduk yg masuk perguruan tinggi cuma mencapai 34,58 persen dr keseluruhan warga Indonesia. 

“Kondisi yg sekarang terjadi yaitu masalah-perkara yaitu buat rakyat Indonesia ini yg mengikuti pendidikan tinggi gres 34,58 persen,” ujar Nasir dlm webinar Kompas Talk with UT, Rabu (2/9/2020).”

Nah saking banyaknya problematika pendidikan di Indonesia, ada problem baru yg tiba yakni pandemi covid-19. 

Sudah 2 tahun berselang pandemi belum usai, pendidikan menjadi salah satu sektor yg terkena imbasnya. Minimnya generasi muda dlm menamatkan studinya, serta tak melanjutkan ke perguruan tinggi. 

Membuat pendidikan di Indonesia kian memburuk, ditambah lagi diperparah dgn pandemi covid-19 yg tak kunjung selesai.

  Teori Pierre Bourdieu Memahami Sumber Modal dan Field, Beserta Contohnya

Pendidikan di abad kini mesti bisa mengikuti keadaan, demi terciptanya pendidikan yg berkesinambungan & tak terkesan mandek. 

PJJ atau “Pembelajaran Jarak Jauh” adalah salah satu tips yg diberikan oleh pemerintah, dlm hal ini Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, & Teknologi Republik Indonesia. 

Disaat yg serentak, demi kelangsungan pendidikan di Indonesia tetap berlangsung, ada perkara gres yg timbul dlm “Pembelajaran Jarak Jauh” ini, yaitu terkendala device & susukan internet yg kurang mencukupi, serta kuota internet yg cukup memberatkan bagi sebagian orang renta/wali murid.

Nah untuk analisis lebih lanjut, kita masuk pada point desain AGIL dlm menghadapi pendidikan di masa pandemi covid-19. 

Analisis Pendidikan di ketika Pandemi menggunakan Teori Sosiologi yakni AGIL Talcott Parsons

Sama-sama kita ketahui bahwa, pendidikan turut terkena efek dr gejolak pandemi covid-19 yg sudah menahun ini. 

Semua stakeholder, baik tiap-tiap pemerintah di setiap negara maupun pemerintah yg bernaung pada lembaga internasional.

Turut pundak membahu menciptakan solusi, serta mencarikan alternatif semoga kehidupan umat manusia tetap berlangsung sebagaimana mestinya. 

Telah disinggung pula pada point di atas, bahwa pemerintah kita telah membuat suatu solusi supaya pendidikan tetap terus berlangsung. 

Pembelajaran Jarak Jauh, Pembelajaran Dalam Jaringan (Daring) yakni ungkapan serta konsep pendidikan yg dibuat oleh Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, & Teknologi Republik Indonesia. 

Menggunakan ragam aplikasi serta website ialah salah satu cara untuk membuat pembelajaran daring ini menjadi berhasil.

Alih-alih ingin meraih sebuah keberhasilan, Indonesia mengalami mengalami kasus baru lagi yaitu duduk perkara kecepatan sinyal untuk seluruh wilayah Indonesia. 

Dari pembelajaran ini mulai diterapkan pada tahun 2020, hingga kini 2021. Sangat tampakbahwa, susukan internet kita masih sungguh terbatas untuk di beberapa wilayah. 

Daerah yg masuk ke dlm kategori 3 T, sungguh sukar untuk menerapkan pembelajaran daring. Boro-boro sinyal, device mirip laptop atau ponsel pintar saja tidak memiliki. 

Terkendala dgn media, menciptakan beberapa para spesialis & pemerhati pendidikan, serta penduduk berkomentar bahwa pembelajaran daring sangat sulit untuk diterapkan. 

Selain masalah di atas, ada pula perkara yg baru, yakni orang renta menjadi fasilitator di rumah untuk anaknya belajar. Ya…. Namanya fasilitator, mesti sedia & sigap untuk memperhatikan yg diharapkan oleh anak. 

Terlebih lagi kalau anak tersebut, masih bersekolah dibangku Taman Kanak-kanak, SD, & SMP. Banyak orang tua yg kesulitan membagi waktunya untuk membimbing buah hati, & ada pula yg susah untuk memakai smartphone serta aplikasi mencar ilmu penunjang pada dikala sekolah daring.  

Melihat fenomena-fenomena tersebut, kita bisa mengkajinya dengan-cara lebih dlm lewat teori yg dicetuskan oleh Talcott Parsons yakni AGIL. 

Dalam Jurnal Analisa Sosiologi (Jayadi Suparman & Rahmawati Ratih: 2019), bahwa parson mendefenisikan AGIL sebagai berikut: 

“Parsons (2013) menerangkan bahwa (Adaptation) yaitu tata cara sosial mampu beradaptasi dgn lingkungan sekitar serta menyesuaikan dgn keperluan kalangan. 

Selain itu pula penduduk saling mengetahui dlm mencapai tujuan yg sama (Goal attainment), sehingga terdapat hubungan (Integration) yg dekat antara masyarakat, kemudian menjaga pola-pola relasi (Latent Pattern Maintenance) tersebut.” 

Empat hal tadi memiliki keterkaitan, jika diinterpretasikan ke dlm fenomena pendidikan di ketika pandemi covid-19, semua pihak mampu & harus bisa menyesuaikan diri dgn kondisi baru di tengah pandemi. 

Menyesuaikan diri dgn pola hidup baru, mirip 3 M (Mencuci Tangan, Menjaga Jarak, Serta Memakai Masker) ialah salah satu ciri dr Adaptasi. 

Begitu pula dlm hal pendidikan, sistem baru yg dibentuk oleh pemerintah mesti dipraktekkan oleh masyarakat, & penduduk mesti bisa mengikuti keadaan & menyesuaikan diri sesuai dgn kapasitas & kapabilitas mereka. 

  Ideologi Negara : Pembahasan Kebijakan RUUI HIP

Pembelajaran mulanya menjadi fenomena yg rumit, sulit, & sungguh memberatkan. Namun seiring berjalannya waktu, khalayak menjadi paham & aware terhadap ketetapan pemerintah, bahwa pembelajaran daring harus diterapkan. 

Wilayah yg Susah sinyal internet tertuntaskan, subsisi kuota internet diberikan, serta pinjaman untuk membeli device smartphone. Untuk di beberapa wilayah di Indonesia dikerjakan pembelajaran Luring, dgn masuk kelas sesuai dgn protokol kesehatan yg berlaku.

Menggunakan masker, face shield, hand sanitizer, menjaga jarak, kapasitas kelas Cuma 50%, serta menerapkan tata cara shift kelas pagi & kelas siang. Dari usaha & upaya untuk menerapkan penyesuaian tadi, pada karenanya menuju sebuah tujuan (Goal Attainment). 

Adaptasi kebiasaan baru tatkala di kelas & tatkala pembelajaran online, melahirkan sebuah cara baru untuk tetap terus mencar ilmu & menuntut ilmu, meskipun di tengah kondisi yg kurang baik. 

Pada karenanya tujuan untuk menumbuhkan pendidikan menjadi terwujud. Dari tujuan yg sudah tercapai, maka metode pendidikan tersebut dapat membangun rasa persatuan, integrasi tersebut akan ditetapkan & dipertahankan hingga pandemi usai. 

Hingga kesudahannya tatkala khalayak sudah tenteram dgn tata cara pendidikan mirip ini, sistem serta pola-pola (Latent Pattern Maintenance) yg ada pada pembelajaran daring ataupun pembelajaran luring di kelas, yg menerapkan protokol kesehatan akan dijaga.          

Dengan demikian, saya menyaksikan bahwa yg namanya pendidikan itu penting. Pendidikan itu membangun negara, pendidikan itu mencerdaskan generasi muda, & pendidikan pula membuat masa depan menjadi cerah.

Pandemi covid-19 membuat semua menjadi sukar, tergolong dunia pendidikan. Pandemi ini datang & menjangkiti Indonesia pada permulaan tahun 2020, menciptakan Indonesia bahkan dunia hancur serta kocar kacir. 

Kita seakan menyerah & tak berdaya dibentuk oleh virus corona tersebut. Virus yg kecil itu, mampu meluluh lantahkan insan, merusak ekonomi, menciptakan gejolak politik, mematikan kemanusiaan, hingga terseoknya pendidikan. 

Satu tahun sudah berlalu, kini seluruhnya mulai beradaptasi, membiasakan diri dgn protokol kesehatan semoga dapat bangun kembali. 

Tujuannya satu, biar umat insan diseluruh dunia dapat hidup dgn normal kembali. Semua pihak mau tak mau mesti mengikuti keadaan, terutama di dunia pendidikan. 

Kominfo Republik Indonesia berafiliasi dgn Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, & Teknologi Republik Indonesia. 

Bahu membahu bersinergi untuk menciptakan pembelajaran daring menjadi sukses, selain menawarkan subsidi kuota. 

Tentunya Kominfo memperluas & memperkuat jaringan internet di Indonesia, dr kota besar hingga ke daerah-tempat. 

Sekian goresan pena ku kali ini, untuk gosip & berkabar dgn ku, teman teman bisa menelepon sosial media ku di bawah ini. Terima Kasih, hingga jumpa pada artikel berikutnya.

Nah itulah pola pergeseran sosial dlm kehidupan sehari hari yg ada di Indonesia, yakni dlm dunia pendidikan, beserta klarifikasi teori sosiologi AGIL Talcott Parsons.

Follow Sosial Media

FB        : Novran Juliandri Bhakti

Instagram: @nvrnjlndr

Twitter: @ininovran

Sumber Referensi :

Martono, Nanang. 2014. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Rajawali Pers.

(Ratih Rahmawati, Suparman Jayadi 2019)Ratih Rahmawati, S. J. (2019). Analisis Kasus pada Usaha Kecil & Menengah (UKM) “Ms Collection” Kerajinan Kain Perca di Kelurahan Gandekan Kecamatan Jebres Kota Surakarta. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699. https://jurnal.uns.ac.id/jas/article/view/29220.

https://www.tribunnews.com/nasional/2020/09/02/eks-menristek-gres-3458-persen-warga-indonesia-yang-tempuh-jenjang-pendidikan-tinggi, diakses 18 Agustus 2021. 

https://sirusa.bps.go.id/sirusa/index.php/indikator/572, diakses 18 Agustus 2021.

https://www.kompas.com/edu/read/2021/02/04/144307671/hasil-sensus-2020-cuma-85-persen-penduduk-indonesia-tamat-kuliah?page=all, diakses 18 Agustus 2021.   

Sumber Foto : 

www.pixabay.com