Karena katanya kebijakan ini akan mulai dipraktekkan oleh Pemerintah Indonesia untuk mampu hidup berdampingan dgn virus corona.
Dilansir dr Tirto.id, definisi new wajar yakni skenario untuk mempercepat penanganan C0vid-I9 dlm faktor kesehatan & sosial-ekonomi.
Pemerintah Indonesia telah mengumumkan rencana untuk mengimplementasikan skenario new norma dgn mempertimbangkan studi epidemiologis & kesiapan regional.
Teori Talcott Parsons Fungsionalisme Struktural. Menurut Parson, ada empat fungsi penting untuk semua metode langkah-langkah. Itu disebut dgn sketsa AGIL, yg mencakup Adaptation, Goal Attainment, Integration, & Latency.
(A) Adaptation/penyesuaian. Sebuah sistem harus menanggulangi suasana eksternal yg gawat. Sistem mesti menyesuaikan diri dgn lingkungan & menyesuaikan lingkungan itu dgn kebutuhannya.
Kurang lebih selama 3 bulan masyarakat hidup dgn mematuhi & menerapkan hukum dlm PSBB, seperti social & physical distancing, memakai masker, mencuci tangan dengan-cara terstruktur, mengonsumsi vitamin, & berbagainya.
New wajar selaku kebijakan baru yg mengharuskan penduduk hidup berdampingan dgn virus corona, sehingga harus sangat sadar akan pentingnya protokol kesehatan untuk menjaga keselamatan diri masing-masing.
Adaptasi yg dilaksanakan penduduk selama masa-masa pandemi virus dgn menerapkan protokol kesehatan. Seperti kini ini, tentang kebijakan New Normal, yg mana maksudnya yakni untuk pemulihan ekonomi.
Yang mana pula tak terlepas dr analisis kesehatan & sosial-ekonomi, sehingga diharapkan dlm adaptasi yg normal, rakyat mampu lebih patuh dlm menjalankan protokol kesehatan.
Disinilah situasi yg susah, memang, tak semua masyarakat mampu melakukan adaptasi ini dgn baik, sebab masih ada sebagian warga yg tak patuh dlm menerapkan protokol kesehatan tersebut.
Kita lihat saja bagaimana kedepannya, apakah new wajar akan mampu dilaksanakan & penduduk mampu beradaptasi dgn lingkungan & budaya gres.
(G) Goal Attainment/pencapaian tujuan. Sebuah tata cara harus mendefinisikan & meraih tujuan utamnya.
Upaya yg akan dijalankan pemerintah dlm memulihkan kembali perekonomian saat pandemi virus c0vid-I9, yakni dgn kebijakan New Normal.
Setelah masyarakat berhasil mengikuti keadaan dgn hidup berdampingan bareng virus, maka tujuan-tujuan yg ingin dicapai dr sistem & penerapan new normal bisa saja sukses.
Tidak menutup kemungkinan, kebijakan pelonggaran dlm new normal membuat pencapain tujuan dr tata cara yg dibangun itu menjadi bomerang.
Bukanya malah turun perkara positif balasan tertular virus, malah bisa saja mengalami peningkatan yg bikin tenaga kesehatan kewalahan dlm memperlihatkan pelayanan pada rakyat.
Oleh sebab itu, memang penting untuk kita kerjakan konsensus bareng terhadap goal attainment tersebut, antara masyarakat & pemerintah. Keduanya harus berkolaborasi dlm pelaksanaannya.
(I) Integration/integrasi. Sebuah sistem mesti mengatur antarhubungan potongan-penggalan yg menjadi komponennya. Sistem pula harus mengelola antarhubungan ketiga fungsi penting yang lain, yaitu AGL.
Kebijakan new normal yg akan diterapkan dibeberapa daerah, misalnya di DKI Jakarta, penduduk disana mesti bisa melaksanakan abad new normal dlm aneka macam kehidupan sehari-harinya.
Kamu bisa baca disini Ada 4 Provinsi & 25 Kabupaten/Kota yg akan Menerapkan New Normal :
https://www.liputan6.com/news/read/4263884/ini-4-provinsi-dan-25-kabupatenkota-yang-akan-terapkan-new-normal
Misalnya pas belanja ke Mal, atau Swalayan, pergi bekerja, kesemuanya itu bagian dr integrasi, sehingga acuan-pola yg sudah ada seperti Adaptasi, Goal Attainment, & pemeliharaan pola dapat berjalan dgn baik.
Dengan demikian sebuah sistem yg ada tadi, dapat mengontrol antarhubungan bagian-kepingan yg menjadi kompenen penting terlaksana.
Lalu, bagaimana kalau metode yg dibangun dlm era new wajar tak tercapai, atau tak terintegrasi ?
Maka, kita mampu menyaksikan & menduga akan terjadi hal-hal yg buruk, seperti perkara nyata kian bertambah, & ketegangan akan terjadi dlm penduduk .
(L) Latency/pemeliharaan teladan. Sebuah tata cara harus memperlengkapi, memelihara, & memperbaiki.
Baik dengan-cara motivasi individual maupun contoh-acuan kultural yg menciptakan & menopang motivasi dlm pelaksanaan sistem tersebut.
Bagaimana pun kita bisa melihat, Jepang, Vietnam, atau negara yg berhasil menanggulangi pandemi c0vid-I9 dgn caranya masing-masing.
Apakah kita Indonesia tak mempunyai cara tersendiri, atau malah terjebak dgn cara-cara yg akan merugikan masyarakat & negara ?
Ini pantas kita lihat ke depannya, bagaimana tata cara & cara yg diambil dr kebijakan pemerintah pada masa pandemi ini.
Dalam planning penerapan new wajar , apakah sudah mendukung acuan-pola yg ada pada masyarakat kita, seperti pelaksanaan protokol kesehatan, & yang lain.
Dengan demikian, jikalau teladan-contoh itu belum terlaksana dgn baik, jangan sampai kebijakan gres ini menjadi bom waktu yg menawarkan dampak buruk pada penduduk .
Kepercayaan & motivasi yg ada pada rakyat tak lagi mampu mempercayai kebijakan dr pemerintah yg dianggap lalai dlm menghalangi penyebaran virus tersebut.
Pengaruh kultur pula bisa menjadi potongan penting dlm penerapan new wajar yg ada pada penduduk kita, sehingga dlm realitasnya berlangsung beriringan.
Mari kita lihat kedepannya, bagaimana penduduk akan melakukan & merespon new normal dlm kebijakan pemerintah.
Sumber referensi buku bacaan yg mampu ananda baca :
Teori Sosiologi Modern (TSM) Edisi Keenam by George Ritzer & Douglas J Goodman yg diterjemahan oleh Alimandan.
Sumber Foto Jokowi :
https://nasional.nusantaratv.com/tempat/jokowi-bukan-buka-mal-namun-cek-persiapan-new-normal-bekasi
Presiden Jokowi ketika datang di Summarecon Mall Bekasi (Andhika Prasetia/detikcom)