5 Contoh Konflik Horizontal dalam Masyarakat di Indonesia

– Apa saja contoh konflik horizontal yg sering terjadi dlm penduduk di Indonesia ? Mari baca pembahasannya dibawah ini dlm kehidupan sehari hari.

Apakah ananda pernah menyimak pertentangan horizontal dlm penduduk majemuk? Apakah maksud dr pertentangan horizontal?

Dan apa itu penduduk ? Berikut akan saya jelaskan maksud dr pertentangan horizontal & penduduk beragam.

Sekilas Tentang Masyarakat Majemuk

Indonesia selaku negara meningkat disebut pula sebagai masyarakat yg bersifat beragam.

Ciri-ciri dr sifat kemajemukan ini adanya banyak sekali-macam keanekaragaman yg terlihat dr perbedaan bahasa, suku bangsa, agama serta akhlak istiadat yang lain. 

Disisi lain, kemajemukkan ini merupakan kekayaan bangsa yg tak ternilai harganya sekaligus keragaman kultural ini memiliki peluang terjadinya disintegrasi atau perpecahan bangsa. 

Sekilas Tentang Konflik Horizontal 

Sebelum menerangkan wacana pertentangan horizontal, kita harus mengenali terlebih dahulu apa itu konflik & horizontal.

Secara umum pertentangan sosial ialah sebuah fenomena lazim yg ada di dlm masyarakat. Proses pertentangan terjadi.

Antara dua pihak atau lebih yg mana mereka saling berusaha menyingkirkan pihak lain atau merusak pihak lain sampai tak berdaya.

Faktor terjadinya pertentangan adanya perbedaan yg sulit didapatkan kesamaannya atau didamaikan baik itu perbedaan ciri fisik, keyakinan, kebiasaan, anutan, & lain-lain. 

  Jelaskan Bahwa dengan Membangun Prestasi Diri Merupakan Upaya Pembelaan Negara

Mustahil di dlm penduduk tak ada pertentangan. Tiap individu atau golongan pernah mengalami pertentangan baik dlm cakupan kecil maupun konflik cakupan besar.

Sebelum membicarakan wacana pertentangan horizontal apalagi dahulu kita mengenali apa itu horizontal. 

Horizontal mampu diartikan garis datar atau bidang sejajar. Atau bisa disebut sejajar atau sama rata. 

Kaprikornus mampu dibilang pertentangan horizontal yakni konflik yg terjadi di dlm masyarakat baik antar individu maupun kelompok yg memiliki kedudukan yg relatif sama.

Konflik horizontal biasanya berupa kompetisi yg mempunyai kepentingan yg sama kepada suatu yg sifatnya terbatas. 

Keberagaman  budaya di Indonesia tak heran dijadikan alat untuk menyebabkan hadirnya pertentangan suku bangsa, agama, ras & antargolongan (SARA).

Meskipun bergotong-royong aspek-aspek penyebab dr pertengkaran tersebut lebih pada persoalan-duduk perkara politik, ketidakadilan sosial & ketimpangan ekonomi.

Ada 5 Contoh Konflik Horizontal Dalam Masyarakat di Indonesia

Berikut ini yakni contoh dr konflik horizontal yg pernah terjadi dlm penduduk di Indonesia di kehidupan sehari hari, yaitu : 

1. Suku Dayak & Suku Madura (Konflik Sampit)

Contoh konflik horizontal yg terjadi di Kalimantan ini sering disebut pertentangan sampit. 

Konflik antar etnis ini pada awalnya terjadi pada Bulan Februari 2001 & berjalan sepanjang tahun. 

Konflik ini bermula d di Kota Sampit Kalimantan Tengah, selanjutnya menjadi pemicu kerusuhan besar yg menyebar sampai ke seluruh provinsi tergolong Palangkaraya. 

Konflik ini terjadi antara suku Dayak & madura. Pada tanggal 18 februari 20001 Dua warga madura yg tinggal di Kota Sampit diserang oleh sejumlah warga Dayak. 

Akibat dr kejadian ini ada 500 lebih orang yg meninggal dunia, 100.000 warga madura kehilangan tempat tinggal di Kalimantan. 

  Cara Pandang Terhadap Kepastian Ilmu Hukum

Terlapor ada banyak warga madura yg dipenggal oleh masyarakat Dayak. 

2. Etnis Tionghoa & Suku Jawa

Terjadi pertentangan antar etnis Tionghoa & suku Jawa orisinil yg tinggal di Surakarta sekitar tahun 1998.

Konflik ini terjadi dikala krisis moneter yg melanda Indonesia. Konflik ini meluas yg menyebabkan pendarahan toko-toko & pembakaran akomodasi-fasilitas umum. 

Konflik ini dipicu adanya asumsi bahwa etnis Tionghoa bukan pecahan dr warga negara Indonesia. 

3. Konflik Antar Suporter Sepak Bola

Konflik yg biasa terjadi di Indonesia ialah konflik golongan supporter bola. 

Dalam sebuah pertandingan hal yg biasa memberi derma pada tim yg diidolakan namun, kadang-kadang para penggemar terprovokasi.

Dan sikap tak ingin menerima kekalahan atau menjelekkan supporter kelompok tim yg lain mampu menyebabkan terjadinya konflik, bahkan berujung pada kekerasan fisik & akhir hayat.

4. Tawuran antar pelajar

Tawuran antar pelajar merupakan salah satu acuan dr konflik horizontal yg acap kali terjadi di Indonesia. 

Tawuran yaitu bentuk kekerasan oleh geng sekolah dlm penduduk . 

Diantaranya yakni penyebab pelajar tawuran ialah menetralisir depresi selama cobaan, mencari jati diri semoga diakui pemberani.

Tekanan dlm diri & susah menertibkan diri, salah pergaulan, adanya diskriminasi dr lingkungan sosial sekitar. 

Tawuran bisa menyebabkan korban mengalami luka-luka, bahkan menyebabkan maut.

5. Konflik Horizontal dr Konflik Agama

Negara Indonesia memiliki keanekaragaman suku, budaya, & agama. Agama yg diakui di Indonesia ada 6 agama, antara lain Islam, Kristen, Kristen, Hindu, Budha, & Konghucu.

Negara Kesatuan Republik Indonesia mempunyai semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” yg memiliki makna berlainan-beda tapi tetap satu jua. 

Nah, dlm keanekaragaman ini kita tak boleh terpecah belah & mesti tetap satu sebab kita satu kesatuan tanah air Indonesia.

  Faktor Penyebab Kriminalitas dalam Sosiologi

Namun, sampaumur ini, ada kalanya keberagaman tersebut memiliki peluang memunculkan pertentangan antarindividu atau golongan. Konflik antaragama pula tak jarang terjadi. 

Nah, itulah 5 lima teladan pertentangan horizontal yg terjadi di penduduk beragam. Semoga saja pembaca bisa memahami sehingga memperbesar wawasan & pengetahuan dr artikel ini.

Penulis : Rindiani Nurfahima

Referensi : 

Fauzi, A. (2017). Agama, Pancasila & Konflik Sosial di Indonesia. Lentera Hukum, 4, 125. Nainggolan, P. P. (2016). 

Mengapa pertentangan berulang Terjadi di kota ambon? Tinjauan demografi & keselamatan atas pertentangan horizontal perkotaan. 

Jurnal Politica Dinamika Masalah Politik Dalam Negeri & Hubungan Internasional, 3(2).

Mandjarreki, S. (2018). Konflik Horizontal Antarmahasiswa & Perubahan Sosial. Jurnal Publisitas: Jurnal Ilmu Dakwah & Ilmu Komunikasi, 7(1), 97-104.