close

Legenda Asal Usul Desa Sungai Cingam

Ketapang Info-Tahun 1944 kehadiran rombongan dr Jawa Tengah yg merantau ke Malaysia. Pada ketika terjadi perang Inggris di Malaysia rombongan Embah Suro yg terdiri dr tujuh bersaudara mencari bantuan hidup yg dulu masih dikuasi oleh Kerajaan Siak. Namun, kini sudah menjelma Pulau Rupat.


Legenda atau sejarah Desa Sungai Cingam. Awalnya desa ini merupakan hutan belantara yg sudah dihuni oleh suku-suku asli, berdasarkan keyakinan mereka pada waktu itu, hutan ini telah dijaga oleh mahluk halus (sebangsa Jin) yg sangat ganas.

Hingga tujuh kali mereka berusaha untuk membuka lahan atau desa ini untuk dijadikan perkampungan tak pula sukses. Barulah sekitar tahun 1944 datanglah rombongan dr Jawa Tengah yg merantau ke Malaysia. 

Pada dikala itu, terjadi perang Inggris di Malaysia sehingga membuat rombongan Embah Suro yg terdiri dr tujuh saudara, mereka mencari lokasi bantuan yg lebih kondusif untuk kelangsungan hidup.

Tujuh bersaudara itu yaitu sebagai berikut :
Embah Suro Dikeromo yaitu ketua rombongan pada ketika itu.
Embah Kaji Khusen
Embah Samungen
Embah Sairi
Embah Juremi
Embah Sakiman
Embah Sapuan

Desa yg mereka perjuangkan untuk menjadi tempat berlindung dulunya dikuasi oleh Kerajaan Siak yg sekarang diberi nama Pulau Rupat dgn menggunakan sampan layar.

Rombongan Embah Suro pertama kali mendarat (dulunya dinamakan) Sungai Kopet yg sekarang di Desa Pangkalan Pinang. Setelah itu mereka menelusuri hutan. 

Kemudian, mereka mendapatkan kawasan yg sudah bekas di kelola oleh rombongan suku asli sebanyak 6 kali. Namun, mereka tak mampu bertahan untuk kelancaran hidup dikarnakan aspek alam yg sungguh riskan. (Identitas suku orisinil ini hilang tanpa jejak).

Maka, rombongan Embah Suro dikala itu sepakat untuk melanjutkan pembukaan lahan tersebut. Pembukaan lahan diketua oleh Embah Suro pribadi atau lebih lengkapnya Suro Bin Keromo membuka daerah ini. 


Rombongan Embah Suro ulet & semangat kebersamaan sehingga sukses menyebabkan sebuah perkampungan. Setelah sukses membuka perkambungan tersebut, & menurut hasil musyawarah rombongan Embah Suro berkeinginan untuk mengajak kerabat-saudara & rekan-rekannya yg masih ada di pulau jawa untuk tiba & hidup didaerah ini (Desa Sungai Cingam).

Selain penduduk dr jawa, pendatang pula dr orang-orang Negeri Jiran (Malaysia) yg tiba & menetap di kawasan ini. Daerah ini pun menjadi ramai & mengalami pergantian serta kemajuan di desa ini. 

Awalnya perkampungan ini belum diberi nama oleh rombongan pada dikala itu. Tetapi, setelah penelusuran dibeberapa tempat khususnya di pinggiran sungai, yg pada saat itu ditemukan Pohon Cingam. Dengan demikian, dr hasil pencarian itu bersepakatlah untuk menunjukkan nama desa/perkampungan ini menjadi nama Desa Sungai Cingam.

Sekitar tahun 1947 dgn hasil musyawarah mufakat, diangkatlah Mbah Suro menjadi penghulu Desa Sungai Cingam. Pada ketika itu penunjukkan penghulu kampung pribadi ditunjuk oleh Sultan Siak. 

Mbah Suro & rekan-rekannya yg dr jawa merupakan keturunan jawa asli yg sudah pasti menjunjung tinggi Agama & Budaya. 

Dengan hasil pertanian yg berlimpah ruah sehingga sepakatlah penduduk Sungai Cingam pada dikala itu menyelenggarakan acara syukuran. 

Acara syukuran Kampong yg dilakukan 2 kali dlm setahun yaitu awal tahun hingga tamat tahun, yg bertujuan semoga Allah Swt memberikan rizki, keselamatan, keamanan & kesejahteraan kampung di Desa Sungai Cingam.

Acara tersebut lazimnya dilengkapi dgn program Ratipan keliling kampung & pula mengelar pertunjukkan Wayan Kulit (Purwa), dgn kisah khusus Murkawala (untuk upacara ruwetan) atau Sri Muli (untuk upacara bersih desa) program ini pula senantiasa disebut dgn perumpamaan pembukaan & penutupan kampung. (sumber : data profil desa sungai cingam)

  Tim Universitas Riau Lakukan Pengabdian di Desa Kualu Nenas, Ini Tujuannya