Kondisi Geografis Peradaban Mesopotamia

Kondisi geografis peradaban mesopotamia

Peradaban dunia yg berada dilembah dungai eufrat & tigris yg ketika ini meliputi beberapa negara

jelaskan kondisi sosial politik peradaban mesopotamia​

Penjelasan:

  • KONDISI POLITIK

Bentuk bangsa ialah “Negara Kota” yg masing-masing Negara kota dipimpin oleh seorang raja. Sebagaimana sudah disinggung di wajah, masing-masing raja memilki otoritas sarat baik selaku pemimpin politik, supervisor irigasi maupun pemimpin keagamaan.

Mungkin lebih tepatnya, bangsa Sumeria menganut sistem pemerintahan & bentuk negara “kondefenderasi terbuka”. Persatuan diperlukan hanya dlm bidang militer tatkala mendapatkan serangan dr luar. Namun tak jarang pula terjadi persaingan & ingin saling menguasai di antara negara-negara kota sendiri. Sebagai teladan merupakan tatkala Dungi berkuasa, bangsa Sumeria berada di bawah kekuasaan tunggalnaya.

Sistem pemerintahan bersifat despotik. Sebagian besar orangnya merupakan budak atau dianggap selaku budak yg hidup dlm sebuah tirani yg dengan-cara terpaksa mesti rela mendapatkan setiap kehendak raja. Raja berkedudukan selaku ilahi yg memerintah insan di bumi. Kebebasan intelektual cuma sedikit diberikan.

  • KONDISI SOSIAL

Organisasi sosial penduduk Mesopotamia terbagi menjadi dua golongan yaitu :

a. Golongan Pemerintah

Terdiri dibandingkan dengan Raja, Ketua pendeta, ketua Tentera & orang bangsawan.

b. Rakyat

· Terdiri ketimbang rakyat bebas, petani, artisan, & pedagang.

· Hamba ketimbang tawanan perang.

2. Raja dlm metode pemerintahan Mesopotamia berperanan selaku :

a. Ketua kerajaan/pemerintah & dianggap selaku tuhan atau wakil tuhan & pemilik negara kota, dikenali teokrasi.

b. Ketua Tentara

c. Ketua pendeta/agama

d. Berkuasa melantik pembesar terutama andal keluarga dlm memegang jawatan di Zigurat.

e. Berkuasa dlm bidang ekonomi, pengutipan cukai tanah, hasil pertanian & perniagaan.

f. Ketua pemerintahan & dibantu kelompok darah biru yg memiliki ikatan kekeluargaan.

g. Masyarakatnya tak menyembah raja saebagai Tuhan kecuali dlm zaman Raja Naramsin di Akkad – gelar diri Raja Empat Penjuru Alam.

3. Bangsa-Bangsa Pendukung Peradaban Mesopotamia

kondisi politik mesopotamia

Sebelum kita memasuki pada pembahasan tata cara politik & Kekuasaan Mesopotamia, seharusnya kita membicarakan terlebih dahulu konsep atau ideologi apa yg digunakan atau yg digunakan oleh bangsa Mesopotamia & Babylonia tatkala mereka membangun sebuah bangsa yg pada kesudahannya mampu menciptakan sebuah peradaban yg tinggi. Kita telah mengetahui bagaimana kehidupan serta kebudayaan Mesopotamia yg begitu luar biasa tersebut terjadi berjuta tahun ynag kemudian, sehingga mind set kita pun harus tertuju pada masa itu, & jangan menyamakan masa itu dgn masa kini.

    

    Menurut Alfian, seorang ilmuwan politik di Indonesia, ideology adalah pandangan atau system nilai yg menyeluruh & mendalam yg dipunyai & dipegang oleh suatu masyarakat ihwal bagaimana cara yg sebaiknya yaitu dengan-cara moral dianggap benar & adil, menertibkan tingkah laris mereka bareng dlm banyak sekali segi kehidupan duniawi mereka (Pemikiran & Perubahan Politik Indonesia, Gramedia, 1981).

Begitu pun yg terjadi pada bangsa Mesopotamia & Babylonia, pada awal peradaban manusia di Mesopotamia & Babylonia, tanpa mereka sadari, mereka menganut ideology atau konsep politik & Kekuasaan yg anarkhisme/Totalitarianisme. (totalitarianisme yaitu memakai kekuatan militer untuk menjaga kekuasaan). Kerajaan-kerajaan di Mesopotamia seperti Sumeria, Babylonia, Assyria, & Persia menilai kekuasaan mampu direbut & dipertahankan dgn cara kekerasan & semua orang yg berhasil merebut suatu kekuasaan maka dialah yg menguasai wilayah rebutannya itu, sehingga pada masa itu kudeta merupakan suatu hal yg masuk akal, tatkala seorang raja mempunyai bala serdadu yg luar biasa serta keberanian yg besar lengan berkuasa untuk merebut suatu wilayah kekuasaan yg baru, meskipun itu mesti dijalankan dgn cara kekerasan.

    Mempertahankan kekuasaan yg telah dimiliki pun perlu pengorbanan yg besar pula, selain kita sudah berhasil merebut & memperluas kekuasaan, menjaga kekuasaan yg sudah ada perlu strategi & pertahanan yg berpengaruh pula, sehingga adakalanya untuk menjaga atau melanggengkan kekuasaan, bangsa Mesopotamia & babylonia melakukan cara-cara kekerasan, mirip mengontrol rakayatnya supaya tunduk & tak berani melawan & memberontak pada raja ataupun penguasa yg ada. 

    Konsep politik & kekuasaan ini, beberapa periode kemudian dituangkan Machiavelli dlm bukunya Il Principe. Di samping anarkhisme, ideology lain juga berkembang pada masa itu yakni Feodalisme & Theologisme. Namun Feodalisme lebih berkembang di peradaban Cina di mana kaisar membagi tanahnya & tentaranya pada tuan-tuan tanah, jenderal-jenderal, aristokrat-aristokrat atau keluarganya untuk memperoleh kesetiaannya & menjaga kekuasaan dinastinya. Sedangkan Teologisme berkembang di Palestina pada bangsa Israel yg mempercayai pemerintahan Tuhan atas mereka.

    Ideology anarkhisme & teologisme runtuh sejak hadirnya anutan filsuf-filsuf Yunani mirip Aristoteles. Aristoteles mengajarkan ideology baru yakni perpaduan antara feodalisme, Nasionalisme & Demokrasi. Perpaduan antara ideology feodalisme, nasionalisme & demokrasi menghasilkan suatu teori kenegaraan yg disebut teori Imperium Universal.

Semoga Membantu:)

keadaan sosial peradaban mesopotamia??

Mesopotamia terletak di antara dua sungai besar, Eufrat & Tigris. Daerah yg kini menjadi Republik Irak itu di zaman dulu disebut Mesopotamia, yg dlm bahasa Yunani berarti “(daerah) di antara sungai-sungai”. Entah sejak kapan nama itu digunakan untuk menyebut kawasan itu. Namun, para penulis Yunani & Latin antik, mirip Polybius (abad 2 SM) & Strabo (60 SM-20 M), sudah menggunakannya. 
Sejarah Mesopotamia diawali dgn tumbuhnya suatu peradaban, yg diyakini sebagai sentra peradaban tertua di dunia, oleh bangsa Sumeria. Bangsa Sumeria membangun beberapa kota antik yg terkenal, yaitu Ur, Ereck, Kish, dll. Kehadiran seorang tokoh imperialistik dr bangsa lain yg pula mendiami daerah Mesopotamia, bangsa Akkadia, dipimpin Sargon Agung, ternyata melakukan suatu penaklukan politis, namun bukan penaklukan kultural. Bahkan dlm berbagai hal budaya Sumer & Akkad berakulturasi, sehingga era kepemimpinan ini sering disebut Jilid Sumer-Akkad. Campur tangan Sumer tak dapat dianggap remeh begitu saja, pada saat Akkad terdesak oleh bangsa Gutti, bangsa Sumer-lah yg mendukung Akkad, sehingga mereka masih mampu berkuasa di “tanah antara dua sungai” itu.

bagaimana kondisi sosial politik peradaban arkais ?

baik baik saja kanyak nya sih

  Apakah Yang Berubah Dalam Pengertian Perubahan Sosial Menurut Gillin Dan Gillin?