Langkah-Langkah Penelitian Studi Kasus dan Contoh Proposal Penelitian Studi Kasus

 

Langkah Penelitian Studi Kasus & Contoh Proposal Penelitian Studi Kasus Langkah-Langkah Penelitian Studi Kasus & Contoh Proposal Penelitian Studi Kasus

Apa yg dimengerti ihwal Studi Kasus & bagaimana Langkah-Langkah Penelitian Studi Kasus. Studi perkara merupakan metode pengumpulan data dengan-cara komprehensif yg meliputi faktor fisik & psikologis individu, dgn tujuan memperoleh pemahaman dengan-cara mendalam & menunjukkan solusi terhadap permasalahan yg dikaji atau diteliti

Jenis-jenis Studi Kasus, yaitu

a.  Studi perkara kesejarahan mengenai organisasi, dipusatkan pada perhatian organisasitertentu & dlm kurun waktu tertentu, dgn rnenelusuri pertumbuhan organisasinya. Studi perkara ini sering kurang memungkinkan untuk diselenggarakan, karena sumbernya kurang mencukupi untuk dilaksanakan dengan-cara minimal.

b.  Studi kasus pengamatan, memprioritaskan teknik pengumpulan datanya lewat observasi kiprah-serta atau pelibatan (participant observation), sedangkan fokus studinya pada suatu organisasi tertentu.. Bagian-kepingan organisasi yg menjadi fokus studinya antara lain: (a) suatu tempat tertentu di dlm sekolah; (b) satu kelompok siswa; (c) kesibukan sekolah.

c.   Studi perkara sejarah hidup, yg mencoba mewawancarai satu orang dgn maksud menghimpun narasi orang pertama dgn kepemilikan sejarah yg khas. Wawancara sejarah hidup biasanya mengungkap rancangan karier, dedikasi hidup seseorang, dr lahir hingga kini.

d.  Studi masalah kemasyarakatan, merupakan studi ihwal kasus kemasyarakatan (community study) yg dipusatkan pada suatu lingkungan tetangga atau masyarakat sekitar (kornunitas), bukannya pada satu organisasi tertentu.

e.  Studi kasus analisis situasi, jenis studi kasus ini menjajal menganalisis situasi terhadap peristiwa atau insiden tertentu. Misalnya terjadinya pengeluaran siswa pada sekolah tertentu, maka haruslah dipelajari dr sudut pandang semua pihak yg terkait, mulai dr siswa itu sendiri, sobat-temannya, orang tuanya, kepala sekolah, guru & mungkin tokoh kunci lainnya.

f.    Mikroethnografi, merupakan jenis studi masalah yg dilakukan pada unit organisasi yg sungguh kecil, mirip suatu penggalan sebuah ruang kelas atau suatu aktivitas organisasi yg sungguh spesifik pada anak-anak yg sedang berguru menggambar.

Tujuan penggunaan penelitian studi masalah adalah tak sekedar untuk menjelaskan seperti apa obyek yg diteliti, tetapi untuk menerangkan bagaimana eksistensi & kenapa masalah tersebut mampu terjadi. Dengan kata lain, observasi studi perkara bukan sekedar menjawab pertanyaan observasi wacana ‘apa’ (what) obyek yg diteliti, tetapi lebih menyeluruh & komprehensif lagi yaitu ihwal ‘bagaimana’ (how) & ‘mengapa’ (why) obtek tersebut terjadi & terbentuk sebagai & mampu dipandang sebagai suatu perkara. Sementara itu, taktik atau metoda observasi lain condong menjawab pertanyaan siapa (who), apa (what), dimana (where), berapa (how many) & seberapa besar (how much).

Berkaitan dgn metodelogi penelitian kasus, terdapat beberapa hal yg perlu dipahami, yakni

a)        Dalam studi kasus, peneliti menjadi instrumen kunci (the key instrument). Sebagai instrumen kunci, kedatangan & keterlibatan peneliti di lapangan lebih diutamakan. Oleh karena itu dlm studi masalah, peneliti mesti menyadari bahwa dirinya merupakan perencana, pengumpul & penganalisa data, sekaligus menjadi pelapor dr hasil penelitiannya sendiri. Kehadiran & keterlibatan peneliti dilapangan diketahui dengan-cara terbuka oleh subjek penelitian.

b)        Empat bentuk analisis data beserta interpretasinya dlm observasi studi masalah, yaitu: (1) pengumpulan klasifikasi, peneliti mencari suatu kumpulan dr acuan-acuan data serta berharap memperoleh makna yg berhubungan dgn isu yg akan timbul; (2) interpretasi pribadi, peneliti studi kasus menyaksikan pada satu teladan serta menarik makna darinya tanpa mencari banyak acuan. (3) peneliti membentuk pola & mencari kesepadanan antara dua atau lebih klasifikasi.; (4) pada akhirnya, peneliti berbagi atau menyusun generalisasi (simpulan)

c)         Batas final observasi dlm Studi masalah tak bisa diputuskan sebelumnya mirip dlm observasi kuantitatif, tetapi dlm proses observasi sendiri.  Akhir masa penelitian terkait dgn permasalahan, kedalaman & kelengkapan data yg diteliti.

 

Adapun Langkah-Langkah Penelitian Studi Kasus yaitu sebagai berikut

a)    Pemilihan kasus: dlm pemilihan kasus hendaknya dilakukan dengan-cara bermaksud (purposive) & bukan dengan-cara rambang. Kasus mampu diseleksi oleh peneliti dgn menjadikan objek orang, lingkungan, acara, proses, & masvarakat atau unit sosial. Ukuran & kompleksitas objek studi perkara haruslah masuk akal, sehingga dapat tertuntaskan dgn deadline & sumbersumber yg tersedia;

b)    Pengumpulan data: terdapat beberapa teknik dalarn pengumpulan data, tetapi yg lebih digunakan dalarn penelitian perkara adalah observasi, wawancara, & analisis dokumentasi. Peneliti selaku instrurnen observasi, dapat menyesuaikan cara pengumpulan data dgn problem & lingkungan observasi, serta mampu mengumpulkan data yg berlainan dengan-cara bersamaan;

c)    Analisis data: sesudah data terkumpul peneliti dapat mulai mengagregasi, mengorganisasi, & mengklasifikasi data menjadi unit-unit yg mampu dikontrol. Agregasi merupakan proses mengabstraksi hal-hal khusus menjadi hal-hal umum guna memperoleh pola lazim data. Data mampu diorganisasi dengan-cara kronologis, kategori atau dimasukkan ke dlm tipologi. Analisis data dilakukan semenjak peneliti di lapangan, di saat pengumpulan data & sehabis semua data terkumpul atau sehabis selesai & lapangan;

d)    Perbaikan (refinement): walaupun semua data telah terkumpul, dlm pendekatan studi kasus hendaknya clilakukan penvempurnaan atau penguatan (reinforcement) data gres terhadap kategori yg telah ditemukan. Pengumpulan data gres mewajibkan peneliti untuk kembali ke lapangan & barangkali mesti membuat kategori gres, data gres tak bisa dikelompokkan ke dlm klasifikasi yg sudah ada;

e)    Penulisan laporan: laporan hendaknya ditulis dengan-cara komunikatif, rnudah dibaca, & mendeskripsikan suatu gejala atau kesatuan sosial dengan-cara jelas, sehingga rnernudahkan pembaca untuk mernahami seluruh keterangan penting. Laporan diperlukan mampu menjinjing pembaca ke dlm suasana masalah kehiclupan seseorang atau kelompik.

 

Cara Pengambilan data studi masalah berdasarkan Yin

Yin mengungkapkan bahwa terdapat enam bentuk pengumpulan data dlm studi perkara yakni: (1) dokumentasi yg terdiri dr surat, memorandum, agenda, laporan-laporan suatu insiden, ajuan, hasil penelitian, hasil penilaian, kliping, artikel; (2) rekaman arsip yg terdiri dr rekaman layanan, peta, data survei, daftar nama, rekaman-rekaman pribadi seperti buku harian, kalender dsb; (3) wawancara biasanya bertipe open-ended; (4) pengamatan pribadi; (5) pengamatan partisipan & (6) perangkat fisik atau kultural yaitu peralatan teknologi, alat atau instrumen, pekerjaan seni dll. Lebih lanjut Yin mengemukakan bahwa laba dr keenam sumber bukti tersebut dapat dimaksimalkan bila tiga prinsip berikut ini dibarengi, yakni: (1) menggunakan bukti multisumber; (2) menciptakan data dasar studi kasus, mirip : catatan-catatan studi kasus, dokumen studi masalah, materi-materi tabulasi, narasi; (3) memelihara rangkaian bukti.

Dalam kaitanya dgn analisis dlm studi perkara, Yin (1998:140-150) membagi tiga teknik analisis untuk studi kasus, yakni (1) penjodohan pola, yakni dgn memakai akal penjodohan pola. Logika mirip ini membandingkan pola yg didasarkan atas data empirik dgn pola yg diprediksikan (atau dgn beberapa prediksi alternatif). Jika kedua pola ini ada persamaan, hasilnya mampu menguatkan validitas internal studi masalah yg bersangkutan; (2) pengerjaan eksplanasi, yg bermaksud untuk menganalisis data studi perkara dgn cara membuat suatu eksplanasi ihwal masalah yg bersangkutan & (3) analisis deret waktu, yg banyak dipergunakan untuk studi perkara yg memakai pendekatan eksperimen & kuasi eksperimen.

Adapun beberapa analisis struktur yang mampu digunakan adalah, sebagai berikut (Yin, 2003:169):

a)  Struktur linear, merupakan bentuk tolok ukur dlm laporan. Dimulai dengan subtopik yang meliputi isu/persoalan yang akan diteliti, temuan data yang dikumpulkan & dianalisis, & konklusi-konklusi serta implikasi-implikasi temuan tersebut.

b)  Struktur komparatif, merupakan bentuk-bentuk pengulangan studi perkara & membandingkan alternatif deskripsi atau eksplanasi kasus yang sama. Tujuan pengulangan tersebut utk memperlihatkan tingkat dimana fakta-fakta berkesesuaian dengan masing-masing model & pengulangan tersbut benar-benar mengilustrasikan teknik penjodohan pola.

  Kolektifitas Dayak, Kehidupan Petani Pinang

c)  Struktur kronologis, berupa kejadian-peristiea yang disampaikan dalam urutan kronologis.

d)  Struktur pengembangan teori. Dalam analisis ini disuguhkan menurut urutan-urutan nalar pengembangan teori. Logika tersebut nantinya akan bergantung pada topik & teori spesifik.

e)  Struktur ketegangan. Analisis ini sedikit beramusuh dengan pendekatan analitis. Peneliti akan mengemukakan hasil penelitiannya di permulaan, kepingan-belahan lain yang tersisa & menegangkan akan dijelaskan dengan-cara menyebar selanjutnya. Sangat cocok untuk studi masalah eksplanatif.

f)   Struktur tak beraturan. Struktur ini dapat dipakai pada studi perkara deskriptif, yang mana tak ada hal-hal khusus yang perlu ditekankan.

 

Buatkan Berikut ini teladan porosal Studi Kasus lengkap dgn Judul Penelitian ANALISIS KESALAHAN SINTAKSIS PADA KARANGAN NARASI EKSPOSITORIS SISWA (STUDI KASUS PADA SISWA KELAS VIII SMPN XXX)

 

A.  Latar Belakang Masalah

Bahasa  Indonesia  sudah  ditetapkan  selaku   bahasa negara,  seperti  tercantum dalam  Pasal  36,  Undang-Undang  Dasar  1945.  Oleh  karena  itu,  semua  warga negara Indonesia  wajib  memakai  bahasa  Indonesia  dengan  baik  dan  benar (Arifin  dan  Hadi,  2009:  1).  Berdasarkan  kedudukannya  selaku   bahasa  negara, bahasa  Indonesia  berfungsi  selaku :  (a)  bahasa  resmi  negara,  (b)  bahasa pengirim   resmi  di  lembaga-forum  pendidikan,  (c)  bahasa  resmi  dalam perhubungan  pada  tingkat  nasional,  baik untuk  kepentingan  perencanaan  dan pelaksanaan  pembangunan  maupun  untuk  kepentingan  pemerintahan,  dan  (d) bahasa  resmi  di  dalam  kebudayaan  dan  pemanfaatan  ilmu  pengetahuan  dan teknologi modern (Setyawati, 2023: 1).

Berdasarkan kedudukan & fungsinya, bahasa Indonesia digunakan selaku alat komunikasi  dalam  berbagai  keperluan,  situasi,  dan  kondisi.  Dalam  praktik pemakaiannya,  bahasa  Indonesia  pada  dasarnya  beranekaragam.  Keanekaragaman  bahasa  atau  variasi  pemakaian  bahasa  bisa  diamati  dari sarananya,  suasananya,  norma  pemakaiannya,  tempat  atau  wilayahnya,  bidang penggunaannya, & lain-lain. 

Berdasarkan  bidang  penggunaannya,  ragam  bahasa  dapat  dibedakan  atas ragam  bahasa  ilmu,  sastra,  aturan,  jurnalistik,  dan  sebagainya.  Ragam  bahasa ilmu adalah suatu ragam bahasa yg digunakan untuk mengkomunikasikan ilmu pengetahuan.  Ragam  bahasa  ilmu  dipakai  oleh  cendekiawan  dan  kaum terpelajar di seluruh Indonesia. Sifat bahasa Indonesia sebagai ragam bahasa ilmu antara  lain:  (a)  ragam  bahasa  ilmu  bukan  dialek,  (b)  ragam  bahasa  ilmu merupakan  ragam  resmi,  (c)  ragam  bahasa  ilmu  dipakai  para  cendekiawan untuk  mengkomunikasikan  ilmu, (d)  lebih diutamakan penggunaan kalimat pasif karena dlm kalimat itu peristiwa lebih dikemukakan daripada pelaku perbuatan, (e)  banyak  memakai  kata-kata  istilah  (kata-kata  digunakan  dalam  arti denotatif  bukan  dalam  arti  konotatif),  dan  (f)  konsisten  dalam  segala  hal, misalnya  dalam  penggunaan  perumpamaan,  akronim,  tanda-tanda,  dan  pronominal persona (Setyawati, 2023: 5-9).

Sebagai cendekiawan & kaum terpelajar, para siswa & mahasiswa dituntut untuk  bisa  memakai  bahasa  Indonesia  dengan  baik  dan  benar  dalam mengkomunikasikan  ilmunya.  Bahasa  Indonesia  yang  baik  adalah  bahasa Indonesia  yang  digunakan  sesuai  norma  kemasyarakatan  yang berlaku.  Bahasa Indonesia  yang  benar  ialah  bahasa  Indonesia  yang  digunakan  sesuai  dengan aturan  atau  kaidah  bahasa  Indonesia  yang  berlaku.  Makara,  bahasa  Indonesia  yang bagus  dan  benar  ialah  bahasa  Indonesia  yang  digunakan  sesuai  dengan  norma kemasyarakatan yang  berlaku  dan  sesuai  dengan  kaidah  bahasa  Indonesia  yang berlaku (Arifin & Hadi, 2009: 11-12). 

Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, masih banyak siswa yg melakukan kesalahan  berbahasa.  Kesalahan  berbahasa  tidak  hanya  terdapat  pada  tuturan namun  juga  terdapat  pada  bahasa  tertulis.  Hal  ini  ditinjau  dari  ragam  bahasa berdasarkan  sarana  pemakaiannya  yakni  ragam  lisan  dan  tulis  (Setyawati,  2023: 2).  Bahasa  tertulis  terikat  pada  aturan-aturan  kebahasaan,  mirip  ejaan,  susunan, sistematika,  dan  teknik-teknik  penulisan.  Apabila  siswa  tidak  memenuhi  aturan-aturan kebahasaan tertulis, terjadilah kesalahan kebahasaan. Salah satu kesalahan kebahasaan  tertulis    yang  masih  sering  dilakukan  siswa  yaitu  kesalahan sintaksis. Ruang lingkup kesalahan sintaksis berkisar pada kesalahan diksi, frasa, klausa  dan  kalimat  berikut  alat-alat  sintaksis  yang  membentuk  unsur-unsur tersebut. Selain itu diangkatnya permasalahan ini karena dr beberapa observasi yg pernah dilakukan menunjukkan bahwa pemahaman & penguasaan struktur bahasa khususnya pemilihan kata (diksi), frasa, klausa, & kalimat dlm bahasa tulis yg dimiliki siswa rata-rata belum benar.

Menurut  hasil  observasi  Musrifah  (1999),  kesalahan  sintaksis  masih  sering terjadi  pada  penyusunan  diksi,  frasa,  preposisi  dan  konjungsi.  Begitu  pula  hasil penelitian  Mardawaningsih  (1999)  yang  memperlihatkan  bahwa  siswa  sering melakukan kesalahan dlm pemilihan & penyusunan diksi. Dari beberapa hasil penelitian  tersebut  menunjukkan  bahwa  kemampuan  sintaksis  siswa rata-rata masih rendah. 

Kesalahan  bahasa  pada  dasarnya  disebabkan  pada  diri  orang  yang menggunakan bahasa yg bersangkutan bukan pada bahasa yg digunakannya. Ada  tiga  kemungkinan  penyebab  seseorang  mampu  salah  dalam  berbahasa,  antara lain: (a) terpengaruh bahasa yg lebih dahulu dikuasainya, (b) kekurangpahaman pemakai  bahasa  terhadap  bahasa  yang  dipakainya,  (c)  pengajaran  bahasa  yang kurang tepat atau tepat (Setyawati, 2023: 15-16). 

Analisis kesalahan merupakan proses yg didasarkan pada analisis kesalahan orang  yang  sedang  berguru  dengan  objek  (yaitu  bahasa)  yang  sudah  ditargetkan. Bahasa  yang  ditargetkan  mampu  berupa  bahasa  ibu  maupun  bahasa  nasional  dan bahasa  gila.  Dalam  observasi  ini  targetnya  yakni  bahasa  nasional.  Analisis kesalahan  dapat  berguna  sebagai  alat  pada  permulaan-awal  dan  selama  tingkat-tingkat variasi  acara  pengajaran  sasaran  dilaksanakan.  Tindakan  ini  pada  awalnya selaku alat yg mampu membuka fikiran guru untuk menanggulangi kerepotan bidang sintaksis  yang  dihadapkan  pada  murid.  Seperti  yang  diungkapkan  oleh  Hastuti (2003: 78) bahwa  jumlah  frekuensi kesalahan mampu sangat menolong inovasi linguistik  kontrastif.  Penemuan  ini  dapat  sangat  membantu  mengendalikan  materi pengajaran  dan  melaksanakan  pengajarannya.  Analisis  kesalahan  sintaksis  juga mampu  mengungkapkan  keberhasilan  dan  kegagalan  program  pembelajaran  yang dirancang oleh guru. Selain itu, analisis kesalahan sintaksis pula mampu dipakai selaku   alat  untuk  mengukur  kemampuan  berbahasa  anak  didik  pada  lazimnya . Hasil  dari  analisis kesalahan  sintaksis  mampu  digunakan  sebagai  bahan  untuk menerangkan  kepingan-bagian  kesalahan  sintaksis  yang  sering  dilakukan  siswa, sehingga untuk selanjutnya kesalahan yg serupa dapat dikurangi. 

  Jelaskan Apa Itu Paradigma Dan Paradigma Dalam Sistem Sosial?

Supraba  (2008:  2)  mengungkapkan  bahwa  pengajaran  bahasa  Indonesia belum  memuaskan.  Hal  ini  didukung  oleh  banyaknya  keluhan  guru  SLTP  yang menyatakan  bahwa  murid-muridnya  kurang  bisa  menggunakan  bahasa Indonesia dgn baik & benar dlm menangkap pelajaran yg diberikan & melakukan  peran-peran  tertulis.  Selanjutnya  Supraba  juga  memaparkan  bahwa pada  lazimnya   ketidakmampuan  siswa  dalam  memakai  bahasa  Indonesia tampak pada pemakaian kalimat dlm karya tulis atau tulisannya. Dalam suatu karya  tulis  atau  karangan,  kalimat  yang  baik  dapat  mengirim   pembaca pada maksud yg dipaparkan penulis. Oleh lantaran itu, untuk bikin suatu karangan yang  baik  siswa  harus  mengetahui  tata cara  tata  bahasa  yang  baik  dan  benar  pula.

Rendahnya  penguasaan  tata  bahasa  akan  menghalangi  siswa  untuk  menyusun karangan  dan  hasilnya  karangan  yang  dibuat  tidak  mampu  dipahami  tujuannya oleh pembaca. Hal ini pasti bikin para pemerhati bahasa akan mengernyitkan dahinya.

Menulis  suatu  karangan  yang  baik  membutuhkan  penguasaan  beberapa kemampuan. Misalnya keterampilan menyusun kalimat yg baik sesuai dgn ejaan  yang  telah  disempurnakan,  keterampilan  menentukan  kata-kata  (diksi), kemampuan  dalam  menyusun  dan  menghubungkan  kata  satu  dengan  kata  yang lain supaya korelasi antar kata menjadi terang, & sebagainya. Kalimat merupakan unsur  pembentuk  karangan  yang  paling penting.  Dapat  dikatakan  bahwa  karangan terdiri dr kalimat-kalimat yg disusun menjadi suatu paragraf. Kejelasan & kekuatan  suatu  karangan  sebagian  besar  tergantung  pada  kalimat  yang membentuknya. 

Menulis  merupakan  keahlian  berbahasa  yang  paling  sukar  dikuasai  oleh siswa.  Keterampilan  menulis  meliputi keahlian-keterampilan  lain  yang  lebih khusus seperti penguasaan ejaan, konjungsi, preposisi, struktur kalimat, kosakata, dan  penyusunan  paragraf.  Pembelajaran  menulis  sebaiknya  menerima perhatian  lebih  dalam  semoga  siswa  mampu  mengetahui  dan  menguasai  keahlian ini.   Maksud dari  menerima perhatian  lebih dalam  yaitu  bahwa dalam  mencar ilmu  menulis,  siswa  mesti  diajak  dan  dilatih  menulis  secara  terus-menerus,  secara terpola  agar  siswa  bisa  jago  menulis.  Latihan  menulis  di  sini  tidak  hanya sekedar  menulis  apa  yang  siswa  bisa  tetapi  juga  latihan  menulis  secara  baik  dan benar sesuai dgn kaidah tata bahasa Indonesia.

Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa yg perlu diteliti dlm analisis  kesalahan  sintaksis  yakni  penyimpangan  pada  penyusunan  atau penyeleksian  diksi,  preposisi,  konjungsi,  frasa,  klausa  dan  kalimat.  Kesalahan  atau penyimpangan  sintaksis  yang  dilakukan  siswa  terjadi  balasan  kekurangpahaman siswa  terhadap  kaidah  tata  bahasa  yang  dipakai  atau  mungkin  faktor  lain mirip kekhilafan atau kecerobohan yg dilakukan siswa. Selain itu, diambilnya permasalahan  ini  karena  dari  beberapa  observasi  yang  pernah  dilakukan menunjukkan  bahwa  pengertian  dan  penguasaan  serta  kesanggupan memakai  struktur  bahasa  dalam  bahasa  tulis  yang  dimiliki  siswa  rata-rata masih rendah. Ketidakmampuan siswa dalam  memakai bahasa terlihat pada pemakaian kalimat dlm karangan.

Berdasarkan  alasan-argumentasi  di  atas,  peneliti  kepincut  untuk  mengetahui  dan mempelajari  lebih  dalam  jenis  penyimpangan  atau  kesalahan  sintaksis  yang dilakukan  oleh  siswa, lewat studi kasus terhadap hasil karangan  narasi  ekspositoris  siswa  kelas  VIII  SMPN XXX Tahun pedoman 2023-2023.

 

B.  Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, dilema utama yg muncul yang  memungkinkan  untuk  diteliti  atau  diselidiki  dalam  analisis  kesalahan sintaksis ialah selaku berikut.

1.  Kesalahan penggunaan  alat  sintaksis  yang  berupa  diksi  yang  meliputi  urutan kata,  bentuk  kata,  dan  kata  peran  (kata  depan  atau  preposisi,  konjungsi  atau kata  penghubung,  interjeksi  atau  kata  undangan,  artikel  atau  kata  sandang, partikel atau kata penegas).

2.  Kesalahan penggunaan konstruksi sintaksis yg berbentukfrasa.

3.  Kesalahan penggunaan konstruksi sintaksis yg berbentukklausa.

4.  Kesalahan penggunaan konstruksi sintaksis yg berupa kalimat.

 

C.  Pembatasan Masalah

Permasalahan-permasalahan  yang sudah diidentifikasi di atas merupakan  hal-hal  yang  sungguh  penting  untuk  diteliti  lantaran  merupakan  permasalahan-problem  yang sering  dihadapi  oleh  penulis.  Namun,  permasalahan-permasalahan  yang  sudah diidentifikasi  tidak  seluruhnya  dibicarakan  tersendiri  karena  penulis mempertimbangkan  kesanggupan,  waktu  dan  agar  penulis  dapat  memperoleh pembahasan  yang  lebih  mendalam  dari  hasil  penelitian  kesalahan  penggunaan sintaksis.  Selain  itu,  kesalahan  dalam  tataran  sintaksis  antara  lain  berupa: kesalahan  dalam  bidang  frasa  dan  kesalahan  dalam  bidang  kalimat (Setyawati, 2023:75). Kesalahan dlm penggunaan diksi sudah pasti berada di dlm bidang frasa dan  kalimat,  sehingga  kesalahan  diksi  tidak  dibicarakan  tersendiri.  Begitu juga  dengan  kesalahan  penggunaan  klausa.  Klausa  dapat  berpotensi  menjadi sebuah kalimat  jikalau  intonasinya  final.  Kesalahan  dalam  bidang  klausa  tidak dibicarakan tersendiri, namun  sekaligus  sudah  menempel dlm kesalahan di  bidang kalimat.

  Kartu Khusus Yang Diberikan Oleh Bank Kepada Pemilik Rekening

Berkenaan  dengan  hal  tersebut,  maka  peneliti  memfokuskan  observasi sebagai berikut.

1.  Kesalahan penggunaan konstruksi sintaksis  yang  berupa  frasa pada karangan narasi ekspositoris siswa kelas VIII SMPN XXX.

2.  Kesalahan  penggunaan  konstruksi  sintaksis  yang  berupa  kalimat  pada karangan  narasi  ekspositoris  siswa  kelas  VIII  SMPN XXX.

D.  Rumusan Masalah

Berdasarkan  pembatasan  persoalan  yang  telah  diuraikan,  dalam  observasi  ini mampu dirumuskan permasalahan selaku berikut.

1.  Bagaimanakah  kesalahan  penggunaan  konstruksi  sintaksis  yang  berupa  frasa pada  karangan  narasi  ekspositoris  siswa  kelas  VIII  SMPN XXX?

2.  Bagaimanakah  kesalahan  penggunaan  konstruksi  sintaksis  yang  berbentukkalimat  pada  karangan  narasi  ekspositoris  siswa  kelas  VIII  SMPN XXX?

E.  Tujuan

Penelitian  ini  bermaksud  untuk  mengenali,  mendeteksi dan  mendeskripsikan bentuk-bentuk kesalahan sintaksis yg dilakukan siswa kelas VIII SMPN XXX yg meliputi:

1.  Kesalahan penggunaan  konstruksi  sintaksis  yang  berupa  frasa  pada  karangan narasi ekspositoris siswa kelas VIII SMPN XXX,

2.  Kesalahan  penggunaan  konstruksi  sintaksis  yang  berupa  kalimat  pada karangan  narasi  ekspositoris  siswa  kelas  VIII  SMPN XXX.

 

F.  Manfaat

  Penelitian  ini  diharapkan  dapat  memperlihatkan  hasil  yang  berfaedah  baik secara  pribadi  bagi  pengembangan  ilmu,  maupun  bagi  kepentingan  mudah pengajaran Bahasa & Sastra Indonesia di dlm kelas.

1.  Manfaat Teoritis

Penelitian  ini  diharapkan  dapat  menawarkan  informasi  dan  menambah pengetahuan  pengetahuan  dalam  bidang  linguistik  utamanya  dalam  faktor kebahasaan  yaitu  menulis  karangan  dengan  mengamati  unsur-unsur fungsional  kalimat  yakni  sintaksis  berdasarkan  jenis  kesalahan  yang  dilakukan siswa. Selain itu, untuk merangsang diadakannya observasi yg lebih mendalam bagi observasi berikutnya. 

2.  Manfaat Mudah

Secara  praktis  penelitian  ini  dibutuhkan  mampu  memberi  manfaat  baik  bagi guru  maupun  siswa  yang  menjadi  sasaran  utama  dalam  pembelajaran  bahasa. Bagi guru maupun siswa, observasi ini diharapkan dapat menambah pengetahuan kebahasaan dlm aspek menulis khususnya ihwal ketepatan & ketidaktepatan penggunaan  sintaksis  selaku   unsur  dalam  kalimat.  Dengan  demikian, siswa diperlukan dapat menghindari kesalahan sintaksis dlm menulis karangan. 

 

G. Batasan Istilah

1.  Analisis  kesalahan  adalah penyelidikan  terhadap  suatu  hal  (karangan, peristiwa,  dan  sebagainya)  sebagai  teknik  untuk  mengidentifikasi, mengklasifikasikan,  dan menginterpretasikan  secara  urut  dan  sistematis kesalahan  kaidah  yang  telah  diputuskan  dalam  tataran  ilmu  kebahasaan (linguistik).

2.  Kesalahan  sintaksis  yaitu  kesalahan struktur  pada  tataran  sintaksis  yang berbentukkesalahan struktur frasa & kesalahan struktur kalimat. 

3.  Karangan  yaitu  hasil  perwujudan  pandangan baru,  gagasan  dan  anggapan  insan  yang tersusun  dari  rangkaian  kata  demi  kata  yang  membentuk  sebuah  kalimat, paragraf  dan  akhirnya  menjadi  wacana  yang  mempunyai  tujuan  tertentu sehingga dapat dibaca & dipahami tujuannya oleh pembaca.

4.  Karangan  narasi  yaitu uraian  yang  menceritakan  atau  mengisahkan  sesuatu atau serangkaian insiden, langkah-langkah, kondisi dengan-cara berurutan dr permulaan hingga  final  dan  terlihat  rangkaian  relasi  satu  sama  lain  sehingga pembaca  merasakan  seolah-olah  ia  sendirilah  yang  mengalami  insiden tersebut.

5.  Narasi  sugestif  ialah  uraian  yang disusun  dan  disajikan  dengan  berbagai macam  bentuk  sehingga  menjadikan  daya  khayal  bagi  pembaca  dengan tujuan  memberikan  sebuah  makna  kepada  pembaca  lewat  daya  khayal yg dimilikinya.

6.  Narasi  ekspositoris  adalah narasi  yang  memiliki  sasaran  penyampaian informasi  secara  tepat  perihal  suatu  insiden  dengan  tujuan  memperluas pengetahuan  orang  tentang  kisah  seseorang.  Dalam  narasi  ekspositoris, penulis menceritakan suatu kejadian menurut data yg sesungguhnya.

7.  Kesalahan frasa ialah kesalahan penggunaan sintaksis pada struktur frasa.

8. Kesalahan  kalimat  yakni  kesalahan penggunaan  sintaksis  pada  struktur kalimat.

 

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, E.  Zaenal    dan  Hadi,  Farid.  2009.  Seribu  Satu  Kesalahan  Berbahasa. Jakarta: AKA Press.

Hastuti, Sri. 2003. Sekitar Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia. Yogyakarta: PT Mitra Gama.

Keraf,  Gorys.  2003. Argumentasi  dan  Narasi.  Jakarta:  PT  Gramedia  Pustaka Utama.

 —————–.  2023.  Diksi  dan  Gaya Bahasa.  Jakarta:  PT  Gramedia  Pustaka Utama

Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Mardawaningsih,  Dwi.  1999. Analisis  Kesalahan  Kosakata  dan  Ketidakefektifan Kalimat  pada  Karangan  Siswa  Kelas  II  SLTP  Negeri  1 Playen  Gunung Kidul Yogyakarta. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.

Markhamah,  dkk.  2023. Sintaksis  2  (Keselarasan  Fungsi,  Kategori  &  Peran Dalam Klausa). Surakarta: Muhammadiyah University Press.

Moeliono,  Anton  M,  dkk.  1993. Kamus  Besar  Bahasa  Indonesia.  Jakarta:  Balai Pustaka.

Musrifah, Nurul. 1999. Analisis Kesalahan Sintaksis Pada Karangan Siswa Kelas III  SLTP  Negeri  13  Yogyakarta  Tahun  Pelajaran  1998-1999.  Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.

Ramlan, M. 1996. Sintaksis. Yogyakarta: CV Karyono.

Setyawati,  Nanik.  2023. Analisis  Kesalahan  Berbahasa  Indonesia.  Surakarta:  Yuma Pustaka.

Supraba,  TH.  Ellisa  Tesdy.  2008. Analisis  Pola  Pengembangan  Paragraf  dalam Karangan Narasi  Siswa  Kelas  VIII  Sekolah Menengah Pertama  BOPKRI  3  Yogyakarta. Yogyakarta: FBS UNY.

Tarigan,  Henry  Guntur.  1987.  Pengajaran  Analisis  Kesalahan  Berbahasa. Bandung: Angkasa.