Upaya menciptakan proses pembelajaran yg berkualitas & berhasil, mampu dilaksanakan dgn merealisasikan sikap psikologis proses pengajaran & pembelajaran antara (pendidik & peserta didik) mampu berjalan dengan-cara efektif & efesien dlm meraih tujuan pembelajaran. Pernyataan ini, menunjukkan bahwa pengetahuan psikologi pendidikan mempunyai peranan yg sungguh penting bagi guru (pendidik) dlm melaksanakan pengajaran & bagi penerima didik dlm melaksanakan proses pembelajaran.
Di dlm proses pengajaran & pembelajaran terjadi proses (interaksi) antara pendidik dgn peserta didik, dlm interaksi ini terdapat peristiwa psikologis yg dijadikan rambu-rambu oleh para pendidik dlm memperlakukan akseptor didik dengan-cara efektif & efesien. Para tenaga pendidik dituntut untuk mengerti & menguasai teori & aplikasi psikologi pendidikan agar mereka melaksanakan pengajaran dlm proses pendidikan dengan-cara berdayaguna & berhasilguna. Pengetahuan ihwal psikologi yg berafiliasi dgn pendidikan merupakan suatu kewajiban yg mutlak yg perlu dikuasai oleh pendidik, akseptor didik, akademisi pendidikan, peneliti pendidikan maupun (Stakeholders) pendidikan dlm melaksanakan tujuan pendidikan.
Di dlm proses pengajaran & pembelajaran terjadi proses (interaksi) antara pendidik dgn peserta didik, dlm interaksi ini terdapat peristiwa psikologis yg dijadikan rambu-rambu oleh para pendidik dlm memperlakukan akseptor didik dengan-cara efektif & efesien. Para tenaga pendidik dituntut untuk mengerti & menguasai teori & aplikasi psikologi pendidikan agar mereka melaksanakan pengajaran dlm proses pendidikan dengan-cara berdayaguna & berhasilguna. Pengetahuan ihwal psikologi yg berafiliasi dgn pendidikan merupakan suatu kewajiban yg mutlak yg perlu dikuasai oleh pendidik, akseptor didik, akademisi pendidikan, peneliti pendidikan maupun (Stakeholders) pendidikan dlm melaksanakan tujuan pendidikan.
Proses pengajaran & pembelajaran menghadapi banyaknya sikap-perilaku psikologis, baik prilaku individu, kelompok, & sosial yg mesti dipahami guru atau dosen (pendidik) & peserta didik.
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Psikologi Kognitif
Psikologi Kognitif menaruh perhatian atas pertanyaan-pertanyaan yang menunjuk pada cakupan psikologi kognitif, diantaranya :
a. Bagaimana kita memperoleh, mentransformasikan, merepresentasikan, menyimpan, & memperoleh kembali sebuah wawasan/ keterangan
b. Bagaimana wawasan/ keterangan tersebut merebut perhatian kita
c. Bagaimana kita merespon wawasan/ keterangan yg kita terima.
Kognisi merupakan proses internal yg tak terlihat . Pengetahuan (teori-teori/ model-model) yg dikembangkan untuk menjawab pertanyaan tersebut dibangun atas dasar perkiraan-perkiraan tertentu.
B. Model-model dlm Psikology Kognitif
Konsep-rancangan ilmiah merupakan metafora yg dihasilkan oleh manusia untuk menolong komprehensi kepada realitas. Para andal psikologi menciptakan model-model konseptual di dlm psikologi kognitif dgn tujuan untuk menyebarkan suatu metode yg mencerminkan sifat-sifat persepsi insan, berpikir, & pengertian terhadap dunia sekeliling.
Seperti sudah disebutkan di atas, model-model kognitif dibangun atas dasar perkiraan-perkiraan. Asumsi-asumsi tersebut merupakan hasil observasi terhadap prosesproses kognisi insan. Asumsi-perkiraan yg tertulis dlm tabel di atas diintegrasikan ke dlm sebuah tata cara besar, yg disebut model kognitif.Pembuatan model-model tersebut mampu rnembuat pengamatan selanjutnya menjadi lebih komprehensif.
Model yg paling lazim digunakan untuk menerangkan psikologi kognitif yaitu model pemrosesan informasi (information-processing model). Model pemrosesan keterangan sudah mendominasi psikologi kognitif, tetapi model-model yg lain, yg meningkat di dlm ilmu komputer & neuroscience (ilmu ihwal syarafl, sudah dikombinasikan dgn psikologi kognitif, membentuk ilmu kognitif.
a). Informasi diproses lewat tahapan yg berurutan.
Tahapan-tahapan tersebut contohnya: persepsi, pengkodean keterangan, pemanggilan kembali keterangan dr memori (mengingat), pembentukan desain, keputusan, & bikinan bahasa). Seluruh komponen model pemrosesan informasi berhubungan dgn komponen-komponen yg lain, sehingga tak gampang untuk mengidentifikasi tahap yg pertama. Namun demikian kita dapat berpikir bahwa proses tersebut diawali dgn datangnya stimulus.
Stimulus tersebut tak dengan-cara pribadi direpresentasikan di dlm otak, tetapi ditransformasikan dlm struktur neurologis & symbol-simbol yg bermakna, yg oleh beberapa psikolog kogtiitif disebut Internal Representations (representasi internal).
b). Tiap-tiap tahap memperlihatkan fungsi-fungsi yg unik.
Tiap-tiap tahap menerima keterangan dr tahap sebelumnya & kemudian menampilkan fungsi uniknya.
Dua pertanyaan yg muncul dr model pemrosesan informasi adalah :
· Tahapan-tahapan apa yg dilalui oleh informasi yg diproses ?
· Dalam bentuk apakah sebuah wawasan direpresentasikan ?
C. Asal Mula Psikology Modern
Porsi terbesar psikologi kognitif adalah berhubungan dgn problem bagaimana wawasan direpresentasikan di dlm pikiran. Isu mengenai representasi pengetahuan (sering pula disebut representasi internal), dlm beberapa masa telah memicu sejumlah pertanyaan mendasar: bagaimana wawasan diperoleh, disimpan, ditransformasikan, & dipakai? Apakah sifat-sifat persepsi & memori itu? Apakah berpikir itu, & bagaiman kesanggupan tersebut meningkat ?
Berikut ini yakni pencarian kesan-kesan dr berberpa aliran psikologi dlm menjawab pertanyaan mengenai bagaimana insiden-insiden di luar diri seseorang menjadikan reaksi internal.
a). Periode Awal
Ketertarikan kepada pengetahuan mampu dilacak dr Hiroglip Mesir Kuno. Tulisan tersebut menunjukkan bahwa penulisnya meyakini pengetahuan berpusat di dlm hati, merupakan persepsi yg pula disebarkan oleh filsuf Yunani, Aristoteles (384322 SM). Lain halnya Plato (427-347), ia berpandangan bahwa pikiran berpusat di otak.
Isu mengenai representasi wawasan ini pula didiskusikan oleh para filsuf Yunani dgn konteks yg kini ini diketahui sebagai struktur & proses. Namun kemudian terbengkalai hingga kala 17-an. Meskipun semula para para psikolog terbaru masih condong berdebat, masing-masing menekankan salah satu, struktur atau proses, namun hasilnya terdapat kenaikan kesadaran bahwa kedua hal tersebut saling berpelukan (merupakan sesuatu yg tak terpisahkan).
· Struktur, yakni organisasi system kognitif, sebagian besar bersifat metafora (pengumpamaan). Struktur yg dipostulatkan (dirumuskan selaku dalil) ini merupakan “representatifl’ organisasi eksistensi mental, bukan merupakan suatu yg harafiah mirip yg digambarkan. Misalnya, struktur mengenai memori oleh para teoris dikonsepkan terdiri dr memori jangka pendek & memori jangka panjang, direpresentasikan (digambarkan) dgn metafora “kotak penyimpanan”.
· Istilah proses, menunjuk pada system operasi atau fungsi-fungsi kognisi mirip evaluasi, transformasi atau perubahan insiden-insiden mental. Misalnya, hal lupa, memory coding, perpikir, dll. Proses, bersifat aktif, sedangkan struktur bersifat pasif.
Struktur & proses bekerja bareng -sama dlm pemrosesan informasi.
b). Periode Pertengahan
Para filsuf & teolog renaissance nampaknya cukup puas dgn wawasan yg berpusat di otak. Dan bahwa pengetahuan tak hanya diperoleh lewat panca indera, tetapi pula melalui penyelaman.
· Abad 18
Empiris Inggris (Berkeley, Hume, James Mill & anaknya John Steward Mill) menganjurkan bahwa pengetahuan terdiri dr tiga tahap: (1) penginderaan dengan-cara pribadi, (2) mengkopi hasil penginderaan, (3) transformasi dr pengkopian tersebut, berasosiasi dgn pikiran.
· Abad 19
Para filsuf bergerak dr filsafat (yang bersifat spekulatif) ke bentuk disiplin yg berdasar hasil-hasil empirik (Fechner, Brentano, Helmholtz, Wundt, Muller, Kulpe, Ebbinghause, Gallon, Titchener, & James).
Pada tamat pertengahan masa 19 teori-teori representasi pengetahuan terpisah dengan-cara tegas:
1). Wundt (Jerman) & Edward Titchener (AS) menekankan
struktur representasi mental.
2). Franz Brentano (Austria) menekankan proses representasi
mental.
3). William James (AS): “baik struktur maupun mental sama-
sama penting! Tidak mirip perdebatan para filsuf pada masa-masa permulaan, dlm periode ini para tokoh meguji adanya struktur atau proses tersebut dengan-cara eksperimental.
c). Awal Abad 20
Psikologi kognitif yg dikonsepkan pada selesai kurun 19 tiba-tiba karam, digantikan dgn Behaviorisme yg menggunakan kerangka kerja psikologi stimulus-respons (S-R). Studi-studi mengenai operasi-operasi mental & struktur internal mirip perhatian, memori, & berpikir beristirahat total selama 50 tahun. Bagi para behavioris, representasi internal merupakan variable pengantara (intervening variables) yang merupakan konstruk hipotetik yg diasumsikan mengantarai imbas stimulus kepada respon. Tokoh-tokoh behaviorisme pada masda itu, Woodworth, Hull, & Tolman menikmati popularitas yg tinggi.
d). Kemunculan Kembali Psikologi Kognitif
Pada tahun 1950-an, minat mulai berfokus kembali pada persoalan perhatian, memori, rekognisi pola imaginasi, organisasi semantic, proses-proses bahasa, berpikir, & topik-topik psikologi kognitif yang lain. Jurnal jurnal penelitian & kelompok kelompok professional baru menandai bahwa para psikolog mulai beralih kembali pada psikologi kognitif. Kemunculan kembali psikologi kognitif ini dipicu oleh:
1). Kegagalan Behaviorisme.
Behaviorisme gagal memperhitungkan adanya perbedaan individual. Bagaimanapun pula nampak bahwa proses mental internal berhubungan erat dgn stimulus & menentukan perilaku.
2). Kemunculan teori-teori komunikasi.
Teori komunikasi menyumbang eksperimen dlm deteksi sinyal, perhatian, cybernetics, & teori informasi yg sangat berhubungan dgn psikologi kognitif.
3). Linguistik terbaru.
Cara pandang yg gres mengenai bahasa & struktur gramatikal mensugesti sikap kepada kognisi.
4). Riset-riset mengenai memori.
5). Ilmu komputer & perkembangan teknologi.
Ilmu komputer, khususnya sub-divisi Artificial Inteligence (AI) menyebabkan diuji kembali postulat dasar mengenai pemrosesan & penyimpanan memori seperti halnya pemrosesan bahasa & akuisisi (kemahiran). Penelitiaan-observasi diperluas dgn menggunakan alat-alat eksperimen yg gres.
D. Revolusi Ilmu Pengetahuan & Ilmu Kognitif
Pada tahun 1962 Thomas Khun (filsuf, jago fisika, & sejarawan dr Universitas Chicago) menulis buku The Structure of Scientific Revolution. Karena buku ini berisi persepsi baru mengenai perkembangan perkembangan ilmu pengetahuan, dapat menjadi cermin akan adanya revolusi dlm sejarah ilmu wawasan. Revolusi ilmu wawasan berdasarkan Thomas Khun ditandai oleh perubahan paradigma yg bekerjasama dgn penemuan monumental dan/atau peralihan sejumlah besar ilmuwan dr metode-metode & desain-konsep tradisional.
Peralihan di dlm psikologi Amerika antara tahun 1950-1960, menunjukkan adanya pergantian paradigma yg oleh beberapa kelompok disebut selaku revolusi kognitif. Lebih tepatnya dapat dibilang terjadi pada tahun 1956, yakni saat dilaksanakannya symposium teori informasi di kampus MIT yg melibatkan pembicara seperti Naom Chomsky, Jerome Bruner, Allen Newell & Herbert Simon, serta George Miller. Simposium tersebut telah memberikan imbas pendekatan baru dlm psikologi: menerima proses-proses mental & representasi wawasan selaku kom nen yg perlu & syah (legitimate) untuk mengetahui psikologi insan.
Tema utama revolusi kognitif (adakala menunjuk pada ” teori kotak putih”/ white-box theory) ialah bahwa proses-pmses internal merupakan pokok bahasan dlm psikologi. Hal ini berkebalikan dgn behaviorisme (kadang-kadang menunjuk pada ” teori kotak hitam”/ black-box tlreory) yang mengusulkan bahwa respon-respon atau sikap merupakan pokok bahasan psikologi yg bergotong-royong.
E. Teori Perkembangan Kognitif
Dikenbangkan oleh Jean Peaget, seorang psikolog Swis yg hidup tahun 18961980. Teorinya menawarkan banyak desain utama dlm lapangan psikologi perkembangan & berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yg bagi Piaget, memiliki arti kemampuan untuk dengan-cara lebih tepat mempresentasikan dunia & melaksanakan operasi logis dlm representasi desain yg berdasar pada realita. Teori ini membahas hadirnya & diperolehnya schemata-denah perihal bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya- dlm tahapan-tahapan perkembangan, ketika seseorang memperoleh cara baru dlm merepresentasikan keterangan dengan-cara mental. Teori ini digolongkan ke dlm konstruktivisme, yg memiliki arti, tak seperti teori nativisme ( yg menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan wawasan & kesanggupan bawaan), teori ini beropini bahwa kita membangun kesanggupan kognitif kita melalui tindakan yg termotivasi dgn sendirinya terhadap lingkungan. Untuk pengembangan teori ini, Piaget memperoleh Erasmus Prize. Piaget meembagi denah yg digunakan anak untuk mengerti dunianya melalui empat periode utama yg berkorelasi dgn makin mutakhir seiring pertambahan usia,
a. Periode sensorimotor ( usia 0-2 tahun)
b. Periode praoperasional (usia 2-7)
c. Periode operasional konkrit (usia 7-11)
d. Periode operasional formal (usia 11 tahun hingga dewasa)
Sumber:
Solso, Robert, L. 1991. Cognitive Psychology. Singapore: Allyn and Bacon.
F. Pembentukan Pengetahuan Menurut Model Konstruktivis
Pembentukan pengetahuan berdasarkan model konstruktivisme menatap subjek aktif membuat struktur-struktur kognitif dlm interaksinya dgn lingkungan. Dengan bantuan struktur kognitifnya ini, subyek menyusun pengertian realitasnya. Interaksi kognitif akan terjadi sejauh realitas tersebut disusun melalui struktur kognitif yg diciptakan oleh subyek itu sendiri. Struktur kognitif senantiasa harus diubah & diadaptasi menurut permintaan lingkungan & organism yg sedang berubah. Proses penyesuaian diri terjadi dengan-cara terus menerus lewat proses rekonstruksi (Piaget, 1988:60)
Yang terpenting dlm teori konstruktivisme yaitu bahwa dlm proses pembelajaran siswalah yg harus menemukan penekanan. Merekalah yg harus aktif menyebarkan pengetahuan mereka, bukannya guru atao orang lam. Mereka yg harus bertanggung jawab kepada hasil belajarnya. Penekanan mencar ilmu siswa dengan-cara aktif ini perlu dikembangkan. Kreativitas & keaktifan siswa akan menolong mereka untuk berdiri sendiri dlm kehidupan kognitif siswa(Suparno, 1997: 81).
Belajar lebih diarahkan pada ezperiental learning yaitu merupakan pembiasaan kemanusiaan berdasarkan pengalaman konkrit di laboratorium, diskusi dgn sahabat sejawat, yg kemudian dikontemplasikan & dijadikan pandangan baru & pengembangan rancangan gres.
Karenanya penitikberatan dr mendidik & mengajar tak terfokus pada si pendidik melainkan pada pebelajar. Beiajar mirip ini selain berkenaan dgn hasilnya (outcome) pula mengamati prosesnya dlm konteks tertentu. Pengetahuan yg ditransformasikan diciptakan & dirumuskan kembali (created and recreated), bukan sesuatu yg berdiri sendiri. Bentuknya bias objektif maupun subjektif, berorientasi pada penggunaan fungsi konvergen & divergen otak insan (Semiawan, 2001:6).
Siswa akan menjadi orang yg kritis menganalisis sesuatu hal alasannya adalah mereka berpikir bukan menjiplak. Konstruktivisme sebagai aliran psikologi kognitif menyatakan manusialah yg membangun makna terhadap sebuah realita. Implikasinya dlm berguru & mengajar, bahwa pengetahuan tak mampu dipindahkan dengan-cara utuhlam upaya dr pikiran guru ke pikiran siswa. Siswa sendirilah yg aktif dengan-cara mental dlm membangun pengetahuannya (Howe, 1996: 45; Carl bereiter, 1994: 21-22). Pengetahuan dlm pengertian konstruktivisme tak dibatasi pada wawasan yg logis & tinggi. Pengetahuan di sini pula dapat mengacu pada pembentukan pemikiran , citra,gambaran, pandangan akan sesuatu atau gejala sederhana. Dalam konstruktivisme, pengalaman & lingkungan kadang punya arti lain dgn arti seharihari. Pengalaman tak harus selalu pengalaman fisis seseorang seperti melihat, merasakan dgn indranya, tetapi mampu pula pengalaman mental yakni berinteraksi dengan-cara pikiran dgn sebuah obyek (Suparno, 1977:80). Dalam konstruktivisme kita sendiri yg aktif dlm membuatkan wawasan. Pemerolehan ini dilaksanakan dgn menjawab pertanyaan-pertanyaan, menggali & menganggap sendiri apa yg kita ketahui.(Anonim, 2002:1)
Proses pembelajaran yg terjadi menurut persepsi konstruktivisme menekankan pada kualitas dr keaktifan siswa dlm menginterpretasikan & membangun pengetahuannya. Setiap organism menyusun Mengutamakan pengalamannya dgn jalan membuat struktur mental & menerapkannya dlm pembelajaran. Suatu proses aktif dlm mana organism atau individu berinteraksi dgn lingkungannya & mentransformasikannya ke dlm pikirannya dgn dukungan struktur kognitif yg telah ada dlm pikirannya (Cobb,1994:15). Ada beberapa hal yg perlu diamati berhubungan dgn pembelajaran konstruktivis, yaitu:
a). Mengutamakan pembelajaran yg bersifat nyata dalam
konteks yang relevan.
b). Mengutamakan proses,
c). Menanamkan pembelajaran dlm konteks pengalaman social,
d).Pembelajaran dilaksanakan dlm upaya mengkonstruksi pengalaman
(Honebein, 1996:5)
Dalam perkembangan intelektual ada tiga hal penting yg menjadi perhatian Piaget yakni struktur, isi & fungsi.
a. Struktur, Piaget memandang ada hubungan fungsional antara langkah-langkah fisik, tindakan mental perkembangan logis anak-anak. Tindakan(action) menuju pada operasi-operasi & operasi-operasi menuju pada perkembangan struktur.
Operasi memiliki empat cirri yaitu: (1) operasi merupakan tindakan yg terinternalisasi. Tidak ada garis pemisah antara tindakan fisik & mental, (2) operasi bersifat reversible, (3) operasi itu senantiasa tetap meskipun terjadi tranformasi atau perubahan, (4)tidak ada operasi yg berdiri sendiri. Suatu operasi berafiliasi dgn struktur atau sekumpulan operasi.
b. Isi,merupakan pola sikap anak yg khas yg tercermin pada tanggapanyg diberikannya terhadap aneka macam perkara atau suasana yg dihadapinya.
c. Fungsi, yaitu cara yg digunakan organism untuk bikin kemajuan intelektual. Menurut Piaget perkembangan intelektual didasarkan pada dua fungsi yaitu organisasi & adaftasi (1) Organisasi memberikan pada arganisme kemampuan untuk mengestimasikan atau mengorganisasi proses-proses fisik atau psikologis menjadi system-tata cara yg terorganisir & bekerjasama.(2) Adaptasi kepada lingkungan dikerjakan lewat dua proses yakni asimilasi & akomodasi.
· Asimilasi ialah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, desain ataupun pengalaman baru kedalam denah atau pola yg sudah ada dlm pikirannya. Asimilasi dipandang selaku sebuah proses kognitif yg menempatkan & mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan baru dlm bagan yg telah ada. Proses asimilasi ini berjalan terus. Asimilasi tak akan menyebabkanperubahan/perubahan schemata meiainkan perkembangan schemata. Asimilasi ialah salah satu proses individu dlm mengadaptasikan & rrtengorganisasikan diri dgn lingkungan baru pengertian orang itu meningkat .
· .Akomodasi, dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman gres seseorang tak dapat mengasimilasikan pengalaman yg gres dgn schemata yg sudah dipunyai. Pengalaman yg gres itu bias jadi sama sekali tak cocok dgn skema yg telah ada.Dalam kondisi demikian orang akan menyelenggarakan akomodasi. Akomodasi terjadi untu membentuk skema gres yg cocok dgn rangsangan yg baru atau memodifikasi skema yg sudah ada sehingga cocok dgn rangsangan itu. Bagi Piaget adaptasi merupakan sebuah keseimbangan antara asimilasi & kemudahan. Bila dlm proses asimilasi seseorang tak mampu mengadakan adaptasi kepada lingkungannya maka terjadilah ketidakseimabangan(disequilibrium). Akibat ketidakseimbangan itu maka’ terjadilah fasilitas & struktur kognitif yg ada akan mengalami perubahan atau munculnya struktur yg gres. Pertumbuhan intelektual ini merupakan proses terus menerus perihal keadaan ketidakseimbangan & keadaan setimbang(disequilibriumequilibrium). Tetapi bila terjadi ketidakseimbangan maka individu akan berada pada tingkat yg lebih tinggi dibandingkan dengan sebelumnya.
BAB III SIMPULAN
Keberhasilan untuk mengembangkan ranah kognitif pula akan memiliki efek positif terhadap perkembangan ranah psikomotor. Kecakapan psikomotor ialah segala amal jasmaniah yg positif & mudah diamati, baik kuantitasnya maupun kualitasnya, alasannya adalah sifatnya yg terbuka. Namun, disamping kecakapan psikmotor tak terlepas dr kecakapan kognitif & banyak terikat oleh kecakapan afektif.
Banyak contoh yg pertanda bahwa kecakapan kognitif besar lengan berkuasa besar terhadap perkembangan kecakapan psikomotor. Para siswa yg berprestasi yg baik ( dlm arti yg luas & ideal ) dlm bidang pelajaran agama misalnya sudah tentu akan lebih bersungguh-sungguh beribadah shalat, puasa, mengaji. Sebab ia merasa member dukungan itu ialah kebajikan (afektif), sedangkan perasaan yg berkaitan dgn kebajikan tersebut berasal dr pengertian yang mendalam terhadap materi pelajaran agama yg ia terima dr gurunya ( kognitif ).
Berdasarkan uraian diatas, dapat kita tarik kesimpulan bahwa upaya guru dlm mengembangkan kemampuan ranah kognitif para siswanya merupakan hal yg sangat penting kalau guru tersebut menghendaki siswanya aktif menyebarkan sendiri kemampuan ranah-ranah psikologis yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Iskandar, M.Pd, Psikologi PendidikanSetelah Orientasi Baru, Gaung Persada ( GP ) Press – 2009 ( Jambi)
Muhibbin Syah, M.Ed, Psiklogi Belajar, PT Gajah Grafindo Persada, Jakarta, 2005, Pengantar dr Prof. Dr. S.C. Utami Munandar ( GuruBesar Psikologi UI )
Anderson, John R, Cognitive Psychology and Its Implication, 3rd. Edition. New York : W.H. Freeman and Company, 1990
Best, John B, Cognitive Psychology. 2nd Edition. New York : Wet Publishing Company.1985