8 Contoh Perubahan Sosial Budaya di Era Globalisasi

Era globalisasi sudah berkembang di negara-negara di dunia & telah mensugesti kehidupan insan dlm bermasyarakat. Globalisasi memberikan efek tersendiri terhadap banyak sekali aspek & bidang yg mampu menawarkan suatu perubahan kepada aspek maupun bidang tersebut. Perubahan akibat adanya globalisasi dapat terjadi pada aspek sosial & budaya yg berkembang di dlm penduduk . Oleh alasannya adalah itu diperlukan peran Indonesia di era globalisasi di berbagai bidang khususnya dlm bidang sosial & budaya biar kehidupan sosial budaya yg dimiliki masyarakat tak terjadi pergantian yg dapat menyebabkan efek negatif bagi kelancaran kehidupan berbangsa & bermasyarakat. (baca juga: Peran Indonesia di Era Globalisasi) Melalui artikel ini, dibahas mengenai 8 teladan perubahan sosial budaya di abad globalisasi yg berkembang di dlm kehidupan bermasyarakat. Berikut 8 acuan perubahan sosial budaya di masa globalisasi  antara lain:

  1. Cara melakukan komunikasi

Proses perubahan kepada sosial & budaya yg terjadi di dlm penduduk alasannya adalah adanya globalisasi menunjukkan efek tersendiri dlm cara melaksanakan komunikasi selaku bentuk interaksi diantara sesama anggota masyarakat. Tatkala permulaan mula bahasa didapatkan selaku alat komunikasi, bahasa tersebut masih merupakan bahasa kode sebagai suatu kode dlm menyampikan pesan. Kode-kode atau instruksi yg dipakai ialah bentuk kesepakatan yg terjadi diantara golongan insan guna memperlancar proses komunikasi yg terjalin di dlm golongan tersebut. Seiring kemajuan zaman, bahasa kode dipakai oleh kelompok insan dengan-cara lebih luas & lebih kompleks sehingga melahirkan suatu bahasa gres yg lebih mudah untuk dipahami. Bahasa baru yg berkembang selaku alat komunkasi pada risikonya menyebar di seluruh dunia & menerima adaptasi kepada keadaan & situasi penduduk di suatu tempat. (baca juga: Kondisi Penduduk Indonesia)

Seiring perubahan zaman dlm globalisasi, bahasa sebagai alat komunikasi mengalami beberapa perubahan. Sebagai bentuk komunikasi di dlm abad globalisasi, bahasa tak hanya disampaikan dengan-cara verbal melalui tatap wajah diantara seseorang dgn orang lain atau kelompok. Perkembangan globalisasi yg menyebabkan adanya pertumbuhan teknologi komunikasi menjadi memudahkan penduduk untuk melaksanakan komunikasi. Jika dahulu komunikasi terhalang oleh jarak & waktu, di kala globalisasi kini ini, jarak & waktu bukanlah menjadi suatu penghalang untuk melakukan jalinan komunikasi. Melalui teknologi yg ada, seseorang mampu berkirim pesan melalui pesan teks maupun lisan tanpa disertai kendala yg serius. Bahkan kini ini, gambar mampu dikirim dgn gampangnya melalui beberapa aplikasi chatting atau jejaring sosial yg ada. Perubahan kepada cara berkomunikasi inilah yg dapat membuat seseorang menjadi kurang peduli terhadap keadaan di lingkungan sekitarnya, sampai ada usulan yg menyatakan “perkembangan teknologi komunikasi (handphone atau smartphone) mendekatkan yg jauh tetapi menjauhkan yg dekat”. (Baca juga: Tujuan Pengendalian Sosial)

  1. Cara berbusana

Perubahan sosial budaya yg terjadi di dlm faktor sosial & budaya alasannya adalah adanya globaliasi pula nampak pada cara berbusana seseorang. Pada zaman dulu, dlm berbusana hanya mementingkan pada menutup badan. Namun dgn adanya kala globalisasi, cara berbusana seseorang diputuskan menurut tren atau yg mode yg sedang berlaku ketika itu. Pada setiap perjalanannya, cara berbusana yg dikerjakan seseorang mengalami perubahan & perkembangan sekaligus. Perubahan & perkembangan ini terjadi biasanya setiap satu dekade atau setiap sepuluh tahun sekali. Zaman dahulu, masyarakat Indonesia bangga jikalau mereka menggunakan busana kedaerahan dlm kehidupan sehari-hari sebagai bentuk penerapan perwarisan budaya semenjak zaman nenek moyang kita sebagai bentuk kekayaan & keragaman budaya yg ada di Indonesia. (Baca juga: Contoh Pengendalian Sosial Preventif)

Adanya globalisasi yg berkembang & menghipnotis cara berbusana seseorang menciptakan seseorang tersebut mau tak ingin ikut merasakan atau bahkan mengikuti tren atau mode yg berlaku. Seseorang yg tak mengikuti tren atau mode dlm berbusana mampu dikatakan sebagai ocorang yg ketinggalan zaman atau orang yg kurang gaul. Dalam mengikuti berkembangan berbusana pada kala globalisasi ini, seharusnya dilandaskan pada nilai-nilai atau norma-norma kesusilaan yg berkembang & berkembang di dlm penduduk . Jika diamati, pertumbuhan cara berbusana di kurun globalisasi condong makin “nyeleneh” dgn adanya versi-versi busana yg kurang pas kalau dilihat dr karakteristik bangsa Indonesia yg menjunjung tinggi budpekerti istiadat ketimuran. Oleh alasannya itu diharapkan kebijaksanaan dlm mengikuti perkembangan tren atau mode dlm berbusana biar kemajuan tren atau mode yg kita ikuti tak berlawanan dgn nilai-nilai atau norma-norma yg berkembang di dlm penduduk . (Baca juga: Peran Keluarga dlm Proses Sosialisasi)

  1. Gaya hidup

Perubahan sebab adanya globalisasi pula terjadi di dlm pola hidup yg dimiliki oleh masyarakat. Proses perubahan pola hidup yg terjadi merupakan salah cerminan kepada perubahan unsur-unsur budaya dlm merespon adanya globalisasi yg berkembang di dlm kehidupan bermasyarakat. Pengaruh globalisasi menciptakan gaya hidup penduduk di dunia menjadi gaya hidup yg serba cepat. Gaya hidup yg menuntut adanya serba cepat ini tercemin di dlm pola perilaku penduduk dlm menjalankan kehidupan sehari-hari. Segala sesuatu yg dilaksanakan berpacu dgn waktu sebab dlm pola hidup serba cepat, waktu yakni sesuatu yg amat berguna. Walaupun sedikit, mencampakkan waktu untuk hal yg tak bermanfaat yakni sesuatu yg sungguh tak baik untuk dilakukan.

Sponsors Link

Selain gaya hidup yg serba cepat, pola hidup serba instan pula terjadi karena adanya imbas globalisasi dlm kehidupan bermasyarakat. Gaya hidup serba instan mengharapkan segala sesuatunya mudah didapatkan tanpa melalui proses tertentu yg dianggap mencampakkan-buang waktu. Oleh alasannya adalah itu dlm pola hidup yg serba instan ini, banyak orang yg lebih menghargai adanya hasil ketimbang proses untuk menghasilkan sesuatu tersebut. Bagi kehidupan anak muda, pola hidup serba instan ini tercermin dlm sikap sehari-hari mereka. Gaya hidup kebarat-baratan menjadi sebuah pujian bagi sikap kawula muda khusunya bagi kawula muda di Indonesia. Memang tak semua gaya ke barat-baratan itu tak baik, tetapi dlm melaksanakan adopsi gaya hidup ke barat-baratan ini membutuhkan pengawasan & pendampingan khusus agar pola hidup ke barat-baratan yg timbul alasannya adanya globalisasi tak memperlihatkan efek negatif pada kehidupan kawula di Indonesia sehingga tak terjadi bentuk penyimpangan sosial di dlm keluarga & masyarakat.

  1. Emansipasi terhadap wanita

Sebelum globalisasi bertumbuh & meningkat di dunia, tugas perempuan dlm banyak sekali hal masih sangat rendah bahkan dihentikan untuk melakukan hal-hal tertentu. Pada dikala itu, posisi atau kedudukan wanita berada di bawah laki-laki sehingga dlm segala sesuatunya, laki-laki lebih diperhitungkan dlm kehidupan. Tidak bisa dipungkiri, pada saat itu wanita dapat dianggap cuma mampu untuk urusan dapur & keluarga serta tak cocok untuk melakukan pekerjaan seperti pria kebanyakan. Di Indonesia sendiri, keadaan seperti ini pernah dialami khususnya tatkala Indonesia masih dlm masa penjajahan bangsa lain. Kedudukan wanita yg dianggap lebih rendah dr kedudukan laki-laki membuat perempuan pada dikala itu susah untuk berkutik atau untuk melakukan suatu perubahan. Lahirnya tokoh perempuan yakni R.A Kartini membuat pola pikir terhadap perempuan mulai berganti & mulai mempertimbangkan kedudukan atau posisi wanita dlm suatu pekerjaan mirip yg dijalankan oleh kaum pria. (Baca juga: Faktor Perubahan Sosial)

Munculnya periode globalisasi di dunia membuat kedudukan atau posisi wanita dlm kehidupan sehari-hari menjadi besar lengan berkuasa. Sebagai bentuk relasi sosial asosiatif, kemajuan masa globalisasi membawa kedudukan atau posisi wanita sama dgn laki-laki. Di abad globalisasi ini, banyak kita dapatkan para perempuan yg berkerja & menempati posisi yg tinggi mirip para laki-laki pada umumnya. Wanita tak lagi dipandang sebelah mata sebab terjadi emansipasi perempuan dlm kala globalisasi yg berkembang di dlm kehidupan masyakarat. Adanya emansipasi perempuan di dlm masa globalisasi makin membuat wanita mempunyai kemungkinan yg besar untuk menempati atau menduduki posisi yg strategis dlm pekerjaan maupun dlm pemerintahan. Dalam sejarah kemajuan dunia di kala globalisasi, sudah tercapat beberapa wanita yg sukses menduduki posisi selaku kepala pemeritahan atau masuk ke dlm jajajaran direksi suatu perusahaan besar. Oleh alasannya adalah itu, kita tak boleh memandang remeh kesanggupan perempuan utamanya di masa globalisasi yg sedang meningkat ini. (Baca juga: Faktor yg Mempengaruhi Kebutuhan Manusia)

ads

  1. Perubahan pola pemikiran

Perubahan pola pemikiran pula terjadi di dlm kehidupan bermasyarakat selaku adanya dampak dr globalisasi. Pada perkembangan keterangan & komunikasi di abad globalisasi, seseorang menjadi lebih mudah dlm mendapatkan suatu susukan kepada informasi yg diinginkan. Informasi yg diinginkan bisa didapatkan melalui banyak sekali macam media komunikasi seperti koran, televisi, internet, & masih banyak lagi. Informasi yg didapatkan oleh penduduk dapat dikritisi dengan-cara sepihak menurut pengetahuan yg dimiliki oleh penduduk sebelumnya. Adanya globalisasi membuat pemikiran masyarakat menjadi lebih kritis terutama dlm menanggapi informasi yg berhubungan dgn gosip-berita sosial yg terjadi dlm kehidupan bermasyarakat. Proses pengolahan informasi yg dilaksanakan penduduk pada era globalisasi ini dapat dikatakan lebih canggih daripada era sebelum globalisasi meningkat . (Baca pula : Keragaman Suku Bangsa & Budaya)

Perkembangan globalisasi yg terjadi di dlm masyarakat memberikan potensi pada penduduk untuk mengkritisi segala yg sesuatu yg terjadi di dlm kehidupan sehari-harinya. Penuangan rasa kritis kepada segala sesuatu yg terjadi mampu berbentukkritik maupun anjuran yg didasarkan pada wawasan dengan-cara fakta. Bisa saja dlm mengkritisi peristiwa tertentu, masyarakat menyertakan opininya. Namun opini yg disampaikan yaitu opini yg berdasarkan pada penalaran & nalar supaya mampu diterima oleh orang lain. Kesempatan yg diberikan untuk memberikan kritik & saran terhadap segala sesuatu yg terjadi di dlm kehidupan merupakan proses interaksi sosial asosiatif yg timbul alasannya adanya globalisasi. Oleh alasannya itu dibutuhkan kebijaksanaan dlm menyampaikan kritik & nasehat biar tak menjadikan permasalahan hukum di kemudian hari. (baca juga: Permasalahan Hukum di Indonesia)

  1. Berkurangnya permainan tradisional

Permainan tradisional merupakan ragam permainan yg meningkat di dlm kehidupan sehari-hari penduduk . Adanya permainan tradisional di dlm kehidupan bermasyarakat merupakan pecahan dr proses pewarisan budaya dengan-cara turun-temurun sejak nenek moyang kita. Di Indonesia sendiri, permainan tradisional sungguh banyak ragamnya dr yg tak memerlukan santunan alat sampai yg memerlukan alat yg banyak untuk melaksanakan permainan tersebut. Permainan tradisional yg meningkat di dlm masyarakat di Indonesia merupakan permainan tradisional yg mampu dimainkan oleh segala umur & memiliki makna & nilai-nilai tertentu dlm permainannya. Permainan tradisional pula dipergunakan selaku salah satu alat untuk mempersatukan tiap-tiap anggota penduduk sehingga lewat permainan tradisional tersebut, persatuan & kesatuan dlm masyarakat dapat terjalin & terawat dgn baik.

Seiring perkembangan waktu, keberadaan permainan tradisional mulai tergeser terlebih semenjak masa globalisasi berkembang di dlm kehidupan penduduk . Permainan tradisional pada era globalisasi dianggap sebagai permainan yg ketinggalan zaman alasannya adanya anggpan bahwa cuma orang-orang yg lahir pada zaman dahulu saja yg melakukan permainan tradisional pada kehidupan sehari-hari. Selain itu, munculnya asumsi bahwa permainan tradisional merupakan permainan orang pinggiran menciptakan permainan tradisional menjadi kurang digemari di kurun globalisasi utamanya oleh bawah umur muda. Kondisi ini makin diperparah dgn kemajuan permainan digital yg menyasar pada bawah umur muda. Kemudahan & keseruan yg diberikan oleh permainan digital menciptakan anak-anak muda condong menentukan permainan digital ini ketimbang melalukan permainan tradisional.

  1. Kurangnya minat kepada lagu & alat musik daerah

Perkembangan globalisasi di dlm kehidupan masyarakat pula besar lengan berkuasa pada minat penduduk terhadap lagu-lagu & alat musik kawasan. Sebagai bentuk kebudayaan yg dimiliki, lagu-lagu & alat musik kawasan sudah selayaknya kita lestarikan. Seperti yg kita ketahui, Indonesia yakni negara yg paling banyak memiliki ragam lagu & alat musik tempat. Keragaman inilah yg membuat bangsa atau negara lain kesengsem untuk mempelajari alat-alat musik kawasan melalui kursus atau pendidikan formal di dlm lembaga pendidikan. Oleh alasannya adalah itu kita patut berbangga sebab lagu & alat musik daerah yg dimiliki oleh Indonesia menumbuhkan minat bangsa lain untuk mempelajarinya, terutama dlm pertumbuhan abad globalisasi yg melanda kehidupan masyarakat Indonesia. (Baca pula : Ciri-Ciri Manusia sebagai Makhluk Ekonomi)

Namun sayangnya, minat terhadap lagu & alat musik kawasan di Indonesia mulai menyusut khusunya pada kala globalisasi ini. Masyarakat Indonesia utamanya kaum kawula muda lebih menyukai lagu-lagu modern yg sama sekali tak mencerminkan karakterstik kedaerahan Indonesia. Bagi anak-anak muda di Indonesia, lagu tempat merupakan lagu yg cuma dipelajari melalui pendidikan formal di sekolah & tak untuk dikenang atau dinyanyikan dlm kehidupan sehari-hari mereka. Padahal bila diperhatikan dgn seksama, lagu-lagu kawasan yg ada di Indonesia memiliki makna atau nilai yg mendalam melalui lirik-lirik yg menjadi kepingan dr lagu kawasan tersebut. Kurangnya minat penduduk terhadap lagu daerah pula didasarkan pada iringan alat musik yg dirasa sangat tradisional & tak kontemporer sehingga kurang dekat di pendengaran penduduk . Oleh sebab itu, butuh perjuangan yg ekstra untuk melestarikan lagu-lagu & alat musik daerah supaya tak karam alasannya adalah perkembangan kala globalisasi di dlm penduduk . (Baca juga: Fungsi & Peran Yayasan)

Sponsors Link

  1. Penggunaan bahasa tempat

Bahasa merupakan salah alat yg dibutuhkan manusia dlm menyanggupi macam-macam kebutuhan insan salah satunya yaitu keperluan akan komunikasi. Tatkala era globalisasi belum mengalami perkembangan yg pesat, penggunaan bahasa tempat sebagai alat komunikasi dlm kehidupan penduduk masih mampu didapatkan dgn gampang. Antara seseorang dgn lainnya memakai bahasa tempat dlm kehidupan sehari-hari selaku bentuk kecintaan kepada wilayahnya. Indonesia ialah negara yg memiliki bahasa kawasan terbanyak di dunia. Dalam satu provinsi saja terdapat bahasa kawasan yg bermacam-macam. Bahasa kawasan yg berkembang di dlm masyarakat menunjukkan karaktertistik yg dimiliki oleh masyarakat yg tinggal di dlm tempat tersebut. Selain itu, bahasa daerah mempunyai nilai-nilai budaya yg tinggi selaku salah satu alat komunikasi untuk mempersatukan penduduk daerahnya. (baca juga: Fungsi Bahasa Daerah)

Sayangnya, kemajuan masa globalisasi di dlm kehidupan penduduk menciptakan suatu perubahan bahasa sebagai alat komunikasi diantara masyarakat. Peran bahasa kawasan selaku alat komunikasi mulai tergeser alasannya adanya bahasa gres selaku produk dr adanya globalisasi. Maka dr itu tidak aneh jikalau belum dewasa yg berkembang & meningkat di kurun globalisasi ini tak dapat memakai bahasa daerah untuk berkomunikasi di dlm kehidupan bermasyarakat. Mereka condong memakai bahasa Indonesia sebagai bentuk rasa cari aman biar komunikasi di dlm masyarakat tetap terjalin. Jika kondisi ini dibiarkan begitu saja & tak menerima perhatian khusus dr orangtua, maka bahasa daerah mampu hilang dgn sendirinya karena tergeser oleh bahasa baru yg muncul dr adanya era globalisasi. Oleh sebab itu, butuh tugas serta para orangtua untuk mengajarkan anak ihwal bahasa daerah selaku bahasa ibu semoga bahasa tempat tak hilang dlm kurun globalisasi. (Baca juga: Contoh Struktur Sosial)

Demikianlah 8 contoh perubahan sosial budaya di kala globalisasi yg terjadi di dlm kehidupan masyarakat karena adanya perkembangan kala globalisasi. Sebagai penduduk Indonesia yg menjunjung nilai-nilai sosial & budaya yg tinggi, perkembangan globalisasi seharusnya disikapi dgn bijak agar tak memindah ata bahkan menghilangan nilai-nilai sosial & budaya yg sudah berkembang sejak zaman nenek moyang kita. Semoga artikel ini mampu bermanfaat bagi para pembaca sekalian.

  Pengertian Kompetisi, Kontravensi, Konflik, dan Contohnya di Masyarakat