Pontianak – Konflik 1999 & tragedy, buku dan membuka jendela terletak diantara tirai berwarna pink hendaknya berdoa & bersyukur telah diberkati dlm kehidupan sehari – hari. Tatkala itu pula berbagai hal terkait dgn budaya setempat disini, Pontianak akan memiliki perbedaan wacana diskriminasi, rasial, & yang lain.
Sementara, tatkala hendak bergaul akan tampak manusia yg berkerumun sekitar kawasan kota, saya melintasi saja dgn kendaraan roda dua dikala ini, sport lagi (CS1). Hendaknya memperhatikan & menyaksikan acara Tionghoa Hakka berjualan, disitu ekonomi – kekuasaan pontianak berlangsung.
Jika diketahui bagaimana keperluan manusia lebih banyak pada konsumsi yaitu pangan, maka bagaimana keperluan lainnya seperti sandang & papan yg hendak diperoleh oleh insan disini. Seringkali, hal ini dilupakan insan alasannya adalah pola hidup tak sesuai dgn history keluarga telah terperinci.
Setiap insan akan diperoleh bagaikan hidup insan diantara lain yg berasal dr kelompok menegah atas pastinya. Diantara manusia buas yg memiliki kedudukan, kekuasaan, kekayaan, & segi lain diantara manusia atau binatang.
Pontianak, dlm hal ini hanya bisa berganti, maka agama menempatkan posisi mereka dlm setiap perintah Tuhan & kebijakan Negara. Narasi yg baik, akan terlihat dimengerti dgn adanya model kehidupan di penduduk primitif & terbaru, hendak dipahami bagaimana mereka hidup sesuai dgn karakteristik penduduk sampai saat ini.
Tahun 1999 menjelang tatkala hampir usai reformasi di Jakarta, & krisis ekonomi, sedangkan di Pontianak keperluan konsumsi masih diperoleh dr sumbangan pemerintah & sekolah Negeri 12 Tahun Sekolah Dasar – SMU, serta kesehatan saya tatkala itu masa kecil di TK Karitas, Pontianak, ponsel untuk sekolah dipakai pada tatkala SMU.
Untuk ongkos pada beasiswa RI – masuk Universitas Of Indonesia – Science persyaratan Internasional baru biaya sendiri 2013 yg dikenali. Hendak dikata bahwa terperinci bagaimana kehidupan agama kristiani & non kristiani, serta toleransi terletak pada insan yg memiliki wewenang tatkala itu tak begitu baik.
Siapa sangka kalangan birokrasi memperlakukan orang seperti itu, padahal mereka berada pada pekerjaan mereka selaku hewan yg begitu buas tatkala itu, dgn konflik diciptakan terjadi.
Seperti dewa judi, mampu berubah dgn problem dapur tentunya hanya Tuhan yg bisa menology dgn orang yg hendak bermain, atau memeras tak berbeda jauh & dikasihani. Atau dijadwalkan oknum atau pribumi – Tionghoa Hakka di Pontianak – Kapuas Hulu – Hilir Dayak, & kekerasan serta teror gereja Kristen di Indonesia & sekolah Negeri & Swasta Pada Tahun 2000, tanpa disadari terjadi.
Oh tak ternyata, pada tahun itu pula Tionghoa Hakka disini, masih dgn metode ekonomi – bisnis Indonesia mereka meliputi hasil hutan, pertanian, & maritim saja. maka numpang hidup, kolektif dengan membereskan diri pada ekonomi Barat mesti berurbanisasi ke Ibukota Jakarta lebih sempurna terjadi.
Sementara, bekerja atau mencari dana segar seperti utang di bank lewat uang nasabah sudah niscaya, dgn menggadaikan asset mereka, & bagaimana Tionghoa Indonesia hidup & tinggal disini, berlainan persepsi & prespektif pada kehidupan primitif atau pedesaan.