Jakarta – Pelajari Tionghoa Indonesia yakni bagaimana mereka berdagang berdasarkan anutan agama Kristiani, & bagaimana mereka hidup pada sumber hutan, & perkantoran di sini. Pribumi hasil dr urbanisasi ekonomi kota, & efek dr insiden seperti musibah, atas ulah insan & kehidupan budaya & agama atau spritualitas yg rendah di Jakarta
Tidak cuma itu saja, pada problem pedesaan pula demikian, bagaimana mereka hidup selaku permulaan kehidupan sosial & mata uang yg diperoleh, sudah menjadi awal dr kehidupan mereka dgn budaya Barat – Indonesia.
Mereka bergotong-royong tak mampu berkompetisi & berinovasi alasannya pengetahuan yg diperoleh dr politik kotor sejahat politik Indonesia berdiri pada tahun 1945. Hal ini menerangkan adanya perubahan & dinamika politik agama di Indonesia, yg berperan masuk alasannya ketidakpuasan atas status kelas sosial, & kekayaan mereka di pedesaan.
Seringkali, moralitas ekonomi & bisnis tak berada pada posisi yg sempurna, dgn adanya dagangan & sistem ekonomi yg diterima menurut impor – ekspor misalnya, dapat diketahui bagaimana kehidupan perkotaan, & penggunaan serta pemanfaatan hidup mereka di penduduk adat atau asli di Kalimantan.
Sementara, tuntutan global mempengaruhi pola konsumsi, pola hidup, & modernisasi yg menuntun kejujuran dlm ekonomi sosial, & politik di tengah penduduk . Pada tahun 2008 pada krisis global & pengetahuan serta sumber hutan menghasilkan sumber daya manusia, & kebuasaan masyarakat berurbansiasi yg merugikan lingkungan sekitar.
Persoalan tersebut, menimbulkan banyak sekali faktor kehidupan budaya, kesenjagan ekonomi, & sosial, serta berbagai aspek contoh kehidupan budaya di penduduk adan spritualitas, atau dipahami dgn insan yg begitu beradab atau tidak.
Sistem Spritualitas : Keuskupan Agung di Kalimantan – Pontianak
Sistem sosial ekonomi, akan mempunyai dampak pada kehidupan ekonomi politik, & bagaimana mereka dengan-cara kolektif menyerang & beperan dlm setiap kebijakan Nasional – wilayah. Tatkala apa yg dicicipi hingga dikala ini, begitu merugikan orang sekitarnya, Tionghoa Hakka & jual beli & pribumi menjadi babtisan mereka untuk bertobat, & kehidupan sosial di penduduk hingga saat ini.
Rasa tak bahagia pribumi dlm setiap pekerjaan, mampu dipakai pada metode penugasaan kerja, & ekonomi kawasan pada sistem birokrasi, & golongan masyarakat & spritualitas terlihat dr kehidupan kolektif mereka di masyarakat Kalimantan, dengan-cara khusus di Ibukota Kalimantan Barat.
Merancang atau membuat kebusukan mereka dihadapan orang atau rakyat di Indonesia. Itu yg terjadi hingga dikala ini, pada sistem ekonomi & bisnis, politik agama menjadi awal dr kemalasaan kaum pribumi pada tata cara pertanian, & perusakan mental, & kehidupan yg kotor di pedesaan Tionghoa Indonesia, Dayak – Melayu (orang) – Kesultanan.
Sementara, karekter yg ngotot & menghujat pada posisi masyarakat Tionghoa Hakka – Jawa tak berbeda jauh mengenai kebuasaan mereka di masyarakat, & faktor kemarahan mereka terhadap peristiwa konflik etnik di Kalimantan Barat terjadi pada tahun 1999 Tionghoa – Dayak 1967, & Dayak – Madura 1999, & Ambon bertepatan pada krisis ekonomi di Jakarta.
Tidak mempunyai rasa budaya malu hingga saat ini pada mereka, khususnya pada tempat pedesaan, yg berasal dr peristiwa & kebiadaban insan hewan di Indonesia. Mereka tak akan suci alasannya dikenali bagaimana mereka hidup menurut drama kehidupan sosial untuk mempergunakan dlm faktor hukum di Indonesia.
Kekerasan agama terjadi pada kaum pribumi, apalagi yg berpura – pura baik, pada pekerjaan mereka semenjak birokrasi (Lai) & Tionghoa Hakka di pedesaan berasal. Pada masa Orde Baru menduduki pertolongan asing seperti Amerika Serikat selaku permulaan dr ekonomi politik terjadi mirip di Ibukota Jakarta hingga saat ini dengan-cara khusus untuk berjualan.
Dengan moralitas ekonomi untuk kian kaya, tanpa moral, & malu & agama di Indonesia yg menyertai bangsa di Indonesia. Perjuangan terhadap kaum, namun merugikan orang lain, selaku yaitu karekteristik orang Indonesia dengan-cara khusus menurut agama kristiani & Islam di Indonesia.
Selalu memanfatka setiap momen, memanggil simpati teutama (Orang Jawa), tak mempunyai malu memang karekternya. Dinamika sosial akan berperan kepada keperkasaan mereka & cara hidup mereka di penduduk yg sarat dgn moralitas & kesucian. Biasanya orang tak senang akan jail pada wilayah pedesaan, atau menggangu spritualitas.
Sederhana saja hal tersebut mirip di Pontianak, atau mempersiapkan kemiskinan melalui survei & observasi bagi Pribumi – Tionghoa di Indonesia. Itu pada hukum di Indonesia, mereka yakni kriminalitas begitu juga tokoh agama, atau yg dibayar pertobatan – akad babtis mampu dikenali pada kegiatan kriminalitas kaum mayoritas – minoritas & agama nasrani Indonesia.