Jakarta, pada tahun 2011an banyaknya pedagang yg hidup di Jakarta dgn lulusan kampus mancanegara mirip di Australia, & Amerika Serikat. Tatkala hingga di Indonesia mereka membuka dagangan di aneka macam gerai atau pasar, pertokoan yg ada di di Jakarta.
Hal ini adanya penjualTionghoa, & pribumi pastinya yg hendak dimengerti adanya sistim ekonomi mereka jalankan di Jakarta. Kenapa mereka kembali, tentunya untuk berdagang hal ini menerangkan adanya keyakinan mereka untuk membangun jati diri mereka dlm tata cara ekonomi di masyarakat, & Negara.
Berbagai hal terkait dgn aspek kehidupan sosial di penduduk , yg rawan dgn kriminalitas, kejahatan & yang lain. Tetapi dgn begitu tunjangan akan berbeda dgn mall besar yg dikuasai oleh kaum pribumi – Tionghoa, 10 top penguasa mall.
Kebudayaan Tionghoa dlm metode jual beli di Jakarta telah memiliki efek pada kehidupan sosial ekonomi yg tinggal disekitarnya, begitu juga pada faktor pengelolaan pasar, & pertokoan di tanah kakak, sebelumnya sempat kebakaran pada tahun 2004.
Bagaimana mereka hidup dgn adanya metode pengertian ekonomi masyarakat Tionghoa yg berujung pada perdagangan tatkala mereka menempuh pendidikan tinggi.
Karena puas & terbaru sekarang, pulang dr luar negeri tinggal jualan, punya kios, meja, bangku, sama laptop, omzetnya sudah luar biasa, designer terkemuka Itang Yunaz saja punya 30 kios di Tanah Abang,” terang warga Mampang Prapatan.