Perkampungan Kelas Sosial Rendah, Ekonomi Urbanisasi 1999 – 2008an

Pontianak, ada yg disebut selaku perkampungan masyarakat rendah yg sebelumnya bekerja sebagai pengajar, tenaga medis, buruh kapal, & petani. Kawasan pinggiran itu yakni, orang yg memang menjadi sampah di Jakarta & pedesaan Kalbar, & tinggal di Pontianak.

Pembentukan kota Pontianak, berasal dr budaya mereka sebelumnya selaku makan orang & penggal kepala, yg hidup di pinggiran Pontianak tepatnya di daerah angkatan laut militer. Hal ini menjelaskan bagaimana mata pencaharian merekia berdasarkan pembentukan perkotaan.

Kelas sosial yg dicapai, guna bergaul pada lingkungan atas, namun tak sanggup menawarkan pada masyarakat ekonomi sendiri yg hidup disini, utamanya pada orang tionghoa yg menguasai ekonomi politik.

Cara bertahan hidup mereka untuk mampu melakukan pekerjaan anak – anaknya, adalah mereka hidup dgn agama yg berlainan, misalnya pasangan orang tuanya beragama Protestan – katolik, ada pula Islam Protestan, serta Budha – Konghucu & Katolik, dlm satu Kartu keluarga akan ada ditemui mereka yg hidup berlainan agama.

Berbagai hal terkait dgn aspek kehidupan sosial mereka di masyarakat yg hendak dimengerti dgn adanya teladan pembentukan perkotaan yg layak dipahami dgn adanya ekonomi politik di penduduk & keluarga.

Pembentukan Pontianak, yg sebelumnya berasal dr masa kolonial Belanda, & berkehidupan sosial budaya di penduduk menurut faktor kehidupan budaya penduduk setempat, hingga saat ini. 

Agama & budaya, mempengaruhi aneka macam pola karakteristik mereka selama hidup, baik itu dlm perkampungan pangkalan angkatan bahari  itu berasal dr budaya etnik Batak – Dayak, & Tionghoa, dgn kelas sosial rendah sebelumnya.

Sementara, ada pula yg tampak pada kehidupan sosial mereka yg biasa – lazimsaja dgn menyadari akan budaya & agama selama tinggal di Pontianak, khususnya pada tata cara ekonomi mereka pada masa kini.

  Kelas IX 16mei2023-06

Akan sungguh berbeda, dgn lingkungan mereka tinggal & dimana mereka berasal sesuai dgn faktor kehidupan sosial & budaya, yg memiliki keeratan dgn budaya malu berdasarkan asimilasi seksualitas. Tampak masing – masing keluarga akan berada pada keadaan tersebut, berdasarkan prinsip akidah mereka.

Mereka akan berkumpul, dgn sistem senasib & bagaimana peran agama mereka berlanjut sesuai dgn apa yg mereka terapkan, menjadi baik memahami karakteristik & kehidupan sosial budaya di penduduk , menurut tata cara ekonomi, & selaku sampah sebelumnya di perkampungan itu.