Ekonomi Sosial Dan Peranakan Tionghoa Di Pontianak

Pada tahun ini, tepatnya covid19 lebih sering, cari buah papaya, jeruk & sayur mayor serta ikan di pasar itu. Disitu aku lihat banyak pedagang Tionghoa yg berjualan, pada metode ekonomi termasuk di pertokoannya.

Kalau tak salah hal ini menerangkan banyak sekali hal terkait dgn interaksi sosial ekonomi di pasar itu seperti tawar menawar. Diantara himpitan daerah tersebut, tentunya ada pasar yg berada pada keadaan terawat setelah berjualan. Masyarakat Tionghoa disini jarang sekali dilihat tak berjualan, yg ada birokrasi mirip pertanahan, pegawapemerintah & lainnya.

Berbagai keadaan itu juga, timbul adanya siapa mereka, tatkala berinteraksi & bagaimana ekonomi sosial, & politik di Pontianak. Baik atau tidak, atau pura – pura baik, ada itu di lingkungan rumah tangga, namun tak perlu dibahas dlm hal ini, lazimnya menanyakan pangkat contohnya, numpang hidup pada ekonomi Jawa – Batak, sehingga timbul ketidajujuran dlm berekonomi, politik & sosial, serta agama.

Ketika wawasan menjadi adanya politik identitas dlm sebuah penduduk maka akan tampak dgn adanya persepsi, gagasan & pandangan baru dlm suatu konsep insan, atau tatanan sosial menjadi penting dlm mengintropeksi diri terhadap budaya mereka sendiri.

Hal ini menjadi penting dlm memahami banyak sekali keadaan ekonomi politik, sebuah Negara. Tatkala mereka menyerang dengan-cara kolektif dlm metode pertentangan sosial & etnik misalnya begitu pula dgn agama akan lebih mengerikans suatu kelompok & ormas dlm sebuah metode konflik mirip teroris.

Ketidaksenangan itu muncul adanya budaya insan itu sendiri pastinya pada kalangan kelas sosial menegah & ke bawah. Apa yg mereka ingin dapatkan ialah ekonomi, biasanya seperti kebutuhan. Menciptkan pertentangan di lingkungan rumah tangga. 

Biasanya karakteristik & prilau pada kelas sosial rendah sebelumnya, itu lazimterjadi. Sehingga, memanfaatkan berbagai keadaan di mana mereka berdomisili, dgn cara rendahan Biasanya didikan Tionghoa – Batak Pontianak disini, hasil pembuangan dr jakarta sebelumnya.

Tetapi ada pula tuh yg ingin memperoleh suatu ekonomi, mereka Beragama Islam terutama mereka yg berada pada Tionghoa – Jawa Islam, atau pula pada masyarakat Batak lazimnya demikian, dgn kelas sosial rendah & pemahaman agama yg rendah.

Hal ini menjadi penting dlm menciptakan keadaan penduduk yg lebih baik nantinya, terlebih ini di Pontianak kota kecil, & ekonominya pula disitu – situ saja, masih adakah yg jahat dlm hal ini pastinya mampu diterangkan. Melalui ekonomi, mereka adalah bangsa pemalas ada pula tuh disini, Pontianak – Jakarta.

Bahwa tatkala ketidaksenangan itu timbul, maka  mereka bermain itu misalnya metode birokrasi, pertentangan etnik, & yang lain sederhana saja dlm hal ini yg mengakibatkan orang tak tak inginribut namun buat ribut contohnya dlm hal ini. 

Kalau tak salah hal ini gampang saja dijumpai diberbagai kesempatan yah, kalau memahami perkotaan memang sedikit ribet akan berlainan dgn penduduk perkotaan & Desa. 

Kalau di pedesaan kan masih ada yg primitif, atau tradisional itu yakni sebuah penghargaan terhadap budaya penduduk etika disitu. Begitu pula dgn di perkotaan saat ini, tatkala mengetahui banyak sekali keadaan sosial yg terletak pada kebudayaan lokal disana.