Pontianak, Diantara Bangunan Perkotaan 90an

Kebutuhan manusia atau binatang mampu dikenali lewat tata cara agama & budaya yg terletak dr moralitas sebuah bangsa. Tatkala dipahami adanya agama & budaya, hendaknya dipahami bagaimana mereka hidup dlm sistem kehidupan sosial budaya di penduduk .

Misalnya dlm memahami masyarakat perkotaan kadang kala hal ini dikenali dgn adanya sale rumah & jual rumah pada perkotaan di Pontianak, lazimnya untuk dipakai selaku keagamaan, mirip penziarahan, naik haji kalau pada Islam, jikalau Nasrani ke roma. Tentunya dgn metode ekonomi masyarakat menegah.

Dengan demikian, aneka macam hal terkait dgn adanya perkotaan penduduk ada beberapa katagori penduduk yg baru kaya, & tak atau dlm hal ini menegah, birokrasi, & nasionalis. Pola kehidupan sosial sarat dgn drama.

Dalam sementara waktu tatkala itu guna pergi menziarah umumnya lahan pertanian dijual bagi penduduk pedesaan, sedangkan birokrasi menggunakan uang pensiun. Maka, dlm hal ini penjual rumah, pertanian, bagi penduduk orang melayu disini terbukti telah dibeli oleh penduduk Tionghoa yg kini tinggal di perkotaan, & mereka berasal dr Tionghoa perkotaan & Desa.

Hal ini menjelaskan bahwa, banyak sekali hal terkait dgn pekerjaan mereka, maka ketidaksenangan satu dgn yg lain, sesama insan atau orang (binatang), moralitas & budpekerti hilang tampak ada dlm suatu masyarakat kota Pontianak disini (pribumi).

Ketidaksenangan itu, menimbulkan adanya pertentangan sosial, etnik, & agama yg memiliki makna terhadap faktor kehidupan sosial ekonomi di penduduk pada masa lalu, sehingga mereka berada pada perkotaan yg terpinggirkan. Dan juga, mereka yg tak menjaga kualitas hidup mereka mirip kesehatan pula demikian terjadi 90an – 2011.

  Sanksi Atau Solusi Hukum Dari Penyimpangan Sosial ??

Pada sebuah penduduk tersebut, apa yg dirugikan dlm hal ini terkait karakteristik kedua orang, atau keluarga dlm hal ini tentunya ialah ekonomi ditanggung pada anak – anak mereka pada utang yg dihasilkan, misalnya. Bagaimana dgn kelas sosial di masyarakat yg rendah dgn penghasilan sesuai dgn kebijakan perkotaan.

Sehingga ekonomi budaya akan terlihat pada kegiatan agama yg berjalan di penduduk , yg tak tampak pada insan itu sendiri. Secara tak langsung ingin mengulangi sejarah hidup & budaya mereka sendiri.

Hal ini tak berlawanan jauh dr duduk perkara kehidupan sosial di Jakarta ketika ini, yg berefek pada lahan sempit rumah penduduk, maka  apa yg terjadi terhadap lahan perkotaan itu sendiri terjadi perumpamaan kata lapar tanah. Batasan tanah menjadi konflik yg terjadi hingga ketika ini di Pontianak, termasuk di lingkungan rumah tangga, tatkala ekonomi sosial belum mapan.