Pontianak – Jakarta 2000 – 2008 : Kehidupan Sosial, Ekonomi Masyarakat Tionghoa – Pribumi

Seringkali tatkala mengetahui perkotaan akan berpikir mengenai ekonomi, & sosial yg memiliki arti pada kehidupan sosial, serta pengaruh dr ekonomi itu sendiri. Persoalan sosial akan memiliki kiprah serta terhadap budaya, & kelakukan mereka di masyarakat serta budaya sosial mereka yg begitu jail pada penduduk pedesaan yg tinggal di perkotaan.

Hal ini dikenali sebagai urbansiasi ekonomi politik yg mempunyai dampak pada faktor kehidupan sosial yg berasal dr hasil seksualitas yg dibuat, direncanakan, & menjadi permulaan dr kehidupan sosial, lazimnya untuk pekerjaan, rencana kejahatan ekonomi Kota Pontianak (Tionghoa – Batak) & lainya. Itu yaitu orang seperti PDI Perjuangan & dosen (oknum) Arizona – dapil kota Pontianak, & provinsi, biasanya mencari panggung.

Penjelasannya, mengenai siapa mereka di penduduk yg cuma selaku petugas partai politik, bermodal seksualitas. Itu yakni orang Batak – Jawa, – Tionghoa hasil asimilasi budaya, & ketidakmaluan mereka terhadap metode ekonomi yg mereka terima dr Jakarta – Pontianak, & pedesaan.

Maka, mampu diterangkan dgn baik budaya makan orang mereka di Kalimantan Barat, & Pontianak pada Orang Batak itu menerangkan & planning kejahatan masa kini di Pontianak. Orang pribumi di sini mirip Dayak, yg hidup pedesaan dgn wawasan yg rendah menjelaskan dgn lantang, & begitu yakin diri untuk mengatakan tentang sistekm pertanian.

Dayak Kabupaten Landak, memang orang Dayak dikala ini jika buat pertentangan sosial, etnik, & wawasan dikala ini berasal dr kehidupan budaya & spritualitas yg tak mempunyai nilai dna moralitas dihadapan pemuka agama, & hidup pada tembok agama Nasrani & Protestan di Indonesia. 

Apa bedanya dgn Islam dlm hal ini, umumnya orang tersebut mencari panggung, mengenal & sebagainya, sebagai identitas diri mereka di penduduk ketika ini ?

Pada masa pemerintahan Cornelis MH – Sutarmidji diulangi kembali sejarah tersebut. Itu ialah  pembangunan insan & sumber daya insan yg begitu bobrok, & ingin memaksa seksualitas Sihombing, tanpa memahami identitas diri & bagaimana mereka berekonomi sosial di kehidupan sosial politik mereka guna bertahan hidup.

Orang Tionghoa, dipelajari teruatam pada kelas sosial menagah kebawah & hanya selaku buruh kapal, menjelaskan identitas diri mereka dengan-cara apik, & rasional. Apa yg dihasilkan dlm hal ini sebagai kelompok biasa yg tak memiliki moralitas, & etika dlm pendidikan, & seksualitas di masyarakat Marpaung. 

Itu yaitu citra hasil Kalimantan barat Tionghoa – Batak – Dayak, karena bukan siapa – siapa, maka dengan-cara kolektifitas menyerang RT 003 Siregar, Orang Melayu Pontianak, Keuskupan Agung Pontianak, di Paroki MRPD itu, & ketidakjujuran dlm melakukan pekerjaan terlihat dlm lingkungan rumah tangga, & kelas sosial.

Kehiduapn sosial yg dapat dipahami dr hasil kecurangan hidup, & kebrutalan mereka dengan-cara psikologis menjelaskan bagaimana mereka hidup di penduduk lazim, agama, & budaya mereka hingga ketika ini di Lokal, Indonesia, sudah menjadi catatan kehidupan sosial mereka dengan-cara agama di masyarakat lazim, dr hasil pekerjaan kotor 1967 – 2008, Pontianak – Kalimantan  Barat.