Pada kala 21 tepatnya di kampung Melayu, di tempatkan dgn banyak sekali wilayah yg ada di Kota Pontianak, di kampung seberang sungai berdasarkan penempatan status sosial, ekonomi & etniks.
Pada tahun itu pula pada perkampungan Tambelan, & Serasan serta Banjar & Kapur menempatkan posisi arah pedesaan sungan Ambawang, kawasan saat ini kampung Tionghoa & Dayak disitu tinggal.
Kalimantan – Pada sebuah perkotaan, akan lekat dgn matapencahrian & status sosial, pekerjaanya yaitu petani, buruh, karyawan, pedagang, & pendidik menempatkan posisi yg ada di perkampungan tersebut dgn adanya sistem ekonomi sosial yg ada di penduduk berdasarkan perkotaan dr dari Tahun 1887 – 1920an.
Ketika itu tentunya masih hutan rimbun, & kehidupan sosial masyarakat kota Pontianak, menempatkan berbagai terusan kehidupan sosial, lewat sungai yg memanjang & menepi pada sungai di Siantan, kawasan perkampungan Tionghoa & gertak yg berkembang menurut kemajuaan ekonomi perkotaan yg saat ini tumbuh.
Begitu pula dgn arang pabrik terletak pada perkampungan Tionghoa Hakka & Pribumi, lewat buruh pabrik mirip karet, kopra, & minyak, yg berada pada posisi penempatan buruh & kelas pekerja.
Hal ini menjelaskan bagaimana kesenjangan sosial, ekonomi, & politik pada masa pemerintahan Sultan, & Gubernur Oevang Oeray, tentunya mereka memimpin dgn berpura – pura baik.Hasil dr sampah pendidikan, & kesehatan di pulau Jawa sebelumnya berdiri sempurna dgn adanya status sosial, & kelas sosial yg berasal dr budaya makan orang pada masa kolonial Belanda tatkala itu.
Sampah itu hidup selaku pendidikan tenaga kesehatan hasil dr otak orang kampung, & ekonomi dengan-cara kolektif yg menempatkan kekejaman ekonomi politik Tionghoa – Dayak di Kalimantan Barat, melalui Rumah Ibadah – gereja.
Hasil dr kolektifitas itu, timbul adanya pemerasan ekonomi – bisnis, & tenaga, tatkala hubungan seksualitas terjadi, tak mempunyai moralitas & etika di Pontianak, itu yaitu hasil pembangunan manusia di Pontianak yg begitu buruk & brutal.
Sedangkan pada penduduk sistem seksualitas dipraktekkan oleh Batak – Jawa – Tionghoa Hakka, Ideologi Pancasila, Maria Ratu Pencipta Damai, Franshuid – Tionghoa – HKBP Silaban – menjadi temuan.
Kemajuaan binatang kearah manusia memang berada pada masalah manusianya yg hendak dikata, ingin merusak mental & kesehatan lewat pendapatan kuliner pada tahun 1999, & berlanjut pada masa Revolusi Industri & Mental 2011 – 2019, dr hasil dr seorang buruh Kapal, yg bukan siapa – siapa di Pontianak.
Kebusukan orang Tionghoa Hakka – Dayak – Melayu – Batak Pontianak menerangkan hal tersebut, menerangkan eksistensi mereka di Pontianak, & pedesaan Mempawah, Kapuas Hulu, & Jakarta guna mengakses ekonomi urbanisasi Jakarta dikala ini tanpa malu & pembenahan diri – Yogyakarta -priyayi & non bangsawan.
Suatu gambaran lazim, perubahan sosial pada kelas sosial yg terletak pada kebiadaban wawasan yg mensesatkan, & berbanding jauh pada pulau Jawa tatkala itu, begitu pula dgn metode ekonomi politik (Tionghoa Hakka).
Pontianak – Di bentuk menurut hasil kelas sosial kebawah & usaha kelas sosial & pengetahuan & prestasi yg bobrok & menjadi tontonan di masyarakat, Batak (Sihombing) – Dayak – Jawa khususnya tenaga medis rendahan, & rencana kejahatan seksualitas ingin dipraktekkan 2011 – 2017.