Politik, Media Massa, Konflik Etnik Partai ?

Apa yg belum terpublikasi oleh media massa, dr perlakukan aturan yg dibentuk oleh Orang batak Sihombing, di Pontianak, Kalimantan Barat, & dukung dgn Orang Melayu (003) serta para pakar hukum yg hanya membisu dgn persoalan konflik yg dibentuk, serta seenaknya orang Batak Siregar dgn rasa aib singgah dlm suatu perkampungan.

Itu disebut dgn seni politik seksualitas Orang Batak Siregar di Kalimantan Barat ketika ini, pastinya pelopornya ialah oleh PDI Perjuangan, dgn merembut & merampas saham ekonomi politik masyarakat Tionghoa. Baru-gres ini, tak jauh dr rumah. 

Peran gereja Nasrani, Kristen & Islam di Indonesia menyaksikan dilema umatnya, melalui sosial budaya utamanya terlibatan Tokoh agama di setempat, Indonesia ini, sehingga terkesan bersembunyi dibalik jubah & bangunan tempat ibadah.

Kembali pada politik di Amerika Serikat dgn mengetahui bagaimana pertentangan seksualitas pada aspek ekonomi politik yg berlangsung di Indonesia, tercipta pada demokrasi RI Presiden Jokowi ke 7          2014 sampai kini. Berbagai hal terkait dgn politik seksualitas dimulai dr konsumsi pada ruang keluarga, penduduk , Negara, pendidikan & kesehatan.

Orang Batak, nyaris disebut dgn pembuat kasus diberbagai tempat termasuk pertentangan mass ajika terjadi. Tidak berbeda jauh dgn Orang Dayak di Kalimantan Barat, serta ketidaktaatan pada kitab kehidupan agama mereka (Kristen).

Sebagai santunan untuk menyingkir dari aneka macam konflik di luar Negara (Indonesia), serta berita di Timur Tengah, mereka dgn gampang untuk masuk kehidupan agama yg dikerjakan dgn tak patuh, sesuai denghan norma & kehidupan agama dikala ini.

Atas nama kemanusiaan itu maka, diketahui bagaimana mereka menerapkan metode politik seksualitas pada Orang Tionghoa, Orang Dayak & Orang Jawa, kalau tak patuh maka konflik kesehatan & pendidikan tak aneh akan terjadi. Pengalaman tatkala masa periode PDI Perjuangan, & organisasi di Kalimantan Barat 2008-2017, berlanjut, padahal itu yaitu duit Rakyat.

Penyediaan uang politik yg tidak heran berdampak pada DKI Jakarta, pada tata cara pendidikan yg dibuat sejumlah perguruan tinggi tinggi. Maka, terlihat bagaimana mereka menciptakan suasana pertentangan pada penggunaan budaya Jawa, “makmur & miskin ( Kehormatan)”, aktornya seorang dokter (seksualitas) 2018, politik di Kalimantan Barat. Persaingan pula dimulai, oleh Orang Batak tak kalah penting, seperti perompak kapal, dgn metode pendidikan diciptakan sebagai penilaian kepada forum & institusi.

Ketidaksehatan atas kondisi ekonomi mereka, kepada berbagai dilema pajak seorang dokter itu mampu melakukannya dgn pajak yg dihasilkan, sehingga tidak aneh jika berbagai problem ekonomi mereka juaranya, terutama untuk pajak.

Kemudian, untuk menutupi aneka macam duduk perkara itu timbul dgn ketidakmaluan mereka kepada duduk perkara di masa lalui, berbagai konflik hukum contohnya hingga kini belum final sampai ketika ini. Bagaimana Negara bab untuk melihatnya. Mereka, jikalau tak patuh apa yg menjadi seni manajemen senjata yg mereka lakukan, yakni dgn pendidikan & kesehatan, termasuk ekonomi tatkala berkuasa (Orang Dayak & Jawa, Batak).

Konflik yg tercipta tersebut, pula disokong oleh Orang Batak Malau, untuk kebiadaban mereka *Orang Jawa itu, memang berada pada duduk perkara anak rantau tatkala di DKI Jakarta. Berbagai kebiadaban mereka, baik itu etnik & agama, akan mencerminkan keberadaan mereka di masyarakat, & bagaimana etika mereka terhadap wawasan yg dimiliki ketika ini.

Mengidentifikasi pertentangan para suku, telah terang bagaimana mereka melakukannnya serta aturan yg mereka terima dgn suap atas pertentangan yg mereka ciptakan. Sehingga dlm hal ini, aneka macam perguruan tinggi tinggi & lembaga observasi untuk berbagai Negara, semoga mengetahui bagaimana mesti berkerjasama pada setiap institusi tersebut.

  √ Bagaimana Keterkaitan Pendidikan Dengan Mobilitas Sosial?​