Perlu dipahami bahwa banyak sekali masalah konflik sosial, setidaknya berada pada persoalan ekonomi sosial & budaya yg diketahui terjadi perebutan sumber daya, serta ketidaktepatan penggunaan aspek sosial di penduduk .
Seringkali tunjangan sosial pada masyarakat tak sempurna sasaran, hal ini terang akan membuat masyarakat tampak mengada-ada, dgn banyak sekali aspek acara dr pemerintah. Biasanya hal ini pada masyarakat yg mendapatkan santunan sosial.
Berbagai masalah terkait dgn dinamika sosial di penduduk yg berlanjut pada dinamika sosial dgn sepak terjang yg dibentuk misalnya pada faktor perusahaan berjasa ekonomi inovatif, namun pada awalnya dapat dipahami pada pemajuan ekonomi kreatif masih menjadi ketidakinginan dlm pemajuannya.
Memungkinkan karena berlawanan dinamika politik & sosial yg diciptaka pada masa itu. Pada masa pemerintahan sebelumnya, dilema ekonomi penduduk terlihat dgn aspek pemajuan dr keharusan masyarakat mengembangkan potensi hasil diperoleh untuk bisa dikelola dengan-cara luas.
Dengan memajuka produk dlm negeri, tentunya menimbulkan keperluan terhadap faktor ekonomi di penduduk walaupun enggan untuk diperoleh dgn hasil pengelolaan di masyarakat yg bersumber pada rencana keperluan sosial di masyarakat.
Konflik sosial timbul, dikarenakan ada persoalan saluran sumber yg perlu dipahami beda kepemimpinan yg pantas diketahui dgn kepentingan politik yg ingin dicapai. Jika tak salah berbagai perjuangan kecil penduduk , yg dijadwalkan oleh Presiden Gusdur, tatkala untuk tak menyaksikan aneka macam pertarungan sepak bola dgn mengetahui pertandingan yg dibicarakan.
Sepak terjang itu pastinya membawa Presiden Gusdur ikut makan malam, dgn Presiden Jerman, sudah diketahui bahwa tokoh yg besar lengan berkuasa itu dgn mengajaknya untuk berbicara pada pemikiran yg ngalor ngidul gak ada jandrungannya, itu merupakan isi dr catatan buku yg diperoleh pada masa Presiden Gusdur.
Apa yg bisa dibangun pada ekonomi kreatif rakyat pada masa itu, hingga ketika ini rakyat berlomba-kontes untuk meraih kompetisi dlm melakukan pekerjaan dgn membuat konflik & kecuarangan tak baik, dlm hal ini terperinci perusahaan hanya mampu di majukan oleh segelintir orang yg mampu diyakini dlm kompetisi itu. Bagaimana orang Indonesia, untuk mampu mempelajari bisnis skala besar.
Yang dapat dikenali bahwa kecurangan dijalankan oleh orang-orang umumuntuk meraih pekerjaan dibuat, & memposisikan pekerjaan itu pada orang yg pro masa pemerintahan Gusdur. Tetapi dlm hal ini terang, bahwa profesi yg diterapkan pada penduduk yg berbeda kepemimpinan akan berdampak pada potensi usaha dibentuk.
Hal ini terperinci, bahwa mereka berkolektif untuk melengserkan berbagai dilema politik di banyak sekali wilayah di Indonesia, seperti halnya di Sumatera, DKI Jakarta & Kalimantan Barat, & memposisikan banyak sekali kepentingan orang-orang mirip suku untuk mengiat pada konflik kreatif yg direncanakan pada ekonomi di masyarakat.
Negara Jerman, tatkala itu tidak mau mengerti duduk perkara Indonesia, dikarenakan telah memahami bagaimana Orang Indonesia dlm melakukan pekerjaan , dgn kepentingan suku, serta pandangan politik yg berlainan pada masa itu dgn kepemimpinan organisasi & partai, hendaknya dipahami dgn aspek pertentangan yg diterapkan oleh ormas mereka.
Bagaimana dgn sumber ekonomi, & hutang mereka tawarkan terhadap pembangunan yg pantas dimengerti dgn faktor adu domba mereka di Kalimantan Barat. Pro pembangunan tatkala itu cuma tokoh Bj Habbie pada pemerintahan Jerman, bagaimana dgn orang Indonesia.