Tradisi Suku Daya Iban

Suku Dayak Iban, tradisi berburu kepala ini disebut Gawai. Upacara ini bersifat religius, namun pula diselingi dgn pesta besar-besaran dgn minum-minum & bersenang-senang. Namun tradisi mengerikan itu ditinggalkan beberapa suku Dayak pada 1874.

Saat itu, Damang Batu, Kepala Suku Dayak Kahayan menghimpun sub-sub Suku Dayak untuk menyelenggarakan musyawarah yg diberinama Tumbang Anoi.Isi konferensi itu yakni perjanjian menyelesaikan tradisi ngayau alasannya adalah dianggap mengakibatkan perselisihan di antara suku Dayak, sebuah tradisi ngayau sudah terjadi tatkala pada masa kolonial Belanda, hal ini tak menjadi persoalan tatkala mereka melaksanakan budaya mereka sejak masa itu.

Secara biasa , Dayak Iban. Bagi Suku Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah, tradisi itu merupakan hal wajib yg dilakukan kepentingan Upacara Tiwah. Ritual Tiwah sangat sakral & penting dlm mengirim jiwa seseorang ke tingkat kehidupan selanjutnya.

Sedangkan pada Suku Dayak Iban, tradisi berburu kepala ini disebut Gawai. Upacara ini bersifat religius, namun pula diselingi dgn pesta besar-besaran dgn minum-minum & bersenang-senang.

Keberadaan daya suku Iban berada pada masyarakat pedesaan di Kabupaten Kapuas hulu, Cuaca yg cocok bagi penghuni rumah betang Sungai Utik menjemur busana, padi, & pula kratom. Kratom yakni sejenis cemara tropis di keluarga kopi yg merupakan tumbuhan orisinil Asia Tenggara. Kemudian, Dayak Iban, yg bagian dr suku Ibanik grup yg tersebar di Malaysia.

Kedatangan mereka mempunyai permulaan ketika, ke Kapuas Hulu yg mayoritas subsuku Dayak Tamambaloh. Keduanya, berbagai perjanjian dibuat untuk melaksanakan perjanjian damai & hidup rukun, di berbagai penduduk yg hendaknya mempunyai potensi pertentangan diberbagai bidang, salah satunya perihal Hutan Adat yg memang menjadi konsentrasi dr pembahasan dikala ini.

Rumah betang atau rumah panjai [rumah panjang], luasnya 216 meter, dgn 28 bilik atau pintu. Tiap pintu dihuni satu keluarga & turunannya. Rumah ini dibangun pada tahun 1970an beberapa generasi telah menetap di beberapa tempat, sampai mendapatkan dusun yg pula disebut selaku tanah cita-cita ini.

Pada tahun 2019, berbagai penghargaan diberikan bagi masyarakat Daya Iban, Equator Award 2019, bersama 22 komunitas lokal & budbahasa seluruh dunia dr UNDP [United Nations Development Programme] Di rumah betang, beberapa penghuni lanjut usia bercengkerama di ruai pecahan dalam.

Ruai yakni serambi, ada ruai dlm & luar. Bentuknya memanjang dgn lebar satu meter, fungsinya memantau jemuran, kawasan alat-alat berladang, & berpangku tangan. Ruai dlm merupakan ruang komunal.

Tempat peringatan budpekerti, musyawarah, atau makan bareng . Kali ini, komunitas Sungai Utik, membahas kabar yg dibawa sahabat Rangkong Indonesia. Mereka mendapatkan penghargaan internasional, karena komitmen menjaga hutan selaku sumber penghidupan.

Berbagai penghormatan atas kebudayaan yg mereka langsungkan, sebagai komitmen untuk tetap menjaga hutan tetap baik, pastinya menunjukkan cita-cita bagi manusia yg hidup disekitar hutan untuk mampu memahami kebudayaan masyarakat Dayak Iban sampai saat ini.