Paul DiMaggio melihat bahwa relasi-hubungan ekonomi (mirip dlm produksi, distribusi, & konsumsi) menghipnotis budaya (berupa ide, pandangan dunia & ide). Sebaliknya, bahwa budaya menghipnotis ekonomi, yakni dengan-cara konstitutif & regulatif.
Secara konstitutif budaya dlm bentuk klasifikasi-kategori, naskah, konsepsi tentang agensi atau pemikiran teknik yg dapat mensugesti perilaku ekonomi dgn mempengaruhi bagaimana actor yg mendefinisikan kepentingan mereka. Secara regulative, budaya dlm bentuk nilai, norma atau berkala mengontrol atau mendikte individu dlm melakukan langkah-langkah ekonomi sesuai dgn nilai & norma yg ada.
Dalam mengerti efek budaya dengan-cara konstitutif, maka Paul Di Maggio mengajukan 4 pendekatan untuk memahami bagaimana budaya organisasi pada sebuah perusahaan, dimana pendekatan kognitif, pendekatan simbolisme ekspresif, pendekatan norma-norma organisasional, serta pendekatan legitimasi & keefektifan.
Hubungan antara budaya & konsumsi dapat dilihat sebagau sebuah kekerabatan yg bisa saling mempengaruhi, ialah konsumsi dimana budaya & sebaliknya pula budaya mempengaruhi konsumsi. Dalam konteks ini, Don Slater (1997) menyatakan bahwa konsumsi selalu & dimanapun dipandang sebagai suatu proses budaya.
Ada beberapa teori di seputar kekerabatan antara budaya & konsumsi, antara lain selera dlm konsumsi selaku pengikat kalangan dr Max Weber, selera dlm konsumsi sebagai alat dlm kompetisi dr Veblen & konsumsi sebagai pembentuk identitas. Dengan demikian, budaya mempengaruhi pengambilan keputusan & budaya mensugesti pemaknaan.