Dalam konteks administrasi perkotaan, pelayanan perkotaan mesti bisa menawarkan kepuasaan bagi pelanggannya, yaitu masyarakat (penduduk) kota. Menurut Christian Gronroos (1990:45) ada beberapa factor yg menghipnotis kualitas pelayanan yg diberikan :
@copyright.images.google.com |
a. Tangibelity yakni tingkat kepuasaan masyarakat kepada tampilan fisik petugas & ruang pelayanan yg diberikan.
b. Courtesy, yakni kepuasaan masyarakat kepada kepastian ongkos & waktu.
c. Responsiveness, yakni kepuasaan penduduk kepada kemampuan petugas pelayanan untuk menolong pelanggan & ketersedian untuk melayani konsumen yg baik.
d. Security, yakni kepuasaan masyarakat kepada keselamatan dlm menemukan pelayanan yg diberikan.
e. Accessibility, yaitu kemudahan menemukan pelayanan.
f. Communication, yakni ketercakupan isu yg diberikan/ditawarkan pada penduduk .
g. Credibility, kepuasaan kepada kredibilitas pemberi layanan.
Pelayanan perkotaan yg lain seperti pendidikan, kebudayaan, industry, perdagangan & kesehatan (pelayanan-pelayanan ini diharapkan dengan-cara universal oleh seluruh masyarakat, tergolong masyarakat pedesaan). Meskipun bantu-membantu layanan perkotaan menjadi tanggung jawab pemerintah kota, namun dlm prakteknya dapat dibedakan pembedaan antara fungsi pemerintah selaku penyedia eksklusif (direct operation) & selaku pengatur (regulator) dlm pelayanan perkotaan.
Dalam hal ini, dlm perkotaan yg ada,mungkin masih banyak warga yg mempertanyakan mutu pelayanan yg ditawarkan kota, walaupun demikian pelayanan kota tentunya mesti menjadi bab utama dlm menyelesaikan segala problem yg ada di penduduk dgn secepatnya, sehingga tingkat keperluan warga semakin tinggi mampu menjadi bab dlm standar pelayanan yg baik.