Kota yg tenteram mesti bisa memenuhi keperluan warganya.Hal ini ialah salah satu eksistensi yg penting dlm sebuah kota sendiri, pastinya tanpa adanya sebuah yg dapat memenuhi keperluan insan.
Maka, kota itu akan ditinggalkan untuk beralih ke wilayah kota lain yg lebih prospektif. Keinginan insan dlm sebuah kota maupun diluar kota pastinya tak cuma sebatas fisik saja, tapi pula hal-hal yg berafiliasi dgn psikis.
Perubahan & pertumbuhan kota telah menjadi kanvas besar dlm menawarkan citra mobilitas sosial yg khas & unik. Urbanisasi yg berasal dr aneka macam latar belakang, telah menimbulkan perubahan dlm lingkungan kota, baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam insan. Kota-kota yg masih berskala kecil & sederhana umumnya belum mengalami gangguan yg memiliki arti. Sistim daur ulang misalnya, masih bisa mendukung tata kehidupan masyarakat kota.
Tetapi, seiring beekembangnya kebudayaan kota & pertambahan penduduk yg cepat membawa pergantian besar dlm keseimbangan lingkungan kota. Pertambahan penduduk kota yg cepat telah menyita taman & tanah kosong yg digunakan untuk tempat tinggal, daerah perkantoran, jalan, maupun kawasan berkumpul.
Pencemaran udara contohnya, melalui pembakaran, & industry serta teknologi, dgn mencemari lingkungan dgn asap knalpot kendaraan bermotor.
Dalam hal ini, ada dua persepsi ekstrem etika lingkungan yg dapat dipertentangkan. Pertama, biasa diketahui dgn pandangan anthropocentris yg menekankan bahwa insan sebagai subjek utama dunia & harus menerima prioritas dlm pemanfaatan lingkungan & sumber daya.
Kemudian, pandangan kedua ialah respons kritis terhadap prespektif pembangunan sebelumnya. Perspektif deep ecology menekankan pada kepentingan & kelestarian lingkungan alam.
Pandangan ini berasal etika lingkungan, legalisasi lingkungan selaku moral subjek, menenteng pengaruh penegakan prinsip-prinsip keadilan dlm konteks relasi antara manusia & lingkungan sebagai sesama moral subjek, sebab dlm hal ini proses pembangunan akan melibatkan pergantian & pemanfaatan lingkungan & sumber daya.
Kearifan lingkungan lokal sekaligus plural perlu terus dikembangkan, bukan upaya untuk melawan, kecendrungan globalisasi & westernisasi. Sehingga dlm hal ini, golongan insan di Bumi untuk menyebarkan peradaban yg plural sekaligus identitas yg beragam.
Hal ini, membutuhkan solusi berupa kota yg ramah lingkungan & sehat. Kota yg dengan-cara ekologis dibilang kota yg sehat mempunyai arti harus ada keseimbangan antara pembangunan & kemajuan kota dgn kelestarian lingkungan. Karena dlm hal ini, ekosistim kota memiliki keterkaitan system yg akrab dgn ekosistem alami.