Condet

Condet terletak di wilayah Jakarta Timur, kecamatan Keramat Jati yg terdiri dr tiga kelurahan, yaitu kelurahan Kampung Tengah, Bale Kambang, & Batu Ampar. Kini Condet mengalami banyak pergeseran yg begitu pesat dr infrasturuktur, Sumber penghasilan penduduk , maupun jumlah penduduknya. Gambaraan Condet dengan-cara lazim sebelum 1950an hingga 1970an mirip kampung yg sepi, dgn lahan begitu luas yg mampu dipakai untuk berkebun , ladang , & tempat bermain belum dewasa.

Kampung Condet tatkala itu jalannya masih beralaskan tanah & banyak perpohonann yg tumbuh disekitarnya, penduduk Condet hidup penuh keterbatasaan dgn perekonomian yg rendah dgn rumah khas Betawi sederhana, lantai yg masih beralaskan tanah, dinding dr kayu, jendela bambu, tak ada listrik & makan seadanya.

Kemudian halaman rumah penduduk Condet dikelilingi pohon buah-buahan & lahan yg kosong, sehingga tak aneh lagi banyak tumbuh buah-buahan yg beraneka ragam, mirip rambutan, salak, duku, kecapi, durian, gandaria, papaya, jambu kera & melinjo , kemudian Condet lebih dikenal dgn Salak & duku. Sepanjang jalan Condet dikelilingi pohon salak, sehingga kiri-kanan ditepian jalan daun-daunnya berupa seperti terowongan. 

Petani Condet menjual hasil buahnya biasa 600 – 1000 rupiah, bila eceraan 100 – 200 rupiah, kemudian dijual pingiran sekitar jalan raya Condet, & di pasar, mirip Keramat jati, Pasar Minggu, & Jati Negara. Pada saat itu, petani Condet membawa hasil panen buah-buahanya dgn cara memikul sambil berjalankaki dgn jarak berkilo-kilo meter, tatkala itu masyarakat Condet yg memiliki sepeda sangat terbatas, dgn jalan yg tak memadai tak menciptakan petani Condet mengeluh.
Pagi-pagi & gelap sekitar pukul 4 subuh, petani Condet sudah berangkat kepasar untuk memasarkan buah dagangannya . Terkadang susah pula untuk memasarkan habis dagangannya, sehingga ada yg berangapan jual daun pisang lebih singkat habisnya dibandingkan dengan buah, sebab saat itu daun-daunan mirip daun pisang dimanfaatkan untuk membungkus kuliner, sedangkan yg bukan petani buah cuma mempergunakan lahan kosong dgn menanam pohon buah-buahan, sehingga tatkala animo panen hasil buahnya ada yg dibagi-bagikan pada keluarga, tetangga atau pun dikonsumsi sendiri.
Bila tak ada isu terkini buah-buahan mereka ada yg melakukan pekerjaan sebagai, kuli bangunan, sawah, emping, dagang kecil-kecilan atau mikul, & tukang kayu / bata, sebab penduduk Condet tak hanya mengandalkan lahan perkebunan. Sebelum 1960an sampai 1990an, lahan perkebunan masyarakat Condet berkisar 600-2000 meter , tapi lahan-lahan mereka tak bertahan usang hingga dikala ini. Kebutuhan yg kian meningkat & lapangan pekerjaan belum ada seperti kini ini, menjadikan saat itu penduduk Condet, untuk mendapatkan duit caranya menjual lahan perkebunan pada para pendatang.
Dulu lahan di Condet masih relatif murah, 100 meter sekitar puluhan ribu, tak seperti sekarang ini bisa ratusan ribu bahkan jutaan permeternya. Dari hasil penjualan lahan ada yg digunakan untuk keperluan keluarga sehari-hari, mirip sekolah belum dewasa, perkawinan untuk mas kawin atau untuk biaya pesta, naik haji, lalu mendirikan rumah baru bagi anggota keluarga yg semakin besar, & ada yg mendirikan kontrakan, semua hal ini menimbulkan keluarga-keluarga pemilik kebun salak atau buah lainya tak tidak yakin membabat kebun salaknya untuk diresmikan rumah gres.
Dengan keputusaan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta No : IV-1511/e/3/74 tanggal 30 April 1974 wacana penetapan Kampung-kampung yg diperkembangkan /diperluas & yg tetap dipertahankan selaku daerah tempat tinggal gres di wilayah DKI Jakarta, telah menimbang bahwa : 
Berdasarkan Keputusaan Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta tersebut, kampung Condet, Jakarta Timur ialah kampung yg diperkembangkan dengan-cara terbatas dgn tetap mempertahankan selaku tempat buah-buahan. 
Kampung Condet dengan-cara Historis & hingga kini masih tetap sebagai penghasil buah-buahan di Wilayah DKI Jakarta Guna kelangsungan & untuk melindungi kehidupan kampung/kawasan tersebut, khususnya patra petani buah-buahan dipandang perlu untuk mengamankan tempat tersebut selaku kawasan penghasil buah-buahan di Wilayah Jakarta. 
Dari pertimbangan-usulandr Keputusaan Kepala Daerah pada zaman Pemerintahan Gubernur H. Ali Sadikin , yg dulu pernah memutuskan wilayah Condet selaku Cagar Budaya, & timbul keinginan pemerintah wilayah Condet dilestarikan, namun pemerintah DKI Jakarta tak menimbang-nimbang, bagaimana biaya perawatan untuk wilayah tersebut, sedangkan mata pencaharian penduduk Condet tak menentu. Sehingga untuk kelancaran hidup mereka, dgn segala keterbatasaan & kelemahan, menjadikan para petani maupun yg bukan petani seutuhnya tak bimbang menjual lahan perkebunan, & membabat kebun mereka untuk para pendatang untuk kebutuhan keluarga.
Informasi yg sudah didapatkan dr beberapa informan, bahwa pada 1980an sampai 1990an, para pendatang mulai mencari lahan – lahan kosong utamanya di Condet untuk tempat tinggal, berjualan, ataupun mendirikan banguanan-bangunan sebagai pusat ekonomi, para pendatang ada yg berasal dr banyak sekali suku maupun agama yg berlawanan , ataupun dr Betawi & non betawi yg mengalami pegusuran karena gencarnya pembangunan di wilayah Kuningan, Tanah abang, & Senayan. 
Sekarang ini penduduk Condet tak memiliki lahan, semua dipadatain dgn rumah-rumah mirip pemukiman, & dikelilingi warung, supermarket, tempat sampah, sekolah, sedangkan orangnya bekerja sebagai tukang sayur, karyawan, ojek maupun pegawai negeri. Petani-petani buah sudah tak lagi terlihat apalagi perkebunannya, alasannya kemajuan zaman semakin maju, lapangan pekerjaanpun sudah tersedia, menjadikan Condet tak mirip dahulu. Kini masyarakat Condet lebih mudah, mendapatkan kebutuhannya, mirip sekolah, kuliner, infarstuktur yg mendukung, teknologi, kendaraan maupun yang lain yg membuat Condet lebih terlihat berbeda.
Akibat dr hal tersebut, kini Wilayah Condet tak tertata dgn rapi, kepadatan rumah-rumah penduduk tak terencana menjadikan Condet seperti pemukiman, jalan-jalannya yg naik turun , kecil , saluran air kotor & terbatas, cuaca panas ,dan terusan pembuangan sampah menjadi sangat sulit . Dari hal-hal mirip itu akan berakibatkan Condet di kemudian hari yg tak mampu dipikir sebelumnya.
Oleh alasannya itu, dr semua perubahan-pergeseran mengenai Condet, ada yg berangapan bahwa lebih baik dulu dr pada sekarang sebab dahulu Condet dipenuhi dgn buah-buahan & lahan-lahan kosong yg dapat dimanfaatkan untuk berkebun & tempat bermain. Tapi kini untuk keperluan lebih mudah untuk mendapatkan daripada dahulu, sehingga untuk menyanggupi kebutuhan mereka harus melakukan pekerjaan tanpa lahan-lahannya lagi sehingga hanya mengandalkan mata pencaharian utamanya.
Sumber Air Dan Kondisi Masyarakat Condet 
Mengenai sumber air di penduduk Condet, serta aktivitas insan / limbah rumah tangga yg menjadi balasan hilang nya kebun buah-buahan pula menjadi efek pergantian ekologi di wilayah Condet. Dengan banyak sekali pembangunan disetiap tahunnya, menjadi susah dihentikan pula. Hal ini tak menutup kemungkinan bahwa salah satunya akan menjadi dampak lingkungan terhadap kondisi air.
Air memang penting untuk kebutuhan hidup yg tinggal didalamnya. Tanpa air manusia tak dapat hidup, begitu juga dgn yg lainnya. Lingkungan yg higienis & terjaga akan menjadi prioritas penting untuk lingkungan yg sehat. Saling keterkaitan satu dgn yg lain, merupakan tugas manusia untuk menjaga kondisi lingkungan tempat kita tinggal.
Pada 1970an Condet masih sebuah perkampungan yg belum mengalami pergeseran. Seperti di kampung tengah masih banyak kebun di jalan kecil menuju indomaret, sekitar jalur kiri menuju jalan kebawah pula ada empang & sawah.
Karena wilayah ini masih banyak kebun, Seperti halnya air, tatkala itu, penduduk Condet untuk menerima air mereka harus mengali tanah dibelakang rumah , dgn kedalaman 10 meter bahkan lebih , & membuat lubang itu disebut sumur, & tatkala itu tak sukar untuk menerima air, alasannya setiap rumah mempunyai sumur. Disekitar tempat tinggal , banyak kebun yg sungguh luas & berguna untuk sumber air yg dimilikinya. Kegunaan air sumur sering kali dipakai untuk kebutuhan sehari-hari, mirip mandi, mencuci, mengolah makanan bahkan air sumur bisa mereka minum tanpa dimasak. Kejernian air di Condet tak membuat kekhwatiraan bagi mereka, Karena masih jauh dr sampah. 
Meskipun begitu, kini Condet mengalami proses pergeseran yg menigkat, sekitar 1980an hingga sekarang mereka tak mengunakan sumur, melainkan mengunakan pompa dan, kemudian mesin. Perubahan-pergantian tersebut pula menghipnotis kebun yg mereka miliki. Dari lahan yg begitu luas, kebun buah-buahan seperti rambutan, salak, & yang lain, kini kian tak terlihat .
Hal ini dapat mengakibatkan penurunan kualitas air, alasannya kebun-kebun yg ada semestinya menolong untuk memperbesar kulitas air & tatkala hujan selaku proses perembesan. Namun , sayangnya kini menjadi beton-beton yg lebih indah dibanding kebun, hal ini tak disadari bahwa sekitar lingkungannya selain memerlukan air , pula memerlukan lingkungan seperti kebun yg pula berguna untuk air. Namun, alasannya adalah ambisi yg terus menyelimuti insan, sehingga tak mampu dilarang, & tanpa menimbang-nimbang hal tersebut,s kemudian rela pula menghancurkan lingkungannya.
Sehingga , apakah perubahan zaman menciptakan insan lupa dgn keterikatan & menjadi suatu argumentasi? Tidak dapat dielakan lagi, kalau keperluan yg perlahan makin meningkat menjadikan manusia tak menimbang-nimbang sekitarnya sebab keperluan yg ingin serba terbaru & mudah menjadikan kondisi lingkunganya tak sebanding . Meskipun masyarakat Condet & wilayah yang lain mendapatkan air, namun mutu, kebersihan, kesejukan air tak akan ditemukan lagi seperti sebelumnya. Seperti limbah rumah tangga, dahulu mereka hanya menciptakan comberan yg lumayan besar, kemudian air diserap oleh tanah. Kemudian, dulu sampah-sampah belum banyak mirip ketika ini, tatkala itu, jika ada ampas nasi, & sayuran ada yg mematuknya yakni ayam. Kini seekor ayam pun tak ada yg terlihat. Limbah rumah tangga makin meningkat, namun kapasitas selokannya kecil bahkan terlihat kering. Kalau hujan terjadi seperti wilayah lainya. 
Sementara itu, dikali pula terlihat sampah yg mengapung-apung balasan acara manusia yg serba praktis. Tentunya hal ini sungguh memperhatinkan, jikalau pergantian zaman menjadi dampak untuk lingkungan. Jika terus menerus mirip ini akan menjadi sukar untuk mendapatkan air higienis. Kemudian apakah setiap proses pergantian zaman ini mampu dibilang kegiatan manusia yg tak menjaga kondisi lingkungannya? Setiap acara insan tak jauh dr apa yg dilakukan untuk merusak lingkungan khususnya air, bahkan akan mempunyai pengaruh pula terhadap acuan konsumsi insan, kemudian akan mengangu kesehatan pastinya.
Seperti terlihat kini ini, dgn ambisi untuk menyanggupi kebutuhan, kebun dibabat habis tak tersisa, kemudian akan mempunyai efek untuk kondisi air & lingkungan sekitar, seperti hal nya air saat ini dicemari dgn bermacam-macam sampah hingga menciptakan keadaan air mengeruh bahkan menjadi hitam & anyir. Dimana-mana orang menyampaikan air begitu penting untuk setiap yg hidup di dunia ini, Namun orang-orang yg hidup di dunia ini tak menyadari betapa penting air untuk dijaga & dilindungi. 
Maka, hal ini terus menjadi belahan paling penting untuk perhatian pemerintah & penduduk Condet, semoga gotong royong mengendalikan acara insan biar tak berlebihan, kemudian menjalankan tugasnya untuk menjaga keadaan air tetap tersadar, & dipakai pula, kemudian menghentikan pembangunan yg mampu menghancurkan lingkungan Condet mirip kebun yg tersisa dibeberapa tempat semoga terjaga . Karena kalau tak diamati akan menjadi balasan buruk untuk wilayah Condet untuk mendapatkan air bersih, apalagi pemukiman limbah rumah tangganya tak sepadan dgn apa yg kita lihat. 
Manfaat Kebun Terhadap Air
Mungkin ada yg bertanya , apakah penting kebun untuk lingkungan? Kebun dapat membuat rumah kedua kita, jikalau bosan didalam rumah, kita mampu menikmati keindahan kebun disekitar. Seperti dahulu Condet yg kaya akan kebun buah-buahan, adanya kebun buah-buahan sangat menolong setiap proses kebutuhan insan maupun sekitarnya, terutama air. Fungsi kebun disekitar lingkungan tempat tinggal, ialah suatu hal yg sangat mempesona, disamping kebun buah-buahan seperti rambutan, salak, & duku . akar nya berfungsi sebagai absorpsi sehingga tak menyebabkan endapan air atau mampu mengelak banjir.
Disisi lain pula beguna untuk pertumbuhan kebun buah-buahan, kemudian kebun yg ada di Condet pula menjadi proses untuk membuat air menjadi sejuk jika diminum dipagi hari. Karena, dahulu penduduk Condet untuk minum air disumur, terlebih dahulu ditimbak, kemudian air diisi dlm tempayan yg terbuat dr tanah, kemudian diletakan didepan rumah, sehingga air tersebut sejuk dgn embun dipagi hari.
Banyak yg dapat kita perbuat untuk tetap menjaga lingkungan. Lingkungan sekitar memiliki keterkaitan yg sangat akrab untuk kebutuhan insan begitu juga dgn sebaliknya. Dimana, kita saling memerlukan, menjaga, melindungi & memelihara lingkungan, menjadi dampak yg faktual pula untuk kesehatan sekitar tempat tinggal atau wilayah yg ditempati. 
Oleh : Djan Noveria, Tatkala berkunjung (2011).
  Pasangan suami istri berpenglihatan normal mempunyai anak laki-laki buta warna.