Platyhelminthes

Pengertian, Ciri-ciri, & Struktur Tubuh Platyhelminthes

Platyhelminthes (cacing pipih) berasal dr Bahasa Yunani, platys bermakna datar & helminthes “cacing” (Ehlers & Sopott-Ehlers 1995: 1). Dikategorikan bentuk pipih, alasannya memiliki tubuh yg memipih dengan-cara dorsoventral (di antara permukaan dorsal “atas” & ventral “bawah”). Platyhelminthes hidup di habitat daratan lembab, perairan tawar, & laut dgn jumlah 20.000 spesies. Kehidupan platyhelminthes sebagian hidup bebas dgn ukuran badan hampir mikroskopik & hidup menumpang dgn organisme lain sebagai parasit dgn ukuran tubuh beberapa mencapai 20 m (Raven dkk. 2017: 662; Urry dkk. 2017: 692).

Platyhelminthes tergolong dlm binatang dgn badan simetri bilateral & tersusun dr triploblastik aselomata. Hewan dgn simetri bilateral merupakan binatang yg mempunyai segi kanan & sisi kiri yg serupa. Susunan triploblastik pada platyhelminthes terdiri atas lapisan ektoderm (lapisan luar) selaku penutup badan & tata cara saraf, lapisan mesoderm (di antara lapisan luar & dalam) membentuk otot, & endoderm (lapisan dalam) membentuk saluran pencernaan. Tubuh platyhelminthes tak memiliki rongga tubuh sehingga disebut aselomata (Urry dkk. 2017: 677—678). Bentuk lapisan & rongga badan platyhelminthes mampu dilihat pada Gambar 1, sedangkan struktur tubuh platyhelminthes mampu dilihat pada Gambar 2.

Lihat pula materi Sosiologiku.com lainnya:

Metabolisme

Annelida

lapisan & rongga tubuh platyhelminthes

Gambar 1. Lapisan & Rongga Tubuh Cacing Pipih
Sumber Gambar: Urry dkk. 2017: 678

struktur tubuh platyhelminthes

Gambar 2. Struktur Tubuh Platyhelminthes
Sumber gambar: Raven dkk. 2017: 662

Sistem Pencernaan

Platyhelminthes mempunyai sistem pencernaan gastrovaskuler dgn tajil tunggal (pembuangan & pengambilan kuliner lewat ekspresi). Gastrovaskuler berfungsi sebagai proses pencernaan & distribusi nutrisi dr usus yg meluas ke seluruh badan tanpa perlindungan tata cara sirkulasi darah. Platyhelminthes mengambil masakan dgn menelan & mencabik menjadi potongan kecil memakai otot faring & dicerna oleh usus. Sisah makanan yg tak terdigesti dibuang melalui lisan. Pada cacing pita (Cestoda) yg bersifat parasit mempunyai verbal di kepingan depan badan & tak memiliki rongga pencernaan, pula mengambil masakan dgn cara menyerap nutrisi dr badan inang (Campbell dkk b. 2012: 919—920; Raven dkk. 2017: 663).

  Echinodermata

Sistem Ekskresi & Osmoregulasi

Sistem ekskresi pada platyhelminthes berbentukprotonefridia (jamak; protonefridium: tunggal). Protonefridia merupakan jejaringan tubulus yg bercabang-cabang ke seluruh badan. Pada tubulus, terdapat tudung yg disebut sel api. Sel api memiliki banyak untaian silia yg menjulur ke tubulus. Gerakan denyutan silia selama filtrasi mempesona air & zat-zat terlarut ke tubulus. Gerakan silia yg mirip kobaran api sehingga disebut sel api. Hasil filtrat dr tubulus berikutnya dibuang ke luar tubuh dengan-cara difusi permukaan tubuh atau dikeluarkan dr ekspresi. Protonefridia pada platyhelminthes pula dapat mengendalikan osmotik badan dgn lingkungan yg disebut osmoregulasi (Urry dkk. 2017: 982).

Sistem Saraf & Organ Sensorik

Sistem saraf platyhelminthes tersusun dr serebral anterior ganglion & tali saraf yg bercabang ke seluruh badan seperti bentuk tangga. Sistem sensorik pada platyhelminthes yg hidup bebas mempunyai penglihatan berupa bintik mata (oseli) yg bercekung. Oseli tersebut memiliki sel-sel yg sensitif kepada cahaya & terhubung ke sistem saraf sehingga mampu membedakan area gelap & jelas. Sebagian besar platyhelminthes menjauhi area jelas. Keuntungan perilaku tersebut dapat terhindar dr bahaya predator (Urry dkk. 2017: 1084, 1115; Raven dkk. 2017: 663).

Sistem Reproduksi Platyhelminthes

Sistem reproduksi platyhelminthes sebagian besar termasuk hermafrodit. Individu hermafrodit memiliki sistem reproduksi jantan & betina sekaligus. Untuk kopulasi, sebagian besar pada platyhelminthes dikerjakan oleh dua individu untuk menciptakan rekombinasi genetik dgn fertilisasi dikerjakan dengan-cara internal. Sperma diinjeksikan ke saluran kopulatori & bergerak menuju sel telur. Selain reproduksi dengan-cara seksual, platyhelminthes mampu melakukan reproduksi akseksual membentuk regenerasi kepingan tubuh gres tatkala terpotong (Urry dkk. 2017: 1018; Raven dkk. 2017: 663).

  Pembelahan Sel

Klasifikasi Platyhelminthes

1. Turbellaria – Cacing Pipih Hidup Bebas

Sebagian besar kalangan Turbellaria hidup di habitat laut. Kelompok Turbellaria yg hidup di perairan tawar yg terkenal tergolong dlm genus Dugesia, yaitu planaria. Planaria hidup di sungai kecil atau kolam yg tak terkotori dgn memangsa hewan-binatang kecil atau menyantap bangkai hewan. Pergerakan planaria memakai silia pada permukaan ventral & melumasi permukaan substrat dgn mukus & mampu berenang dgn gerakan berdenyut. Pada ujung anterior planaria terdapat sepasang bintik mata yg sensitif cahaya untuk membedakan area gelap & terperinci. Sistem reproduksi planaria mampu dikerjakan dengan-cara aseksual dgn regenerasi penggalan badan baru membentuk individu baru & seksual (Urry dkk. 2017: 693—694).

2. Monogenea

Kelompok Monogenea merupakan golongan platyhelminthes yg hidup menumpang pada binatang lain selaku benalu pada perairan tawar atau laut. Sebagian besar menumpang pada permukaan luar tubuh inang sehingga disebut ektoparasit. Monogenea menjadi parasit pada inangnya selama seluruh hidup tanpa memerlukan inang mediator (intermediate hosts), berlainan dgn golongan Trematoda. Untuk menempel pada inangnya, Monogenea mempunyai struktur opisthaptor pada cuilan posterior & prohaptor di cuilan anterior (CABI 2021: 1).

3. Trematoda

Kelompok Trematoda merupakan kalangan platyhelminthes yg menjadi benalu di dlm badan inang sehingga disebut endoparasit. Inang trematoda tedapat inang peralihan (intermediate hosts), yakni siput & selsai menjadi benalu pada manusia. Contoh spesies Trematoda yg populer adalah Schistosoma mansoni. Telur S. mansoni menetas menjadi mirasidium. Mirasidium menginfeksi siput & berkembang menjadi sporokista. Sporokista keluar dr siput & berkembang menjadi larva cercaria (dari reproduksi aseksual) yg memiliki ekor untuk berenang. Larva cercaria yg menginfeksi manusia & kehilangan ekor selama penetrasi ke kulit menjadi skistosomulae. Skistosomulae masuk ke sistem sirkulasi darah & selsai pada ajaran vena tatkala fase mesenterik. Mesenterik (cacing remaja) berpindah ke rektum untuk meletakkan telur (dari reproduksi seksual) pada feses (Urry dkk. 2017: 694).

  Porifera

4. Cestoidea

Kelompok Cestoidea atau cacing pita tergolong golongan benalu. Inang Cestoidea sebagian besar dr vertebrata, khususnya insan. Struktur penunjang parasit pada Cestoidea berbentukskoleks pada ujung anterior yg memiliki kait & pengisap. Pengambilan makan pada kelompok Cestoidea dgn penyerapan nutrien dr usus inang. Pada ujung posterior Cestoidea terdapat proglotid sebagai kantong organ seks & menyimpan banyak telur. Contoh dr kelompok Cestoidea ialah Taenia saginata.

Telur T. saginata yang menempel pada rumput dapat menjadi parasit pada sapi atau babi tatkala tergoda. Telur menetas menjadi onkosfer (oncospheres) menembus dinding saluran pencernaan inang & bermigrasi ke jaringan otot. Onskofer pada jaringan otot menjadi cisticerci. Daging sapi atau babi yg terinfeksi cisticerci tatkala tergoda manusia berubah menjadi T. saginata akil balig cukup akal. Sapi & babi merupakan inang perantara, sedangkan pada insan merupakan inang bahwasanya pada T. saginata feses (Urry dkk. 2017: 694—695).

Peranan Platyhelminthes

  1. Dalam jaring-jaring makanan, berperan menjadi pemakan bangkai, seperti kelompok Turbellaria;
  2. Bersifat menjadi benalu pada binatang ternak & insan;
  3. Sifat regenerasi pada planaria menjadi subjek penelitian yg sedang dikembangkan.

Daftar Pustaka:

CABI. 2021. Monogenean infections of fish: overview. www.cabi.org/isc/datasheet/74093#tooverview. Diakses pada 26 Februari 2021, pk   16.00 WIB.

CDC. 2013. Parasites – Taeniasis: Biology. www.cdc.gov/parasites/taeniasis/biology.html. Diakses pada 26 Februari 2021, pk 16.35 WIB.

CDC. 2019. Parasites – Schistosomiasis: Biology. www.cdc.gov/parasites/schistosomiasis/biology.html. Diakses pada 26 Februari 2021, pk 17.30 WIB

Ehlers, U., & B. Sopott-Ehlers. 1995. Plathelminthes or Platyhelminthes?. Hydrobiologia 305: 1—2.

Raven, P.H., G.B. Johnson, K.A. Mason, J.B. Losos, & S.R. Singer. 2017. Biology 11th ed McGraw-Hill Education, New York: 1410 hlm.

Urry, L.A., M.L. Cain, S.A. Wasserman, P.V. Minorsky, & J.B. Reece. 2017. Biology 11th ed. Pearson Education, Inc, New York: 1490 hlm.

Kontributor: Ferdi Anda Sitepu, S.Si.

Alumni Biologi FMIPA UI

Lihat pula bahan Biologi lainnya di Sosiologiku.com: