Teks Editorial

Pengertian Teks Editorial

Teks editorial adalah artikel yg berada pada kolom dlm surat kabar yg berisi pendapat (opini) atau pandangan suatu media kepada satu peristiwa info yg bersifat positif atau yg sedang hangat menjadi materi perbincangan publik (trend). Pendapat ini mampu berupa dukungan, kebanggaan, kritikan, ataupun cemoohan yg menjadi perilaku dr institusi media massa.

Isu yg diangkat dapat berupa isu sosial, politik, budaya, ataupun ekonomi. Misalnya, dikala ini yg menjadi perbincangan publik salah satunya mengenai kebijakan pemerintah dlm penanggulangan virus korona. Isu ini dapat diangkat dr berbagai perspektif: Apakah isi teks editorial akan mendukung, mengkritik ataupun mencomooh, bergantung pada sikap institusi media massa. Opini yg disampaikan dlm teks editorial mesti berlandaskan data-data yg faktual sehingga menciptakan pertimbangan yg logis untuk menuntun pembaca biar bijak merespon suatu problem yg menyangkut kehidupan banyak orang.

Ciri-Ciri Teks Editorial

Teks editorial mempunyai ciri-ciri, antara lain

  1. Topik yg diangkat dlm teks editorial berupa isu-isu yg tengah hangat diperbincangkan, baik isu sosial, politik, budaya, maupun ekonomi. Isu ini mampu berskala nasional, maupun internasional
  2. Opini yg disampaikan penulis dlm teks editorial bersifat sistematis & logis. Artinya, penyampaiannya dr hal yg lazim menuju khusus dengan-cara rapi & berurutan.
  3. Kalimat-kalimat yg dipakai bersifat singkat, padat & terperinci. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya ruang yg tersedia pada kolom koran baik model luring, maupun daring.
  4. Berisi opini yg dilandasi dgn fakta. Menurut pengertiannya, opini mampu dibilang selaku pertimbangan , pendirian, atau pikiran. Contohnya:

    • Penggunaan masker kain dgn aneka macam motif dapat membantu iman diri individu dlm peranannya mematuhi protokol kesehatan.

Sementara itu,  fakta yakni hal, kondisi, atau kejadian yg merupakan kenyataan atau sesuatu yg benar terjadi. Contohnya:

    • Melalui Direktur Jenderal Tedros Adhanom Ghebreyesu, WHO resmi menetapkan virus korona sebagai virus pandemi global.

  1. Teks editorial tak memuat nama penulis karena teks editorial merupakan usulan redaksi, bukan dr individu sehingga tak boleh memakai kata ganti saya.
  2. Teks editorial diawali dgn pemaparan lazim atas isu yg tengah hangat diperbincangkan. Pemaparan ini akan dianalisis dengan-cara mendalam dgn persepsi tertentu hingga menciptakan sebuah kesimpulan. Pemaparan yg dimaksud mampu berupa pentingnya kasus, pertimbangan redaksi kepada masalah, kritik, nasehat, serta cita-cita penulis akan masalah. Selain itu, pada umumnya penulis pula menawarkan solusi atas permasalahan yg sedang dianalisis dengan-cara mendalam.

ilustrasi contoh teks editorial di koran

Sumber gambar: apnews.com

Struktur Teks Editorial

Struktur teks editorial terdiri atas pecahan-kepingan, antara lain.

  1. Pernyataan pertimbangan (tesis)

Pada potongan ini, penulis menyajikan usulan atas permasalahan dr topik yg diangkat. Pendapat ini akan diperkuat dgn beberapa teori & fakta. Selain itu, penggalan ini pula bertujuan agar pembaca mampu berkonsentrasi untuk memahami atas permasalahan yg sedang dibahas. Di dalamnya, penulis pula menawarkan pendapat yg berusaha agar pembaca dapat mengikuti arah berpikir penulis.

  1. Argumentasi

Bagian ini yakni bagain yg paling utama dlm teks editorial lantaran menyuguhkan opini yg berlandaskan data & fakta untuk memperkuat apa yg dinyatakan pada bagian pembuka. Pada biasanya, pertimbangan yg berseberangan dr usulan penulis pula disuguhkan. Hal ini bertujuan biar mampu dibandingkan & dikritisi sehingga pembaca akan menaruh keyakinan kepada usulan penulis. Selain itu, kepingan ini pula memaparkan usulan para mahir ataupun hasil observasi dr aneka macam macam sumber yg bermaksud untuk memperkuat argumen penulis.

  1. Penegasan Ulang Pendapat atau Reiterasi

Bagian ini berisi usulan yg ditegaskan kembali dgn didorong oleh fakta yg sudah disampaikan pada potongan argumentasi. Penegasan ulang pertimbangan beradap pada potongan tamat dr teks editorial.

Kaidah Kebahasaan Teks Editorial

Kaidah kebahasaan teks editorial terdiri atas beberapa unsur, antara lain.

  1. Adverbia

Adverbia atau kata keterangan digunakan dlm teks editorial dgn tujuan semoga dapat mendapat keyakinan pembaca. Adverbia yg dipakai pada umumnya berupa adverbial kuantitatif, mirip biasanya, sering, kadang kala, jarang, sebagain besar, dsb. Averbia ini digunakan dgn tujuan mempertegas argumen penulis.

  1. Verba Material

Verba material adalah salah satu jenis verba yg menyatakan siapa yg dibicarakan (subjek) melakukan sesuatu tindakan, pekerjaan, ataupun kegiatan yg dapat dilihat. Penggunaan verba jenis ini bertujuan untuk memperlihatkan bahwa apa yg dinyatakan penulis untuk memperkuat argumen ialah perihal fakta. Contohnya, menulis, menangkap, mengenakan, menyelenggarakan, dsb.

  1. Verba Mental

Verba mental yaitu salah satu jenis verba yg bermakna balasan atau reaksi dr suatu perbuatan, kejadian, keadaan, ataupun keberadaan. Contohnya, menikmati, khawatir, memperhatikan, mencicipi, dsb.

  1. Verba Relasional

Verba ini berfungsi untuk mengubungkan antara subjek dgn perhiasan. Dengan begitu, struktur kalimatnya yakni: Subjek + verba relasional + Misalnya, “Virus korona merupakan virus yg mematikan. Kata merupakan menjadi verba penghubungan antara subjek (virus korona) & pemanis (virus yg mematikan). Contoh lainnya, Menteri Kesehatan memiliki tanggung jawab untuk menekan laju penyebaran virus korona.

  1. Konjungsi

Konjungsi merupakan kelas kata yg berfungsi untuk menghubungkan baik antarkata, antarfrasa, maupun antarkalimat. Berdasarkan fungsinya, konjungsi terbagi menjadi tiga: Konjungsi intrakalimat, konjungsi antarkalimat, & konjungsi korelatif. Konjungsi intrakalimat, contohnya sedangkan, namun, melainkan, dsb. Konjungsi antarkalimat, misalnya akan namun, di samping itu, sementara itu, dsb. Konjungsi korelatif, contohnya tidak cuma berpasangan dgn namun juga, bukan berpasangan dgn melainkan, mulai dari berpasangan dgn hingga, dsb.

Contoh Teks Editorial Singkat

  • Pernyataan Umum/tesis

Dapat diakatan, kesehatan merupakan suatu hal di hidup yg sangat langka. Berbagai ungkapan ihwal kesehatan timbul, seperti “Jangan sakit kalau miskin”, yg berarti apapun yg berkaitan wacana kesehatan, mulai dr ongkos dokter, hingga obat-obatan tergolng begitu mahal  Hal ini, pastinya, bersifat ironi dgn penyataan bahwa sehat yakni nomor satu. Terlebih, investor saling bersaing untuk membangun Rumah Sakit Internasional (RSI). Padahal, dengan-cara jelas, mampu dilihat & dirasakan dengan-cara pribadi bahwa RSI sarat akan biaya yg mahal, yg tentunya jauh dapat diakses oleh para masyarakat berekonomi kelas bawah atau yg dilbeli dgn perumpamaan “KK Miskin”.

  • Argumentasi

Tidak mampu dimungkiri, masalah-problem mengenai kesehatan masih menjadi PR utama di berbagai daerah, khususnya di pedesaan. Tingginya tingkat kematian & prevalensi penyebaran penyakit menular tataran lingkungan. Hal ini disebabkan oleh kemiskinan struktural yg terjadi di dlm penduduk .

Jika ditelaah lebih lanjut, bekerjsama, hal ini sudah hingga di indera pendengaran pemerintah & pemerintah pun sudah sampai pada tahapan eksekusi acara. Namun, seringkali program yg dieksekusi bersifat sporadis. Artinya, program pemerintah cuma aktif dlm peresmiannya, namun tak berlanjut hingga pada pemantauan (monitoring) & evaluasi sehingga tak jarang gagal di tengah perjalanan.

Hal ini terjadi pula pada kondisi puskesmas sebagai pelayanan terpadu kesehatan masyarakat.  Yang terjadi pada puskesmas bahwa ide program pelayanan terpadu kesehatan tak mampu diimplementasikan, padahal visi-misi yg terkandung sudah sungguh mulia, seperti tak jarang puskesmas cuma dijadikan referensi saja. Hal ini menciptakan pemerintah harus mengembalikan fungsi puskesmas kembali seperti semula.

  • Penegasan ulang (reiterasi)

Pengembalian fungsi permulaan puskesmas menjadi kunci dr keberhasilan pemberdayaan puskesmas. Selain itu, koordinasi dr semua kalangan pula perlu mendapat perhatian utama. Keberhasilan ini tentunya akan membuat puskesmas menjadi sumber vital dlm menyehatkan masyarakat yg sesuai dgn wangsit awal yg cemerlang.

Kontributor: Adip Prasetyo, S.Hum.

Alumni Sastra Indonesia FIB UI

Materi Sosiologiku.com lainnya:

  Ditinjau dari Sudut Pandang Agama, Bolehlah Tokoh C Berbohong Pada Tokoh A ? Kunci Jawaban Bahasa Indonesia, Halaman 107 Kelas 11