Pertempuran Medan Area merupakan kejadian bersejarah perlawanan rakyat kepada Sekutu yg terjadi di Medan, Sumatera Utara. Penyebab Pertempuran Medan Area disebabkan oleh beberapa insiden yg menjadikan kemarahan rakyat Medan.
Penyebab Pertempuran Medan Area
Terdapat beberapa hal yg menyebabkan Pertempuran Medan Area, yakni selaku berikut:
- Kedatangan Tentara Inggris (Sekutu) yg diboncengi NICA
Setelah Jepang menyerahkan dirinya pada Sekutu sehabis kekalahannya di Perang Dunia 2, terjadi penyerahan kekuasaan Jepang pada Sekutu yg dilakukan oleh Komando Asia Tenggara (South East Asia Command atau SEAC) di bawah pimpinan Laksamana Lord Louis Mounbatten. Pasukan Sekutu yg bertugas di Indonesia merupakan AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) yg dipimpin Sir Philip Christison. Baca pula kronologi Perang Dunia 2, negara yg terlibat Perang Dunia 2, & akhir Perang Dunia 2. AFNEI ialah komando bawahan dr SEAC yg mempunyai tugas sebagai berikut di Indonesia:
- Menerima penyerahan kekuasaan dr Jepang
- Membebaskan para tawanan perang serta interniran Sekutu
- Melucuti orang-orang Jepang & memulangkan mereka ke negaranya
- Menjaga keamanan & ketertiban
- Mengumpulkan informasi guna menyelidiki banyak sekali pihak yg dianggap selaku penjahat perang
Pasukan Sekutu (Inggris) mendarat di Medan pada tanggal 9 Oktober 1945, di bawah pimpinan T. E. D Kelly. Kedatangan tersebut awalnya disambut dgn bahagia oleh rakyat Indonesia, tergolong rakyat Medan. Namun, kehadiran Pasukan Sekutu ternyata diboncengi oleh NICA. Hal ini menjadikan hadirnya perilaku curiga & bermusuhan dr rakyat Indonesia.
Kedatangan NICA ke Indonesia didorong oleh keinginannya untuk kembali menegakkan kekuasaan Hindia-Belanda di Indonesia. Kedatangan Pasukan Sekutu ini memanggil perlawanan rakyat Indonesia untuk menjaga kemerdekaan & kedaulatan Republik Indonesia. Berbagai langkah-langkah perlawanan terhadap sekutu timbul di aneka macam kawasan, mirip Ambarawa, Surabaya, & termasuk Medan. Baca pula kronologi Pertempuran Medan Area, kejadian Bandung Lautan Api, & sejarah Peristiwa 10 November.
- Ulah seorang penghuni yg merampas & menginjak-injak lencana merah putih yg dipakai perjaka Indonesia
Terjadi suatu peristiwa yg menyebabkan kemarahan rakyat Medan di sebuah hotel. Hotel tersebut berada di Jalan Bali, Medan pada tanggal 13 Oktober 1945. Seorang penghuni hotel (Pasukan NICA) merampas lencana merah putih yg digunakan perjaka Indonesia & kemudian menginjak-injak lencana tersebut. Hal tersebut memanggil kemarahan hingga terjadi perusakan & penyerangan terhadap hotel yg banyak dihuni pasukan NICA. Selain itu, barisan pemuda bersama Tentara Keamanan Rakyat (TKR) bertempur melawan Sekutu & NICA selaku upaya merebut & menggantikan gedung-gedung pemerintahan dr tangan Jepang pada 13 Oktober 1945.
- Inggris mengeluarkan ultimatum pada bangsa Indonesia
Inggris mengeluarkan ultimatum pada bangsa Indonesia supaya menyerahkan senjata pada Sekutu, tetapi ultimatum tersebut tak pernah dihiraukan. Sekutu kemudian memasang papan yg bertuliskan “Fixed Boundaries Medan Area” atau batas resmi wilayah Medan di banyak sekali pinggiran dr kota Medan. Hal ini merupakan tantangan bagi para pemuda Medan.
Sekutu & NICA, pada 10 Desember 1945, melancarkan serangan besar-besaran kepada kota Medan. Serangan tersebut mengakibatkan banyak korban berjatuhan dr kedua belah pihak. Sekutu kemudian berhasil menduduki kota Medan & untuk beberapa waktu pusat usaha rakyat Medan dipindahkan ke Siantar. Perlawanan para laskar perjaka pun dipindahkan keluar kota Medan. Perlawanan rakyat terhadap Sekutu pun semakin sengit pada tanggal 10 Agustus 1946 di Tebing Tinggi.
Selanjutnya, diadakan konferensi di antara para Komandan pasukan yg berjuang di Medan Area. Mereka memastikan dibentuknya satu komando yg bernama Komando Resimen Laskar Rakyat untuk memperkuat perlawanan di kota Medan. Seusai pertemuan para komando yg berjuang di Medan Area, maka pada 19 Agustus 1946 di Kabanjahe sudah terbentuk Barisan Pemuda Indonesia (BPI) yg berganti nama menjadi Komando Resimen Laskar Rakyat cabang Tanah Karo. Laskar Rakyat tersebut dipimpin oleh Matang Sitepu sebagai ketua biasa & dibantu oleh Tama Ginting, Payung Bangun, Selamat Ginting, Rakutta Sembiring, R. M. Pandia dr N. V Mas Persada Koran Karo-Karo & Keterangan Sebayang.
Barisan Laskar Rakyat menggabungkan semua potensi pimpinan pemuda dgn barisan-barisan perjuangannya ke dlm Barisan Pemuda Indonesia. Termasuk di dalamnya bekas Gyugun atau Heiho, seperti Djamin Ginting, Nelang Sembiring, & Bom Ginting. Sementara itu, yg berasal dr Talapeta yakni Payung Bangun, Meriam Ginting, Gandil Bangun, & Tampe Malem Sinulingga. Sedangkan yg berasal dr N. V. Mas Persada ialah Koran Karo-karo. Sementara itu, yg berasal dr Pusera Medan yakni Selamat Ginting, Rakutta Sembiring, & Tampak Sebayang. Selain itu, terdapat pula potensi-potensi perjaka lain mirip Matang Sitepu & Tama Ginting.
Komando Laskar Rakyat berikutnya kemudian beruah menjadi BKR (Badan Kemanan Rakyat) yg merupakan serdadu resmi pemerintah. Djamin Ginting pun ditetapkan sebagai Komando Pasukan Teras bersama-sama Nelang Sembiring & Bom Ginting serta anggota lainnya, mirip Selamat Ginting, Rimrim Ginting, Nahud Bangun, Kapiten Purba, & Tampak Sebayang.
Pada umumnya anggota BKR yaitu para mantan anggota Gyugun atau Heiho & barisan-barisan bentukan Jepang. Djamin Ginting yaitu mantan komando pleton Gyugun yg ditunjuk menjadi Komandan Batalyon BKR Tanah Karo. Demi melanjutkan usaha di Medan, maka pada Agustus 1946 dibentuklah Komando Resimen Laskar Rakyat Medan Area. Komando resimen tersebut terus menyelenggarakan serangan terhadap Sekutu di wilayah Medan. Hampir di setiap wilayah Sumatra terjadi perlawanan rakyat kepada Sekutu, Belanda, & Jepang. Pertempuran tersebut terjadi pula di daerah lainnya, seperti Berastagi, Bukit Tinggi, Padang, & Aceh.
Dampak Pertempuran Medan Area
Pertempuran Medan Area diakhiri pada tanggal 15 Februari 1947 pukul 24.00 sehabis diturunkannya perintah dr Komite Teknik Gencatan Senjata untuk menghentikan kontak senjata. Panitia Teknik gencatan senjata melakukan perundingan untuk menetapakn garis-garis demarkasi yg definitif untuk Medan Area. Perundingan yg berakhir pada 10 Maret 1947 memutuskan garis demarkasi yg melingkari kota Medan & daerah koridor Medan Belawan.
Panjang garis demarkasi tersebut dikuasai oleh Tentara Belanda dgn daerah yg dikuasai oleh Tentara Republik seluruhnya ialah 8,5 Km. Pemasangan patok-patok garis demarkasi tersebut dimulai pada 14 Maret 1947. Namun, kedua pihak (Indonesia & Belanda) selalu berselisih mengenai garis demarkasi ini. Hingga empat bulan setelah akhir pertempuran ini, Belanda kemudian melaksanakan Operatie Product atau disebut Agresi Militer Belanda I.
Baca pula sejarah tentang museum di Medan seperti sejarah Museum Gedung Arca Medan atau sejarah bangunan bersejarah di Medan. Inilah 3 penyebab Pertempuran Medan Area. Semoga bermanfaat.