12 Dampak Pertempuran Ambarawa Bagi Indonesia

Pertempuran Ambarawa atau Palagan Ambarawa yakni kejadian perlawanan yg dijalankan rakyat pada sekutu yg berada di Ambarawa, Semarang pecahan Selatan, Jawa Tengah. Ambarawa telah menjadi kota militer Hindia Belanda semenjak zaman kolonial. Di Ambarawa terdapat Benteng Willem I yg pula disebut selaku Benteng Pendem, berlokasi tak jauh dr museum kereta api Ambarawa. Pada masa penjajahan Jepang di Indonesia, di Ambarawa terdapat kamp khusus wanita & anak – anak Belanda.

Pasukan sekutu mengunjungi Ambarawa sehabis kekalahan Jepang, atas nama Rehabilitation of Allied Prisoers of War and Internees (RAPWI) untuk merehabilitasi tawanan perang & internir. Tidak hanya tim rehabilitasi yg datang, tetapi pula prajurit sekutu bersama mereka pada 20 Oktober 1945 dgn dipimpin Brigadir Bethell. Yang mendarat yakni pasukan Inggris dr Divisi India ke 23 di Semarang, & diizinkan oleh pemerintah RI untuk mengelola tawanan perang yg ditahan di penjara Magelang serta Ambarawa.

Awal Mula Pertempuran Ambarawa

Semula kedatangan sekutu disambut baik oleh orang – orang Indonesia utamanya oleh pemerintah Jawa Tengah dipimpin  Gubernur Mr. Wongsonegoro, tetapi lalu dimengerti bahwa NICA (Netherlands Indies Civil Administration) ikut mendompleng sekutu & menjadi penyebab peperangan Ambarawa. Bangsa Indonesia mengenali bahwa NICA bermaksud kembali merebut kekuasaan, & situasi memburuk tatkala para mantan anggota KNIL yg menjadi tahanan kembali dipersenjatai oleh NICA. Belanda merasa masih mempunyai hak menurut persetujuanantara Inggris & Belanda. Perjanjian yg disebut Civil Affairs Agreement pada 24 Agustus 1945 menertibkan tentang pemindahan kekuasaan di Indonesia dr British Military Administration pada NICA.

NICA yg dipersenjatai oleh sekutu kemudian memicu kejadian yg terjadi di Magelang pada 26 Oktober 1945 berupa pertempuan antara pasukan TKR resimen Magelang pimpinan Letnan Kolonel M. Sarbini & sekutu, karena mereka menjajal melucuti senjata TKR. Pertempuran tersebut mereda sehabis diadakan negosiasi antara Ir. Soekarno & Brigjen Bethell di Magelang pada 2 November 1945 untuk membicarakan perihal gencatan senjata & menyepakati solusi pertikaian. Namun peperangan kembali pecah pada 20 November 1945 antara TKR dipimpin Mayor Sumarto, rakyata & pihak serdadu Inggris karena kontraktak disepakati.

  Iklim Kerusuhan Yang Mulai Terjadi, Terorganisasi ?

Tanggal 21 November 1945 sekutu membisu – membisu mundur ke Ambarawa & diburuoleh resimen Kedu Tengah yg ipimpin Kolonel M. Sarbini. Sekutu tertahan di Desa Jambu alasannya kembali dihadang oleh pasukan Angkatan Muda pimpinan Oni Sastrofihardjo yg diperkuat pasukan gabungan dr Ambarawa, Suruh & Surakarta. Di Ngipik, sekutu kembali dihadang oleh Batalyon I Sorjosoempeno. Sekutu kemudian mencoba menduduki dua desa di sekeliling Ambarawa, & pasukan yg berada di bawah pimpinan Letnan Kolonel Isdiman berupaya membebaskan desa tersebut tetapi sang Letkol mesti kehilangan nyawa dlm usaha tersebut. Setelah gugurnya Letkol Isdiman, Kolonel Soedirman eksklusif turun ke lapangan & memimpin seni manajemen pertempuran.

Kehadiran Kolonel Soedirman di lapangan memperlihatkan semangat gres pada pasukan – pasukan RI. Bala perlindungan berdatangan dr Yogyakarta, Solo, Salatiga,  Purwokerto, Magelang, Semarang & yang lain. Pertempuran Ambarawa berjalan dr 12 hingga 15 Desember 1945. Pada tanggal 14 Desember 1945 pasukan sekutu mulai mundur sebab terus disudutkan oleh pasukan Indonesia sehingga persediaan logistik & amunisi mereka mulai menipis. Pada tanggal 15 Desember 1945 pukul 17.30, sekutu benar – benar menyerah tatkala Indonesia sukses merebut Ambarawa dr pasukan Sekutu & menghantam mereka mundur ke Semarang.

Dampak Positif Pertempuran Ambarawa

  1. Dampak pertempuran Ambarawa yg konkret yaitu tatkala nyali pihak Belanda menjadi ciut karena kekalahan pihak sekutu & melemahkan kekuatan mereka sehingga posisinya makin terdesak di wilayah Indonesia.
  2. Pasukan militer & pejuang rakyat Indonesia berhasil dlm upayanya menghantam mundur pihak sekutu & NICA ke Semarang, pula berhasil merebut kembali wilayah kedaulatan Indonesia.
  3. Sekutu sukses dipukul mundur ke Semarang & melepaskan kedudukan mereka di Ambarawa.
  4. Dampak peperangan Ambarawa yg berhasil tersebut menciptakan semangat juang di tempat – daerah lain di Indonesia pula semakin berkobar tinggi.
  5. Pertempuran Ambarawa berhasil menambah semangat rakyat untuk bergotong royong & menumbuhkan semangat nasionalisme untuk menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia.
  6. Mengenalkan taktik “Supit Urang” yaitu siasat dlm mengepung musuh yg dikerjakan dengan-cara serempak dr dua sisi sekaligus, dengan-cara bersamaan & langsung.
  7. TNI menjadikan tanggal 15 Desember selaku Hari Infanteri atau Hari Juang Kartika selaku imbas pertempuran Ambarawa.
  8.  Sejarah Monumen Palagan Ambarawa  dibentuk untuk mengenang peperangan tersebut. Ketahui pula tentang sejarah museum Ambarawa yg tadinya berupa stasiun kereta api militer.

Dampak Negatif Pertempuran Ambarawa

  1. Banyaknya pejuang dr pihak Indonesia yg kehilangan nyawa sebagaimana yg terjadi dlm setiap pertempuran ialah efek peperangan Ambarawa yg negatif.
  2. Peristiwa gugurnya Letnan Kolonel Isdiman Suryokusumo karena serangan dr pesawat Mustang, yg mengakibatkannya terluka di kepingan paha & wafat dlm perjalanan menuju ke rumah sakit. Ia yaitu salah satu orang keyakinan Kolonel Sudirman pada ketika pertempuran itu terjadi.
  3. Dampak dr pertempuran Ambarawa yg negatif ialah bahwa pada saat itu keamanan rakyat lokal terancam, begitu pula dgn rakyat di Magelang & pula menyantap korban penduduk sipil.
  4. Terhentinya kegiatan perekonomian & kehidupan sosial di wilayah pertempuran sebagai pengaruh pertempuran Ambarawa, yg bisa dilaksanakan oleh penduduk hanya mencari perlindungan dr peperangan tersebut.

Taktik Supit Urang

Pada tanggal 11 Desember 1945, Kolonel Sudirman memimpin seluruh komando pasukan TKR & laskar rakyat & memperkenalkan rencana yg dibuatnya untuk pertempuran yakni dgn cara yg cepat, pintar & berbarengan di segala bidang. Taktik tersebut dinamakan “Supit Urang”, atau capit urang yg dilakukan dgn gerakan pendobrakan oleh para pasukan pemukul dr arah Selatan & Barat ke arah Timur menuju Semarang. Pendobrakan tersebut disertai dgn penjepitan dr kanan & kiri seperti udang sedang menjepit mangsanya, & selanjutnya bagian supit berjumpa di pecahan luar Ambarawa mengarah ke Semarang. Taktik ini memakai empat kalangan yg terdiri dr beberapa pasukan, tujuan utamanya untuk benar – benar mengurung musuh & memutus komunikasi musuh dgn pusat & pasukan induknya.

Tanggal 12 Desember 1945 jam 04.30 pagi, serangan dilancarkan dgn tembakan mitraliur & disusul oleh para penembak karaben. Satu setengah jam lalu jalan raya Semarang – Ambarawa dikuasai oleh kesatuan – kesatuan TKR. Beberapa tempat di dataran tinggi mirip Bawen, Lemahabang, Bandungan, Tuntang, Banyubiru, Ngampin, Jambu, Kelurahan & Baran dipakai oleh Kolonel Sudirman untuk menggempur musuh. Dengan taktik tersebut sebagai dampak pertempuran Ambarawa TKR & laskar rakyat sukses memukul mundur pasukan sekutu dr Ambarawa dgn gemilang meskipun cuma memiliki bekal persenjataan seadanya.

Ini adalah bukti bahwa taktik yg disusun oleh Jenderal Sudirman sukses dgn telak & efisien sehingga dia mendapatkan gelar Jenderal Besar Dari Presiden Soekarno. Kemenangan di Ambarawa pula merupakan kemenangan pertama pasukan Indonesia sesudah kemerdekaan. Merebut Ambarawa sangat penting alasannya adalah apabila Ambarawa sukses dikuasai oleh musuh, maka tiga kota sekaligus akan terancam yaitu Surakarta, Magelang & Yogyakarta yg menjadi markas tertinggi TKR. Ketahui pula mengenai pendekar nasional dr Jawa Tengah , museum di Semarang & sejarah candi gedong songo.