Sejarah Museum Balaputradewa Palembang Paling Komplet

Palembang yaitu kota di Indonesia yg sarat dgn nilai – nilai sejarah & tak hanya terkenal dgn sejarah makanan khas palembang saja yaitu pempek palembang. Kota Palembang pun memiliki salah satu museum negeri, yg terdapat di masing – masing propinsi di Indonesia. Keberadaan propinsi Sumatera Selatan mempunyai sejarah yg panjang. Di masa lalu, propinsi Sumsel diketahui dgn nama Bumi Sriwijaya & merupakan lokasi eksistensi kerajaan maritim populer yaitu Kerajaan Sriwijaya hingga pada abad ke 15 berdiri Kesultanan Palembang yg kekuasaannya bertahan sampai kehadiran penjajah Belanda ke Indonesia.

Dengan riwayat bersejarah yg panjang, tak ayal Sumsel merupakan propinsi yg kaya akan peninggalan bersejarah. Seorang peneliti Belanda bernama Van der Hoop bahkan menyatakan bahwa Palembang ialah salah satu wilayah di nusantara yg banyak ditemukan bukti – bukti peninggalan zaman Megalitikum. Untuk itu, Dinas Kebudayaan & Pariwisata Sumsel mempunyai inspirasi untuk memulai sejarah museum Balaputradewa Palembang.

Sejarah Museum Balaputradewa Palembang

Sejarah Museum Balaputradewa PalembangNama museum diambil dr Raja Balaputradewa, yakni seorang raja yg terkemuka dr sejarah kerajaan Sriwijaya pada kala ke 8 – 9 M yg merupakan keturunan Wangsa Syailendra. Dalam prasasti Nalanda disebutkan bahwa ia adalah cucu Dharanandra, & ayahnya bernama Samaragrawira & ibu bernama Dewi Tara dr Wangsa Soma. Saat memerintah, dampak Balaputradewa sungguh luas mencapai Asia Tenggara & meluas hingga ke India. Ia ialah Raja yg memperlihatkan landasan politik & diplomasi bagi dunia internasional sehingga nama kerajaan yg dipimpinnya menjadi lebih besar. Pada masa pemerintahannya Kerajaan Sriwijaya mencapai puncak kejayaan selaku sebuah kerajaan bahari yg kekuasaannya meliputi seluruh Indonesia hingga Thailand, India, Filipina & Cina. Ketahui pula perihal asal undangan nusantara, sejarah bahasa indonesia, dan sejarah jembatan ampera .

Pada tahun 1976 Gubernur Sumsel berbelanja lokasi seluas 23.565 meter persegi  ini untuk dijadikan museum. Proses pembangunannya dimulai pada tahun 1978 & didirikan sebagai museum pada tanggal 5 Novemver 1984. Pada awalnya museum ini diberi nama sebagai Museum Negeri Propinsi Sumatera Selatan, tetapi sesudah keluarnya SK Menteri Pendidikan & Kebudayaan no. 1223/1999 tertanggal 4 April 1990, museum ini berubah nama menjadi Museum Negeri Propinsi Sumatera Selatan Balaputradewa. Pada 4 April 2012 museum ini selesai direnovasi sehingga terlihat lebih berkelas & modern dgn AC di setiap ruang pamer & penjelasan koleksi memakai monitor.

  Sejarah

Di lokasi berdirinya museum pula terdapat Rumah Limas yg pernah menjadi salah satu ilustrasi di uang kertas pecahan 10 ribu rupiah. Rumah tersebut hingga sekarang masih digunakan untuk mempelajari sejarah kebudayaan Palembang. Rumah Limas ini dibangun pada 1836 milik Sario Abdulrahman Al Habsi yg diangkat sebagai kapten oleh Belanda. Rumah yg kemudian dijual pada Pangeran Betung ini terdiri dr 4 lantai, & sudah dipindahkan sebanyak tiga kali, berlokasi di halaman belakang museum. Bangunannya tak memakai paku atau semen, tetapi dibangun dgn sistem bongkar pasang kayu. Di dlm rumah yg bebas dikunjungi ini terdapat piranti atau furnitur klasik bekas peninggalan dr Cina, Belanda & Jerman.

Tidak jauh dr situ, ada pula bangunan yg dinamai Rumah Bergajah, Rumah Anti Gempa atau pula diketahui dgn nama Rumah Ulu selaku rumah tradisional masyarakat Ogan Komering Ulu. Keunikan rumah panggung ini adalah pondasi kaki kayunya yg mampu menahan seberapa berat beban rumah tersebut. Tiang kayunya tak ditanam tetapi cukup memakai batu sebagai penyangga & lantai yang dibuat dr bambu. Rumah Ulu tak dapat dimasuki oleh para pengunjung museum.

Koleksi Museum Balaputradewa Palembang

Koleksi Museum Balaputradewa PalembangSejarah museum Balaputradewa Palembang mencakup peninggalan bersejarah yg dimulai dr zaman pra sejarah sampai masa kolonial Belanda sejumlah sekitar 3580 buah. Sebelum memasuki ruang – ruang pamer, hadirin museum akan melewati Galeri Melaka yg memungkinkan diisi semenjak Propinsi Sumsel & pemerintah. Ada beberapa bagian yg didedikasikan menyimpan koleksi museum yaitu:

  • Bagian Megalit

Kebudayaan megalitikum di Sumsel berpusat di dataran tinggi Pagaralam yg letaknya di Barisan pegunungan tinggi  di sisi barat Sumsel. Selain itu pula didapatkan di Bengkulu, Muara Enim, Lahat. Pada dataran tinggi, 22 situs budaya megalitikum ditemukan. Menceritakan masa pra sejarah lewat banyak sekali lukisan & situs peninggalan hewan – binatang purba, mengisahkan Pithecantropus Erectus & aneka binatang yg diawetkan, kerangka insan purba yg ditemukan di gua macan, batu – kerikil raksasa zaman megalitikum.

  • Bagian Sriwijaya

Sejarah kerajaan Sriwijaya bisa Anda saksikan di belahan ini berupa kerajinan gerabah, manik – manik, logam & prasasti yg sebagian besarnya adakah replika karena yg asli pada umumnya disimpan di Museum Nasional Jakarta atau Monas, & pula di Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya. Disini ada pola prasasti ditampilkan selaku replika. Prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya tersebut antara lain Prasasti Kedukan Bukit, Telaga Batu, Kota Kapur, Talang Tuwo, Boom Baru, Kambang Unglen I, Kambang Unglen II & prasasti Siddha yatra. Selain itu ada patung Hindu Buddha dr berbagai periode masa. Ada pula ruang pamer yg meliputi koleksi di zaman Kesultanan Palembang Darussalam berbentuktenun songket, kerajinan seni ukir hingga naskah islam.

  • Bagian Kesultanan Palembang

Area ini berisi koleksi peninggalan dr era ke 18 Kesultanan Palembang mirip tenun songket & busana. Kain songket yg paling menonjol sebagai cuilan dr koleksi museum adalah kain sepanjang enam meter & lebar 25 cm dgn motif Naga Besaung. Ada pula beberapa koleksi lain berbentukkerajinan seni ukit khas Palembang yg diaplikasikan pada dipan, dingklik, hiasan pintu rumah & yang lain.

  • Ruang Pameran Malaka

Ruang ekspo ini tergolong sangat gres alasannya gres dibuka pada tahun tersebut tatkala Sultan Malaka tiba ke Palembang. Pada dikala itu dilaksanakan pertukaran budaya antara Palembang & Kesultanan Malaka. Hal ini menurut catatan sejarah yg menyatakan tatkala Kerajaan Sriwijaya berhasil diduduki oleh Majapahit, Parameswara kemudian lari ke Semenanjung Malaka. Ia lalu menikah dgn perempuan setempat & masuk agama Islam sehingga berganti nama menjadi Iskandar Syah & mendirikan Kesultanan Malaka.

Cara Mencapai Museum

Untuk turut melihat sejarah museum Balaputradewa Palembang, hadirin perlu mengetahui bagaimana cara mencapainya. Kendaraan langsung mengarah dr jalan jendral sudirman sampai ke kilometer 5 kemudian carilah isyarat museum di sisi kiri. Kemudian belok kiri masuk ke jalan Srijaya I, sekitar 500 meter kemudian akan terlihat gedung museum di sisi kanan jalan.

Angkutan kota mampu dinaiki dr kawasan Ampera memakai transportasi berwarna merah yg jurusannya melalui kilometer 5. Jika hingga di pertigaan jalan Srijaya, hadirin mampu naik ojek atau berlangsung kaki. Alternatif transportasi ada pula berbentukbus trans musi atau bus kota.

Museum Balaputradewa terletak di kilometer 5,5 tepatnya di jalan Srijaya Negara I no. 288, Palembang Sumatera Selatan. Museum tutup hari Senin & buka hari Selasa – Jumat dr pukul 08.30 hingga 15.00. Sedangkan tamat pekan hadirin mesti mengikuti jam buka 08.30 – 14.30 saja. Harga tiket pun sangat terjangkau, berkisar antara seribu atau dua ribu. Sejarah museum Balaputradewa di Palembang sungguh penting untuk Anda dimengerti alasannya  supaya mampu lebih menghargai kekayaan peninggalan sejarah di Indonesia & pula dongeng di baliknya sehingga menumbuhkan minat untuk mengetahui & melestarikan peninggalan sejarah bangsa kita.