Silsilah Kerajaan Aceh Darussalam Paling Lengkap

Salah satu sejarah kerajaan Islam di indonesia yang berada di Sumatera adalah Kerajaan Aceh. Kerajaan ini timbul selaku kekuatan baru di Selat Malaka, setelah jatuhnya Malaka ke tangan Portugis. Kerajaan ini muncul di masa ke-16 dimana para pedagang Islam yg tak mengakui kekuasaan Portugis di Selat Malaka memindahkan jalur jual beli di seluruh Nusantara.  Peran Malaka diambil alih oleh Kerajaan Aceh selama beberapa abad sehingga terjadilah kemajuan pada jual beli & pelayaran.

Silsilah Kerajaan Aceh

Kerajaan Aceh dgn ibukota Bandar Aceh Darussalam, mempunyai sultan pertama yg berjulukan Sultan Ali Mughayat Syah. Kerajaan Aceh mengalami kejayaannya selaku kerajaan Islam di masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Yang mana hal ini terjadi karena letak Kerajaan Aceh yg strategis, akrab jalur jual beli Internasional pada masa itu. Dengan berkembangnya perdanganan di Kerajaan Aceh, banyak hal yg menghipnotis kehidupan penduduk Aceh dlm aneka macam faktor, seperti kehidupan politik, ekonomi, social & kebudayaan. Dan banyak sekali Peninggalan Kerajaan Islam di Indonesia utamanya di wilayah aceh.

Berikut ini ialah daftar lengkap Silsilah Kerajaan Aceh yg pernah berkuasa pada sejarah Kesultanan Aceh Darussalam yg pernah terkenal dgn pertumbuhan perdagangannya :

  1. Sultan Ali Mughayat, memerintah Kerajaan Aceh pada tahun 1514-1528 Masehi.
  2. Sultan Salahuddin, memerintah Kerajaan Aceh pada tahun 1528-1537 Masehi.
  3. Sultan Alaudin Riayat Syah al-Kahar, memerintah Kerajaan Aceh pada tahun 1537-1568 Masehi.
  4. Sultan Sri Alam, memerintah Kerajaan Aceh pada tahun 1575-1576 Masehi.
  5. Sultan Zain al-Abidin, memerintah Kerajaan Aceh tahun 1576-1577 Masehi.
  6. Sultan Ala’ al-Abidin, memerintah Kerajaan Aceh tahun 1577-1589 Masehi.
  7. Sultan Buyung, memerintah kerajaan Aceh pada tahun 1589-1596 Masehi.
  8. Sultan Ala’ al-Din Riayat Syah Sayyid al-Mukammil, memerintah kerajaan Aceh pada tahun 1596-1604 Masehi.
  9. Sultan Ali Riayat Syah, memerintah Kerajaan Aceh pada tahun 1604-1607 Masehi.
  10. Sultan Iskandar Muda Johan Pahlawan Meukuta Alam, memerintah Kerajaan Aceh pada tahun 1607-1636 Masehi.
  11. Iskandar Thani, memerintah di Kerajaan Aceh pada tahun 1636-1641 Masehi.
  12. Sri Ratu Safi al-Din Taj al Alam, memerintah di Kerajaan Aceh pada tahun 1641-1675 Masehi.
  13. Sri Ratu Naqvi al-Din Nur al-Alam, memerintah di Kerajaan Aceh pada tahun 1641-1678 Masehi.
  14. Sri Ratu Zaqqi al-Din Inayat Syah, memerintah di Kerajaan Aceh pada tahun 1678-1688 Masehi.
  15. Sri Ratu Kamalat Syah Zinat al-Din, memerintah di Kerajaan Aceh pada tahun 1688-1699
  16. Sultan Badr al-Alam S Hashim Jamal al-Din, memerintah di Kerajaan Aceh pada tahun 1699-1702 Masehi
  17. Sultan Perkasa Alam S L, memerintah di Kerajaan Aceh pada tahun 1702-1703 Masehi
  18. Sultan Jamal al-Alam Badr al-Munir, memerintah di Kerajaan Aceh pada tahun 1703-1726 Masehi
  19. Sultan Jauhar al-Alam Amin al-Din 1726
  20. Sultan Shyam al-Alam, memerintah di Kerajaan Aceh pada tahun 1726-1727 Masehi.
  21. Sultan Ala‘ al-Din Ahmad S,  1727-1735 Masehi
  22. Sultan Ala‘ al-Din Johan Syah,  1735-1760 Masehi
  23. Sultan Mahmud Syah memerintah di Kerajaan Aceh pada tahun 1760-1781 Maehi.
  24. Sultan Badr al-Din memerintah di Kerajaan Aceh pada tahun 1781-1785 Masehi.
  25. Sultan Sulaiman Siah, memerintah di Kerajaan Aceh pada tahun 1785-…
  26. Alauddin Muhammad Daud Syah.
  27. Sultan Ala‘ al-Din Jauhar al-Alam, memerintah di Kerajaan Aceh pada tahun 1795-1815 & 1818-1824 Masehi.
  28. Sultan Syarif Saif al-Alam memerintah di Kerajaan Aceh pada tahun 1815-1818 Masehi.
  29. Sultan Muhammad Syah, memerintah di Kerajaan Aceh pada tahun 1824-1838 Masehi.
  30. Sultan Sulaiman Siah, memerintah di Kerajaan Aceh pada tahun 1838-1857 Masehi.
  31. Sultan Mansur Syah memerintah di Kerajaan Aceh pada tahun 1857-1870 Masehi.
  32. Sultan Mahmud Syah, memerintah di Kerajaan Aceh pada tahun 1870-1874 Masehi.
  33. Sultan Muhammad Daud Syah, memerintah di Kerajaan Aceh pada tahun 1874-1903

Kehidupan Politik Kerajaan Aceh 

Berikut ini adalah Silsilah Kerajaan Aceh yg pernah memerintah Kerajaan Aceh dgn prestasi-prestasinya:

  1. Sultan Ali Mughayat Syah

Ali Mughayat Syah yakni raja yg pertama memerintah Kerajaan Aceh. Beliau bertahta dr tahun 1514-1528 M. Selama dlm kekuasaan dia, Kerajaan Aceh melaksanakan perluasan ke beberapa tempat yg berada di wilayah Sumatera Utara, seperti di tempat Daya & Pasai. Bahkan belian pernah menyelenggarakan serangan terhadap Portugis di Malaka serta menyerang kerajaan Aru. (Baca Juga : Silsilah Kerajaan Mataram Kuno)

  1. Sultan Salahudin

Sultah Salahudin yaitu putra dr Sultan Ali Mughayat Syah. Beliau melanjutkan kepemimpinan ayahandanya sesudah Sultan Ali Mughayat Syah meninggal dunia. Masa pemerintahan beliau berjalan dr tahun 1528 hingga 1537 M. Selama ia memerintah, Sultan Salahudin kurang memperlihatkan perhatian kepada kerajaannya sehingga akhirnya kerajaan mulai goyah & mundur. Oleh alasannya adalah itu, pada tahun 1537 Sultah Salahudin digantikan oleh saudaranya yg berjulukan Sultan Alaudin Riayat Syah.

  1. Sultan Alaudin Riayat Syah

Pemerintahan Sultan Alaudin Riayat Syah di Aceh berlangsung sejak tahun 1537-1568 M. Dibawah kepemimpinannya, Kerajaan Aceh bermetamorfosis bandar utama di Asia bagi pedagang Muslim luar negeri.

Sejak Malaka berada di bawah pemerintahan Portugis, pedagang Muslim menyingkir dari selat Malaka & mulai beralih menyusuri pesisir Barat Sumatera, ke selat Sunda, kemudian terus ke timur Indonesia atau langsung ke Cina. Letak Kerajaan Aceh yg strategis menjadikannya menjadi bandar transit lada dr Sumatera & rempah-rempah dr Maluku. Kedudukan ini didapat bukan tanpa kendala. Kerajaan Aceh kadang-kadang menghadapi rongrongan Portugis. Demi memenangkan kompetisi, hasilnya Aceh membangun angkatan maritim yg besar lengan berkuasa. Di masa tersebut Kerajaan Aceh membina kekerabatan kenegaraan dgn Turki Ottoman yg dianggap memegang kedaulatan Islam tertinggi waktu itu. (Baca Juga : Peninggalan Kerajaan Singasari)

  1. Sultan Iskandar Muda

Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda lah, Kerajaan Aceh meraih puncak kejayaannya. Beliau naik tahta pada awal kala ke-17 menggantikan Sultan Alaudin Riayat Syah. Tindakan yg dia ambil untuk memperkuat kedudukan Aceh selaku pusat jual beli ialah dgn memelopori sejumlah tindakan sebagai berikut.

  • Sultan Iskandar Muda merebut sejumlah pelabuhan yg berperan penting di pesisir barat & timur Sumatera, serta pesisir barat semenanjung melayu. Aceh sempat menaklukan Johor, Pahang, Deli, Bintan, Kampar, Parimanan, Minangkabau, Perak & Kedah
  • Sultan Iskandar Muda menyerang bangsa Portugis di Malaka & kapal-kapalnya yg lewat selat Malaka. Bahkan Kerajaan Aceh sempat memenangkan peperangan melawan armada Portugis di sekeliling pulau Bintan pada tahun 1614.
  • Sultan Iskandar Muda bahu-membahu dgn Inggris & Belanda memperlemah imbas Portugis. Iskandar Muda mengizinkan persekutuan jualan kedua di negara itu untuk membuka kantornya di Aceh.

  1. Sultan Iskandar Thani

Berbeda dgn seni manajemen pemerintahan Sultan Iskandar Muda, Sultan Iskandar Thani lebih mengamati pembangunan dlm negeri dr pada politik ekspansi. Oleh alasannya adalah itu, meskipun dia cuma memerintah selama 4 tahun, Aceh mengalami suasana hening. Hukum syariat Islam ditegakkan, bukannya menjalankan kekuasaan yg absolut. Hubungan dgn wilayah taklukan dijalankan dgn situasi liberal, bukan tekanan politik atau militer. Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Thani perhatian terhadap studi agama Islam mengalami kemajuan pesat.

Perkembangan pesat untuk studi Agama Islam diperkuat oleh Nuruddin Arraniri, seorang ulama besar dr Gujarat yg menulis buku sejarah Aceh yg berjudul Bustanu’s Salatin. Selepas kepergian Iskandar Thani, Aceh mengalami kemunduran yg menjadikannya menjadi lemah. Aceh tak mampu menahan dikala sejumlah wilayah taklukan melepaskan diri. Kerajaan itupun tak bisa lagi berperan selaku sentra perdagangan. Meskipun demikian, kerajaan Aceh tetap berlanjut hingga memasuki kurun ke-20. (Baca Juga : Peninggalan Kerajaan Kutai)

Kehidupan Sosial Kerajaan Aceh

Setelah Kerajaan Aceh mengalami kemakmuran & kejayaan, kemudian muncullah tata cara feodalisme & fatwa agama Islam dlm kehidupan social penduduk Aceh. Sistem feodal adalah adanya lapisan sosial masyarakat Aceh yand berdasarkan pada jabatan structural, mutu keagamaan & kepemilikan harta benda. Kaum aristokrat yg memegang kekuasaan dlm pemerintahan sipil bergelar Teuku, sedangkan kaum Ulama yg mempunyai tugas sangat penting dlm agama disebut Teungku. Selain itu masih ada kelompok hulubalang atau ulebalang. Mereka adalah para tentara. Dan kelompok yg terakhir adalah rakyat biasa. Antara kalangan Tengku & Teuku sering terjadi kompetisi & pertengkaran yg balasannya menjadi Kerajaan Aceh menjadi lemah.

Kehidupan Ekonomi Kerajaan Aceh

Sehubungan dgn wilayah kerajaan yg sangat subur yg menciptakan hasil bumi yg berlimpah ruah, hal ini berimbas positif pada kehidupan ekonomi Kerajaan Aceh. Dimana kehidupan ekonomi masyarakan Aceh berkembang sangat pesat. Adapun hasil bumi yg utama yaitu berbentuklada. Dengan meluasnya kerajaan Aceh ke banyak kawasan di pantai barat & timur Sumatera maka pemasaran hasil bumi tersebut meningkat sangat banyak. Bukan hanya itu, penguasaan Kerajaan Aceh atas wilayah di Semenanjung Malaka semakin meningkatkan pemasaran lada & timah. (Baca Juga : Sejarah Kerajaan Tidore)

 Dengan menguasai Selat Malaka yg mana para pedagang dr luar Nusantara berdatangan untuk melaksanakan jual beli, maka terjalinlah kekerabatan dagang antara Kerajaan Aceh dgn para pedagang dr bangsa Inggris, Belanda, Persia, Arab, Turki, Cina, Siam, India & Jepang. Hubungan ekspor terjalin baik dimana Kerajaan Aceh mengekspor lada, timah, saapan, damar, kayu cendana, gandaruken, obat-obatan, getah perca & damar. Sementara Aceh pula mengimpor anggur, beras, gula, sekar lumat, kurma, guci, timah, tekstil, katun, besi, batik, kertas, kipas & opium. Dengan adanya kegiatan dagang yg sangat ramai ini, kapal-kapal yg dipakai dlm perdagangan ini bisa berlayar hingga ke daerah Laut Merah.

Kerajaan Aceh yg menjadi pusat perdangan di tempat yg strategis kehidupan masyarakat Aceh meningkat di segala bidang yg akibatnya memunculkan persaingan degan Kerajaan Johor di Semenanjung Malaya.

Penyebab Keruntuhan Kerajaan Aceh

Ada beberapa faktor penyebab runtuhnya Kerajaan Aceh, yaitu

  • Kematian Sultan Iskandar Muda di tahun 1630, dimana setelah masa kepemimpinan dia, tak ada lagi raja yg sukses mengendalikan wilayah Kerajaan Aceh yg sangat luas. Setelah Kerajaan Aceh kemudian dipimpin oleh Sultan Iskandar Thani di tahun 1637 hingga 1641, Kerajaan Aceh berangsur-angsur mengalami kemunduran. Bahkan sehabis Sultan Iskandar Thani tak berkuasa lagi, kemunduran Aceh sungguh-sungguh sungguh terasa. (Baca Juga : Peninggalan Kerajaan Cirebon)
  • Pertikaian antar kelompok didalam Kerajaan Aceh antara kaum ulama & kaum aristokrat yg berjalan terus menerus membuat kerajaan ini makin melemah. Adapun sumber pertikaian ini karena adanya perbedaan aliran keagamaan, yakni antara aliran Sunnah wal Jama’ah & Syiah.
  • Semakin mengecilnya daerah kekuasaan Kerajaan Aceh dimana wilaya mirip Pahang, Johor, Siak & Minangkabau memerdekakan diri dr kekuasaan Kerajaan Aceh. Kemerdekaan yg mereka perjuangkan ada pula karena adanya sumbangan negara ajaib dgn motif jual beli.

Setelah kurang lebih 4 era Kerajaan Aceh berkuasa, kesudahannya mengalami kerajaan ini mengalami keruntuhannya di awal abad ke-20 lantaran dikuasai oleh bangsa Belanda.

Demikianlah sekelumit klarifikasi tentang Silsilah Kerajaan Aceh, yg merupakan salah satu kerajaan yg pernah berjaya dgn perdagangannya.

  6 Perbedaan Apec Dan Opec Sebagai Organisasi Internasional