8 Candi Di Mojokerto Jawa Timur Paling Komplet

Mojokerto menyimpan misteri dlm candi-candi peninggalan bersejarah & diperkiraan peninggalan Kerajaan Majapahit. Siapa yg tak kenal dgn kota Mojokerto. Kota yg berada di sebelah barat daya kota Surabaya ini memang cukup diketahui oleh penduduk indonesia sebagai tempat dgn kudapan khas onde-onde & banyaknya situs peninggalan kerajaan Majapahit. Berikut Candi-Candi di Mojokerto :

1. Candi Tikus

Candi TikusCandi Tikus adalah suatu situs peninggalan zaman antik, yg terletak di kompleks Trowulan, sejauh 13 km di sebelah tenggara kota Mojokerto. Candi Tikus awalnya terkubur didalam tanah & didapatkan kembali oleh para pakar pada tahun 1914. Penggalian dr situs Candi Tikus yg dikerjakan para pakar sejarah berdasarkan laporan dr bupati Mojokerto yaitu R.A.A. Kromojoyo Adinegoro.

Karena ditemukannya miniatur candi di sebuah pekuburan rakyat. Nama ‘Tikus’  merupakan bantuan dr masyarakat setempat. Konon, pada ketika candi ini didapatkan, tempat candi tersebut merupakan sarang tikus. Karena adanya miniatur dr sebuah menara para peneliti dapat memperkirakan candi ini dibangun antara era ke-13 sampai ke-14 M. Bentuk dr Candi Tikus yg sungguh mirip dgn bentuk suatu petirtaan mengundang banyak perdebatan di golongan pakar sejarah & arkeologi di Indonesia mengenai fungsi bahwasanya dr candi Tikus.

Sebagian para spesialis sejarah beropini bahwa bangunan candi Budha di Indonesia ini mempunyai fungsi sebagai suatu petirtaan, tempat mandi keluarga raja, tetapi sebagian lagi para ahli sejarah ada yg beropini bahwa bangunan candi tersebut mempunyai fungsi sebagai  tempat untuk penampungan & penyaluran air bagi keperluan penduduk Trowulan. Namun, menara Candi Tikus yg berbentuk mirip meru mengakibatkan dugaan bagi para ahli sejarah bahwa bangunan candi ini pula berfungsi sebagai tempat pemujaan.

2. Candi Brahu

Sejarah Candi BrahuSejarah Candi Brahu merupakan  Candi di Mojokerto yg terletak di dlm sebuah daerah situs arkeologi Trowulan, bekas ibu kota Kerajaan Majapahit. Candi ini terletak di Dukuh Jambu Mente, Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur, atau sejauh 2 kilometer ke arah utara dr jalan raya Mojokerto—Jombang. Nama candi ‘brahu’, diduga oleh para spesialis berasal dr kata wanaru atau warahu. Nama Candi Brahu didapat dr dlm Prasasti Alasantan yg didalam prasasti disebut bangunan suci.

Prasasti Alasantan ditemukan tak jauh dr Candi Brahu. Candi Brahu dibangun dr batu bata merah, yg dibentuk menghadap ke arah barat & berukuran panjang meraih 22,5 m, dgn lebar meraih 18 m, & berketinggian 20 meter. Candi Brahu sendiri dibangun dgn gaya & merupakan  candi peninggalan Budha. Diperkirakan para pakar, candi ini didirikan pada periode ke-15 Masehi meskipun masih terdapat perbedaan usulan antara para ahli mengenai hal ini. Dalam suatu prasasti yg ditulis Mpu Sendok bertanggal 9 September 939 (861 Saka), Candi Brahu disebut berfungsi sebagai tempat pembakaran (krematorium) mayat raja-raja.

  Penyebaran dan Perkembangan Agama Kristen di Indonesia

3. Candi Bajang Ratu

candi bajang ratuGapura Bajang Ratu atau Sejarah Candi Bajang Ratu yaitu sebuah gapura/candi peninggalan Kuno dr Kerajaan Majapahit yg terletak di Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Nama dr Candi Bajangratu sendiri pertama kali disebut dlm buku Oudheidkunding Verslag (OV) yg berbahasa Belanda tahun 1915.

Arkeolog Sri Soeyatmi Satari beropini bahwa nama dr Candi Bajangratu ada keterkaitannya dgn Raja Jayanegara dr Majapahit, alasannya arti kata ‘bajang’ memiliki arti kerdil menurut artian bahasa Jawa. Menurut Kitab Pararaton & dongeng rakyat, Jayanegara dinobatkan raja tatkala dirinya masih berusia bajang atau masih kecil, sehingga gelar Ratu Bajang atau Bajangratu menempel pada diri Raja Jayanegara. Mengenai fungsi candi ini, diperkirakan oleh para spesialis  bahwa Candi Bajangratu dibentuk untuk menghormati Raja Jayanegara.

Dasar dr pendapat ini yakni ditemukannya sebuah relief Sri Tanjung di bawah pecahan kaki gapura yg menggambarkan ihwal dongeng peruwatan. Relief yg menampung wacana dongeng peruwatan didapatkan di Candi Surawana. Candi Surawana sendiri disangka didirikan berafiliasi tentang wafatnya Bhre Wengker (tamat masa ke-7). Candi Bajang Ratu diperkirakan dibangun pada periode ke-14 & merupakan suatu gapura terbesar pada zaman keemasan Kerajaan Majapahit.

4. Candi Wringin Lawang

candi wringin lawangCandi di Mojokerto berikutnya adalah candi wringin lawang. Candi atau Gapura Wringin Lawang yakni suatu gapura atau candi peninggalan kerajaan Majapahit kurun ke-14 yg terletak di Jatipasar, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Gapura ini  terletak tak jauh dr jalan utama di Jatipasar.

Wringin Lawang bermakna ‘Pintu Beringin’ yg merupakan artian dlm bahasa Jawa. Gapura Wringin Lawang dibangun dr bahan watu bata merah dgn luas dasar meraih 13 x 11 meter & tinggi meraih 15,5 meter. Diperkirakan oleh para ahli dibangun pada kala ke-14. Gaya arsitektur Candi Wringin Lawang diduga peninggalan Kerajaan Majapahit  & kini banyak ditemukan atau dipergunakan dlm arsitektur Bali.

Kebanyakan para pakar sejarawan sepakat bahwa gapura ini ialah pintu masuk menuju suatu kompleks bangunan sangat penting di ibu kota Kerajaan Majapahit. Dugaan fungsi orisinil bangunan atau gapura ini mengundang banyak spekulasi, salah satu praduga yg paling populer dikalangan pecinta sejarah yakni gerbang ini disangka pintu masuk menuju ke kediaman Mahapatih Gajah Mada.

5. Situs Klinterejo

Situs KlinterejoPetilasan Tribuana Tungga Dewi yg oleh penduduk Mojokerto sekitar disebut selaku watu ombo, karena di situs itu terdapat suatu peninggalan bersejarah berupa tempat tidur besar berbahan batu yg merupakan milik Tribuana Tunggal Devi. Makanya oleh penduduk Mojokerto sekitar disebut watu ombo. Disamping ranjang terbuat dr kerikil terdapat pula suatu kerikil besar berada ditengah kompleks sebagai sumber air. belum dikenali dr mana asalnya sumber air di tengah batu yg menjulang tinggi yg bisa digunakan buat minum. Dulu waktu renovasi komplek petilasan Tribuana Tunggal Devi oleh masyarakat Mojokerto kerikil sumber air pernah dipindahkan.

Memindahkan Batu tersebut memerlukan puluhan orang & hal itu tak gampang, orang-orang Mojokerto memerlukan waktu sehari penuh. Dan lebih anehnya lagi besok paginya kerikil tersebut kembali ke tempat semula. Situs Klinterejo terletak agak jauh dr situs yang lain di sebelah uta­ra Trowulan & sudah masuk wilayah Kecamatan Sooko. Pada situs Klinterejo yg nampak dr situs ini sekarang yakni sebidang tanah di tengah sawah yg di kelilingi suatu tembok buat­an baru. Di dlm situs ini bisa kita dapati bekas dr kaki candi yg dibuat dr kerikil andesit yg berupa segi empat dgn panjang sisinya meraih ± 5,60 meter.

Di atas situs ini mampu kita dapati sebuah Yoni yg amat besar. Tingginya meraih 1,22 meter, dgn panjangnya meraih 1,83 meter & lebarnya 1,91 me­ter. Dan Bagian ceratnya  terdapat suatu pahatan kepala naga. Yoni ini merupakan sebuah situs peninggalan purbakala yg sangat penting, alasannya disamping ukuran Yoni yg sungguh be­sar pula alasannya  terdapat sebuah pahatan angka tahun 1294 caka. Dan angka tahun ini sama dgn tahun meninggalnya Bhre Kahuripan. Oleh karena itu para ahli sejarah berpendapat bahwa kompleks situs Klinterejo itu mampu di­katakan sebagai candi pemakaman dr Bhre Kahuri­pan atau Ratu Tribuwana Tunggadewi merupakan ibunda dr Raja Hayam Wuruk.

6. Candi Minak Jinggo

candi minak jinggoSitus Candi Minak Jinggo adalah sebutan yg diberikan masyarakat lokal, situs ini terletak terletak di Desa Ungah-unggahan, Trowulan, sebelah Timurnya kolam Segaran, situs Candi Minak Jinggo dikala ini hanya tinggal merupakan reruntuhan sebuah candi yg yang dibuat dr materi batu andesit, yakni suatu materi bangunan candi yg tak umumnya dipergunakan pada proses pembuatan candi-Candi di Mojokerto pada zaman dulu, yg sebagian besar candi-candi kawasan Trowulan lebih memakai bahan dasar watu bata merah.

  Indische Partij

Dari lokasi reruntuhan candi Minak Jinggo sudah ditemukan oleh para ahli sebuah arca Garudha, namun oleh masyarakat setempat & isu-informasi tradisi archa Garudha disebutk selaku arca Menak-Jinggo. Dilihat dr motif & versi ragam hias pada relief-relief yg masih tersisa dlm candi ini, dapat kita lihat dgn jelas bahwa candi tersebut merupakan peninggalan kerajaan Majapahit.

7. Candi Gentong

candi gentongCandi Gentong adalah sebuah situs peninggalan zaman kuno, yg terletak di Dusun Jambumente Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Bangunan dr Candi Gentong yaitu berupa kaki candi berupa bujur kandang berukuran mencapai 23.5 x 23.5 meter sedangkan tinggi dr candi ini mecncapai 2.45 m dgn pintu masuk candi menghadap ke barat. Pada saat dilakukan penggalian oleh para ahli terhadap Candi Gentong banyak ditemukan artefak-artefak berupa pecahan keramik yg berasal dr masa dinasti Yuan & Ming, fragmen tembikar, mata uang cina, emas, stupika (Benda berupa seperti Stupa) & archa budha di dlm Candi ini.

Candi Gentong dibangun pada masa pemerintah Prabu Hayam Wuruk untuk kesibukan upacara negara yakni Sraddha, untuk memperingati wafatnya Ratu Tribuwana Wijaya Tungga Dewi yg tak lain ialah ibunda Prabu Hayam Wuruk. Tujuan dr upacara Sraddha adalah untuk memohon kemakmuran pemerintah. Candi Gentong yakni bukti besarnya toleransi umat beragama pada masa Kerajaan Majapahit, terbukti dr suatu fakta yg ditemukan para spesialis bahwa agama Hindhu & Budha mampu bersanding & menerima pengukuhan pemerintah Kerajaan Majapahit.

8. Candi Kedaton

candi kedatonCandi di Mojokerto berikutnya yakni candi kedaton. Situs Kedaton Trowulan yakni suatu kompleks bangunan kuno yg terletak di Dusun Kedaton, Desa Sentonorejo, Trowulan, kota Mojokerto. Candi Kedaton dibuat dr susunan kerikil bata merah merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit .

Di dlm Situs Kedaton ini terdapat suatu Candi Kedaton, Sumur Upas & sisa-sisa kompleks bangunan perumahan peninggalan zaman Kerajaan Majapahit yg disangka berasal dr abad ke-13. Candi Kedaton, yg terletak di sisi dr kirinya Situs Kedaton, pada cuilan bawah dr bangunan candi Kedaton mempunyai bentuk suatu persegi datar yg dibuat dr susunan kerikil bata merah setinggi hampir meraih 2 m, tanpa penggalan atap.

Lokasi Situs Kedaton ini tak begitu jauh dr Pendopo Agung Trowulan. sebuah galian purbakala di Situs Kedaton yg dilaksanakan para spesialis diduga merupakan sisa dr permukiman penduduk yg hidup pada zaman Kerajaan Majapahit. Jika pun penemuan itu suatu permukiman, entah untuk apa fungsi dr area ini yg bentuknya lebih mirip sebuah benteng atau loron.