Pramoedya Ananta Toer, “ Orang boleh terpelajar setinggi langit , tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang didalam penduduk & sejarah, alasannya menulis adalah bekerja untuk keabadian”
Kata-kata Pramoedya Ananta Toer mampu mengingatkan kaum perempuan dimasa lalu sampai sekarang untuk mengisahkan dirinya maupun sekitarnya dlm suatu tulisan. Contohnya perjalanan usaha perempuan di Indonesia menjadi jejak perjalanan panjang bagi bangsa ini. Melalui catatan sejarah, perempuan pula merupakan korban di zaman colonial. Aksi & Perjuangan Perempuan mampu dikatakan symbol yg nyata untuk bangsa ini.
Kemudian, bagi kaum Adam perempuan merupakan makhluk yg lemah. Mereka berpikir bahwa wanita cuma menjadi pendamping hidup atau Istri, wanita tak layak setara dgn kaum laki-laki, perempuan tak patut duduk dibangku politik, kemudian wanita hanya di dapur. Seruan ini sering terjadi bagi kaum perempuan, bahwa perempuan tak dapat melakukan apa-apa.
Dari seruan tersebut, bagaimana wanita akan maju untuk & diakui membanguan bangsa ini. Mengingat kembali dimasa lalu perjalanan kaum perempuan Indonesia, dr zaman colonial, orde gres sampai sekarang atau reformasi. Sehingga, dr fakta-fakta perjalanan bangsa yg tertulis atau tidak, & pengorbanan & perjuangan perempuan mesti diakui oleh bangsa ini.
Sosok wanita jangan dilihat dr fisik yg dimiliki, tapi lihat bahwa sosok wanita memiliki kemampuan untuk eksklusif yg terkait dgn kemajuaan masyarakat. Seringkali tugas wanita sering terabaikan, mirip halnya pengambilan kebijakan. Hal ini dapat dilihat dibangku elite politik, acap kali wanita nyaris terabaikan.
Perempuan selalu menerima posisi yg mengenaskan pula, seperti perjalanan hidup seorang wanita Burma untuk memperjuangan hidup masyarakatnya atas kekejian pemerintahan bangsanya sendiri. Sehingga, ia mesti menjadi tahanan rumah dlm waktu yg begitu usang. Tanpa disadari, pengakuan wanita sulit diakui dr tingkat Nasional hingga Internasional. Hal tersebut merupakan citra perempuan Indonesia pula, bahwa perempuan Indonesia pernah menjadi korban atas tahanan-tahanan politik bangsa ini.
Perjalanan perempuan Indonesia, tak jauh berbeda dgn problem yg ada ketika ini. Pengakuan Negara kepada perempuan tak diutamakan. Meskipun demikian, pemikiran yg seharusnya timbul bagi mereka yaitu “ Dimana gue dilahirkan”. Perempuan, sebaiknya kepingan terpenting dlm bangsa ini. Oleh alasannya adalah itu, menyaksikan keadaan saat ini, kaum perempuan Indonesia mesti diakui negara mirip sosok mirip “Kartini-kartini” lainnya, pula harus “Berani Membawa Perubahan Besar Terhadap Bangsa Indonesia” .
“Hanya goresan pena kilasan”