– Pernah mendengar perumpamaan dr asimilasi, apa sih itu pengertiannya yg ada di masyarakat ?
Mau tahu simak yuk klarifikasi, & pembahasannya berikut ini beserta dgn acuan fenomena sosialnya dlm kehidupan sosial masyarakat.
Sekilas Memahami Asimilasi
Sebelum lebih jauh membicarakan ihwal asimilasi, kita harus tahu apalagi dahulu definisi dr asimilasi.
Dalam buku yg ditulis oleh sosiolog Amerika yg bernama James M. Henslin dgn judul “Sosiologi dgn Pendekatan Membumi Edisi 6 Jilid 2.”
Dijelaskan bahwa asimilasi merupakan proses dimana suatu golongan minoritas diserap ke dlm kebudayaan arus utama. Terdapat dua macam asimilasi.
Dalam asimilasi yg dipaksakan, kalangan dominan tak mengizinkan minoritas untuk beribadah dlm agamanya, menggunakan bahasanya, atau mengikuti kebiasaannya.
Sebelum jatuhnya Uni Soviet. Misalnya, kelompok lebih banyak didominasi, orang Rusia, menuntut biar anak sekolah Armenia memasuki sekolah dimana mereka berguru Bahasa Rusia.
Orang Armenia hanya boleh merayakan hari raya Rusia, bukan hari raya Armenia. Asimilasi yg diizinkan.
Sebaliknya, memperbolehkan kalangan minoritas untuk mengadopsi pola kalangan dominan dgn cara & laju kecepatan sendiri.
Lebih lanjut, dlm artikel ilmiah yg ditulis oleh Hari Poerwanto dgn judul “ASIMILASI, AKULTURASI, DAN INTEGRASI NASIONAL.”
Dijelaskan bahwa, Frederich E. Lumley dlm Dictionary of Sociology menyampaikan bahwa asimilasi ialah,
“The Process by which different cultures, or individuals or groups representing different cultures, are merged into a homogeneous units.”
Dari dua definisi tersebut, kita mampu menggambarkan bahwa asimilasi ini merupakan dua konferensi budaya.
Dimana salah satu budaya akan dikuasai & menghilang sehingga menjadi sebuah budaya baru, atau mengikuti budaya yg gres.
Dengan poin-poin inti kita bisa mengambil kedua usulan sosiolog diatas bahwa, asimilasi yaitu bentuk perubahan baik dengan-cara individu.
Ataupun kalangan,ia akan membentuk suatu hal baru yg bersifat homogen & lazimnya golongan mayoritas yg membuat hal tersebut menjadi homogen.
Jika dikaji dengan-cara lebih mendalam, menciptakan sesuatu menjadi homogen akan menciptakan terjadinya sebuah konflik.
Dimana antara dua individu atau golongan saling mempertahankan eksistensinya, khususnya pada faktor budaya.
Contoh Terjadinya Asimilasi di Masyarakat
Ada beberapa pola fenomena yg mampu kita lihat pada kehidupan sehari hari penduduk wacana terjadinya asimilasi yaitu selaku berikut :
1. Contoh dlm Menggunakan Bahasa
Contoh relevan yg dapat kita lihat ihwal asimilasi ini yakni gaya Bahasa belum dewasa muda gen-Z yg makin variatif.
Bahasa-bahasa yg saya maksud yaitu Bahasa Indo-Inggris atau yg lebih dikenal dgn Bahasa Jaksel (Jakarta Selatan).
Sebelum mengaitkan dgn acuan ini, tentu saya mencari sumber. Beberapa hari yg lalu saya membuka aplikasi tiktok, & menonton salah satu konten video yg dibuat oleh @podcastkeselaje.
Dalam video tersebut, Oza Rangkuti (pemilik akun dr @podcastkeselaje) menciptakan video narasi tentang semakin rumitnya Bahasa anak gaul yg ada di jaksel.
Mulai dr jalan-jalan yg kini lebih dekat dgn healing, perasaan takut diungkapkan dgn Bahasa TBL (Takut Bange Loh).
Dan kondisi yg begitu cemas akan sesuatu hal itu diungkapkan dgn Bahasa overthinking, & ungkapan kata serius & jujur kini berubah menjadi seriously & jujurly, & masih banyak yg lain.
Fenomena ini membuat gue terpesona untuk membahasnya dengan-cara lebih rincian dlm kacamata sosiologi, ia tak cuma selaku Bahasa komunikasi saja, namun lebih luas dr itu.
Adanya pergeseran tutur kata khalayak menciptakan suatu kebudayaan baru, & kebudayaan lama ditinggalkan.
Kita dapat melihat penggunaan Bahasa Indonesia, dlm hal ini Bahasa slang (gaul) semakin variatif, & menjangkau hampir seluruh Indonesia.
Dulu waktu gue jaman Sekolah Dasar, penggalan kata saya itu lebih menggunakan Bahasa tempat Seperti kata Ambo & Denai (Minang), atau Abdi & Aing (Sunda), tergantung dimana tempat kita tinggal kita.
Namun dgn makin pesatnya teknologi, menciptakan masifnya informasi beredar hingga penjuru Indonesia.
Informasi ini termasuk Bahasa, 7 tahun yg lalu tatkala gue masih Sekolah Menengah Pertama di Padang Panjang, memakai kata Gua.
Atau Gue agak terasa sumbang & diketawakan sok gaul, tetapi setelah tahun 2021 tatkala gue sudah duduk dibangku kuliah tahun-3.
Imbuhan kata Gua atau Gue udah jadi Bahasa sehari-hari bagi anak-anak muda & kaum urban di Kota Padang.
Mungkin pengalaman gue ini pula dialami oleh sahabat-teman yg ada di Medan, Aceh, Bandung, Solo, Jogja, Malang, Surabaya, Makassar, Hingga Papua.
Daerah-daerah yg masih kental Bahasa daerahnya. Hal ini tak terlepas dgn terpusatnya media & keterangan yg ada di Indonesia yaitu di DKI Jakarta.
Dimana Jakarta memegang peranan penting dlm arus informasi yg kita konsumsi sehari-hari, mirip sinetron, info, koran.
Hingga film banyak di bikinan di Jakarta, sehingga Bahasa slang (gaul) Indonesia itu terpusat dr Jakarta atau Jakarta Sentris lebih tepatnya di Jakarta Selatan.
Terakhir sebagai penutup, bahwa Bahasa slang gen-z ialah acuan relevan dr asimilasi yg mampu sahabat-sahabat lihat di lingkungan tempat tinggal sahabat-sobat.
Bahasa baku Indonesia yg berlandaskan pada PUEBI & KBBI, dipaksa untuk menyesuaikan diri dgn perubahan zaman.
Ini bukan akulturasi, melainkan asimilasi dimana Bahasa Inggris mendominasi dibandingkan dengan Bahasa Indonesia.
Selain acuan diatas ada beberapa contoh asimilasi dlm kehidupan penduduk sehari harinya di lingkungan sekitarnya, yakni :
2. Perubahan dlm berpakaian di antara anak muda, remaha, orang dewasa, hingga pada orang renta yg bermacam macam gaya.
3. Trend dlm mendengarkan musik yg coba terjadi asimilasi di penduduk , contohnya trend musik dangdut, pop, & sejenisnya.
4. Adanya budaya zinah sebelum menikah dilakukan banyak remaja di Indonesia yg mereka sebut sebagai pacaran.
5. Sebagia masyarakat Indonesia yg ikut memakai bikini tatkala berada di pantai jugabagian dr asmilias tersebut.
Nah itulah sekilas klarifikasi & pembahasan mengenai topik ihwal Apa Itu Asimilasi, Ini Pengertian, Contohnya.
Penulis Artikel : Mahasiswa Sosiologi Universitas Negeri Padang, Novran Juliandri Bhakti
Sumber Referensi :
Henslin, M. James. 2007. Sosiologi dgn Pendekatan Membumi Edisi Jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Poerwanto, H. (1999). Asimilasi, Akulturasi, & Integrasi Nasional. 1928, 29–37.